Kayu Jabon Anthocephalus cadamba Proses Pembuatan Kayu Lapis

Penyebaran kayu Afrika di Indonesia antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, dan sebagai tanaman pengayaan pada hutan rakyat. Kayu ini mulai banyak di kenal oleh masyarakat, terlihat dari banyaknya penelitian yang telah menggunakan bahan baku kayu Afrika untuk berbagai riset penelitian. Coraknya yang indah, berwarna putih dengan warna merah beralur, membuat kayu ini semakin diminati. Corak warna yang indah dapat digunakan sebagai lapisan muka face untuk kayu lapis. Kayunya yang tergolong ringan, membuat kayu ini sangat mudah dibentuk dan mudah dalam pengerjaannya. Kayu ini banyak dimanfaatkan untuk konstruksi ringan di bawah atap, peti kemas, box, dan kayu lapis Pratiwi 2009.

2.5 Kayu Jabon Anthocephalus cadamba

Jabon memiliki bahasa latin Anthocephalus cadamba, famili Rubiaceae. Tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batang pada usia 6 tahun bisa mencapai di atas 40-50 cm. Jabon cepat tumbuh pada umur 4-6 tahun dan mencapai usia optimal panen pada usia 10-15 tahun. Usia 5-6 tahun sudah dapat dipanen. Pertumbuhan diameter pohon antara 5-10 cmtahun Anonim 2010. Jabon termasuk dalam kayu kelas keras III, dan kelas awet V. Karena warna kayunya kuning terang sampai putih, sangat mungkin untuk dimanfaatkan oleh industri kayu. Kayu Jabon mudah dikerjakan baik dengan alat tradisonal maupun mesin. Kayunya juga mudah dikeringkan, mudah dipotong dan diketam. Sifat fisis kayu Jabon yaitu berat jenis 0,42 0,29-0,56 dan tergolong kelas kuat III-IV Martawijaya et al. 1981. Pengeringan kayu Jabon termasuk yang mudah dikeringkan dengan sedikit cacat berupa pecah dan retak ujung serta sedikit mencekung, disamping itu karena mudah diserang jamur biru, maka kayu Jabon perlu dikeringkan secara cepat di udara terbuka. Kayu Jabon mudah dibuat untuk menjadi finir tanpa perlakuan pendahuluan Supriadi 2006. Kayu Jabon dapat digunakan sebagai finir atau bahan baku kayu lapis karena memiliki serat yang halus, dan berat kayu tergolong ringan. Pada umumya bentuk batang silindris sehingga tidak banyak bahan yang terbuang sewaktu masuk mesin rotary pengupasan. Mempunyai tingkat keuletan yang tinggi sehingga finir yang dihasilkan tidak mudah robek atau patah mengingat panjang serat yang cukup tinggi. Pada proses perekatan, finir Jabon yang direkat dengan Urea Formaldehyde UF menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standar Indonesia, Jepang dan Jerman Martawijaya et al. 1981. 2.6 Perekat 2.6.1 Urea Formaldehida UF Pizzi 1994 mengemukakan bahwa perekat UF merupakan hasil reaksi polimer kondensasi dari formaldehida dengan urea. Resin ini mengeras pasa suhu 95-130º C. Keuntungan dari perekat UF antara lain larut air, keras, tidak mudah terbakar, sifat panasnya baik, tidak berwarna ketika mengeras serta harganya murah. Vick 1999 mengemukakan bahwa perekat UF ada yang berbentuk serbuk atau cair, berwarna putih, dan garis rekatnya tidak berwarna. Apabila dikombinasikan dengan melamin. Penggunaan perekat ini adalah untuk kayu lapis, meubel, papan serat dan papan partikel. Perekat UF termasuk dalam kelompok perekat termoseting. Dalam pemakainnya sering ditambahkan hardener, filler, extender dan air. Perekat UF memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap air dingin, agak tahan terhadap air panas, tetapi tidak tahan terhadap perebusan Baldwin 1994.

