udara. Kayu disebut bahan higroskopik, bila kayu berada pada udara yang kering maka  kayu  tersebut  akan  kehilangan  air.  Namun  bila  berada  pada  udara  yang
basah, maka kayu akan mengalami penambahan massa air didalamnya Haygreen et al. 2003.
2.9   Kerapatan
Kayu  adalah  bahan  yang  terdiri  atas  sel-sel.  Struktur  yang  terdiri  atas  sel tersebut  memberikan  kayu  banyak  memiliki  sifat-sifat  dan  ciri-ciri  yang  unik.
Kerapatan  kayu  berhubungan  langsung  dengan  porositasnya,  yaitu  proporsi volume rongga kosong. Kerapatan dan berat jenis digunakan untuk menerangkan
massa  suatu  bahan  per  satuan  volume.  Ciri-ciri  ini  umumnya  digunakan  dalam hubungannya  dengan  semua  tipe  bahan.  Kerapatan  didefinisikan  sebagai  massa
atau berat per satuan volume. Kerapatan sering dinyatakan dalam berat segar dan volume  segar  apabila  akan  digunakan  untuk  menghitung  berat  untuk
pengangkutan dan bangunan Haygreen dan Bowyer 1993
2.10   Daya Serap Air
Kayu  merupakan  salah  satu  bahan  berlignoselulosa  lainnya  memiiliki  sifat higroskopis  yaitu dapat  menyerap atau  melepas  air dari  lingkungannya.  Tsoumis
1991 menambahkan bahwa air yang diserap dapat berupa uap air atau air dalam bentuk  air  cair.  Pada  kondisi  lembab,  kayu  kering  akan  menghisap  atau  menaik
uap air, sedangkan pada keadaan kelembaban udara yang rendah, kayu basah akan melepaskan  uap  air.  Sifat  higroskopis  ini  menyebabkan  kayu  pada  kondisi  dan
kelembaban  tertentu  dapat  mencapai  suatu  keseimbangan  yang  berarti  kadar  air kayu tidak akan mengalami perubahan.
2.11  Uji Visual
Pengujian  visual  dapat  dilakukan  untuk  menentukan  grade  dari  finir  yang telah dikupas, dan grade dari kayu  lapis  setelah proses produksi. Haygreen  et  al.
2003  menuliskan  uji  visual  dilakukan  secara  makroskopik  yaitu  pengamatan dilakukan  dengan  mata  biasa  dan  dinamakan  makroskopik  karena  untuk
pengamatan  ini  tidak  dibutuhkan  mikroskop.  Cara  yang  dilakukan  untuk mengetahui  grade  dari  kayu  lapis  dapat  dilakukan  dengan  mencocokan  kriteria-
kriteria yang terdapat pada standar yang digunakan, lalu dilihat kayu lapis yang di
uji  visual  akan  digolongkan  kedalam  grade-grade  yang  telah  ditentukan. Pengujian  visual  hanya  mampu  melihat  cacat-cacat  atau  kerusakan  pada  kayu
lapis  setelah  proses  produksi.  Cacat-cacat  yang  dapat  dilihat  oleh  kasat  mata  ini ada yang berpengaruh pada kekuatan kayu lapis yang akan dipasarkan.
2.12   Keteguhan Rekat
Kekuatan  sambungan  rekat  tergantung  pada  banyak  faktor,  yaitu  dimensi dan  sifat  fisik  kayu  BJ,  kekuatan,  kekerasan,  dll  yang  digunakan,  kadar  air,
bentuk takik, ketebalan garis lem, dan jenis perekat yang digunakan Desch 1996. Berat  jenis  yang  tinggi  maka  kekuatan  kayu  juga  semakin  tinggi.  Sehingga
kualitas  perekatan  keteguhan  rekat  untuk  kayu  yang  berat  lebih  besar dibandingkan dengan kayu  yang  lebih ringan. Oleh karena  itu kualitas perekatan
relatif  untuk  spesies  tertentu  berada  pada  kisaran  berat  jenisnya  Dwianto  dan Marsoem 2008.
Kayu  akan  menyusut  bila  melepaskan  air  dan  sebaliknya  kayu  akan mengembang  bila  menyerap  air.  Perubahan  dimensi  ini  akan  mempengaruhi
lapisan  perekat.  Untuk  kayu  yang  berat  dan  berpotensi  besar  untuk  berubah dimensinya  diperlukan  perekat  dan  perekatan  yang  tinggi.  Jordan  1980
menyebutkan  ada  hubungan  yang  erat  antara  daya  basah  wettability  dan  daya rekat gluability dari finir kayu daun lebar Asia Tenggara.
Efek  dari  sifat  kekuatan  yang  disebabkan  karena  perubahan  kadar  air    di dinding sel kayu yang berada di bawah titik jenuh serat memiliki pengaruh besar
pada  sifat  mekanik  dari  kayu  tersebut.  Sedangkan  sifat  mekanik  berubah  sangat sedikit  pada  kadar  air  di  atas  titik  jenuh  serat.  Sifat  mekanik  meningkat  dengan
penurunan  kadar  air  dengan  kompresi  sejajar  serat  yang  paling  terpengaruh Rowell  2004.  Kayu  lapis  dengan  berbagai  rasio  kelenturan  yang  baik  terhadap
kekuatan  tarik  akan  memberikan  nilai  tambah  untuk  desain-desain  konstruksi struktural
Kljak et al. 2007.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1   Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari Bulan Mei - Agustus 2010. Kayu bulat sebagai bahan  baku  dibeli  ditempat  pengumpulan  kayu  di  daerah  Ciampea,  Kab.  Bogor
dan  pengupasan  kayu  bulat  dilaksanakan  di  Pusat  Penelitian  dan  Pengembangan Hasil  Hutan  Bogor.  Pembuatan  kayu  lapis  dilaksanakan  di  Laboratorium  Bio-
komposit,  pemotongan  dan  pengujian  sifat  fisis  dan  mekanis  contoh  uji dilaksanakan di Laboratorium Teknik Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2   Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah mesin  spindle, mesin  hot press,  circular  saw,  moisture  meter,  kaliper,  kuas,  kamera  dan  alat  tulis.
Pengujian  sifat  fisis  kayu  lapis  menggunakan  oven,  timbangan  elektrik  dan desikator.  Pengujian  sifat  mekanis  menggunakan  alat  uji  mekanis  Universal
Testing Machine merek Instron. Bahan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  finir  yang  berasal  dari
jenis kayu  Jabon Anthocephalus cadamba  dan kayu  Afrika  Maesopsis eminii. Perekat  yang  digunakan  adalah  perekat  Urea  Formaldehyde  UF,  Phenol
Formaldehyde PF, dan Melamine Formaldehyde MF yang diproduksi oleh PT. Pamolite Adhesive Industry.