2.6.2 Melamin Formaldehida MF

MF sering digunakan sebagai campuran UF agar UF dapat digunakan untuk tujuan eksterior. Namun kendalanya, biaya produksi perekat MF lebih mahal dibanding UF. Untuk produksi skala besar ini merupakan salah satu pertimbangan. Salah satu kelemahan MF adalah, perekat ini memiliki emisi formaldehid yang sangat tinggi yang dapat berdampak pada kesehatan. Campuran UF dan MF ini dapat digunakan untuk kayu lapis ,kayu lamina, dan aplikasi yang memerlukan tingkatan ketahanan lem yang tinggi. Resin MF juga dapat dapat dikatakan sebagai perbaikan dari resin UF. Di Eropa MF atau campuran MF digunakan untuk meningkatkan daya tahan kayu lapis eksterior Iswanto 2008.

2.6.3 Phenol Formaldehida PF

Bahan baku dari resin PF adalah berbasis minyak bumi. Gas alam dan minyak mentah merupakan bahan baku untuk bahan formaldehida. Resin PF adalah prinsip yang digunakan di Amerika Utara untuk kayu lapis tujuan struktural dan waferboard. Resin ini tergolong waterproof dan sering kali lebih tahan lama dari pada kayu itu sendiri. Kekurangan dari resin ini adalah biaya yang lebih tinggi, garis lem bewarna gelap, membutuhkan suhu yang sangat tinggi dan waktu yang lebih lama pada proses pengeleman finir dibandingkan dengan resin seperti Urea Formaldehida UF dan Melamin Formaldehida MF. Namun keunggulan dari perekat ini antara lain ketahanan perekat jauh lebih tinggi dalam berbagai aplikasi, stabilitas dimensi rendah, kekuatan geser dan tarik yang tinggi Sidhu dan Ellis 2007.

2.7 Proses Pembuatan Kayu Lapis

Iswanto 2008 mengemukakan bahwa urutan proses dalam pembuatan kayu lapis adalah sebagai berikut : 1. Seleksi kayu bulat Kayu bulat yang akan dipergunakan sebagai kayu lapis diseleksi mulai dari ukuran, bentuk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih diperbolehkan. 2. Perlakuan awal pada kayu bulat Beberapa perlakuan awal pada kayu bulat diantaranya adalah pemanasan kayu bulat dengan air panas, uap panas, memaksa airuap panas masuk dari arah longitudinal. Keuntungan dari pemenasan kayu bulat diantaranya dapat meningkatkan rendemen sebesar 3-5. 3. Pengupasan Tsoumis 1991 mengemukakan bahwa ada tiga metode pengupasan finir yaitu 1 rotary cutting pelling, 2 slicing sayat, 3 sawing. Proses pelling memproduksi lembaran vinir yang kontinyu, sedangkan slicing memproduksi lembaran finir yang terputus. Pelling kebanyakan dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis tipe ordinary sedangkan slicing untuk fancy plywood. Finir yang diproduksi dengan proses rotary cutting menghasilkan dua sisi yaitu sisi luar tight side dan sisi dalam loose side. Bagian loose side ini merupakan bagian yang terdapat retak akibat pengupasan yang dikenal dengan leathe check. 4. Penyortiran finir Kegiatan ini dilakukan untuk menseleksi finir setelah proses pengupasan, finir dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak serta finir untuk bagian face dan core. 5. Pengeringan finir Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air finir sehingga dapat menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis setelah dilakukan pengempaan panas. 6. Perekatan Setelah pengeringan, finir yang telah dikeringkan disimpan untuk didinginkan terlebih dahulu sebelum dilakukan perekatan. Aplikasi pelaburan perekat pada kayu lapis data dilakukan dengan cara roller coater, curtain coater, spry coater, atau liquid and foam extruder. Perekat yang dapat dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis antara lain Phenol Formaldehyde, Urea Formaldehyde, Melamine Urea Formaldehyde, Polyurethan dan Isocyanat Tsoumis 1991. 7. Pengempaan Pengempaan dikelompokkan menjadi 2 dua yaitu hot press kempa panas dan cold press kempa dingin. Besarnya temepratur pengempaan tergantung pada jenis perekat yang digunakan. UF 120ºC dan PF 150ºC. Kempa dingin dilakukan apabila perekat yang dipakai adalah perekat alami atau perekat sintetik yang mengeras pada suhu ruang. 8. Pengkondisian Pengkodisian dilakukan bertujuan untuk mengurangi sisa tegangan akibat proses pengempaan serta menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Biasanya dilakukan selama 1 - 2 minggu.

2.8 Kadar Air