Berdasarkan  nilai  yang didapatkan dari  hasil pengujian,  nilai kadar air dari kedua  jenis  kayu  lapis  dalam  penelitian  ini  dapat  memenuhi  standar  JAS  2003
untuk  kayu  lapis  penggunaan  umum,  dimana  kadar  air  yang  disyaratkan  harus lebih kecil dari 14 .
Kayu  lapis  dengan  perekat  PF  memiliki  kadar  air  yang  lebih  tinggi dibandingkan  kayu  lapis  dengan  perekat  UF  dan  MF.  Menurut  Nugraha  2006,
hal  ini  diduga  terjadi  karena  faktor  kekentalan  PF  yang  menyulitkan  dalam penyebaran  perekat  secara  merata  sehingga  ada  sebagian  permukaan  finir  yang
miskin  akan  perekat  yang  menyebabkan  kekuatan  perekatan  antara  perekat  dan sirekat  menjadi  lemah  dan  menimbulkan  rongga-rongga  kosong  yang
mempermudah penyerapan air. Air  dalam  kayu  terdapat  dalam  dua  bentuk  yaitu  air  bebas  yang  terdapat
pada  rongga  sel  dan  air  terikat  yang  terdapat  pada  dinding  sel.  Kondisi  dimana dinding  sel  jenuh  dengan  air  sedangkan  rongga  sel  kosong,  dinamakan  kondisi
kadar air  pada titik  jenuh  serat Simpson dan  Anton 1999. Kadar air  titik  jenuh serat  besarnya  tidak  sama  untuk  setiap  jenis  kayu,  hal  ini  disebabkan  oleh
perbedaan struktur dan komponen kimia.
4.1.2 Kerapatan
Hasil  dari  pengujian  diperoleh  kerapatan  kayu  lapis  berkisar  antara  0,45 –
0,48  gcm
3
.  Nilai  kerapatan  tertinggi  terdapat  pada  kayu  lapis  dari  jenis  Afrika yang  direkat  menggunakan  perekat  PF  yaitu  sebesar  0,48  gcm³,  dan  nilai
kerapatan  terendah  terdapat  pada  kayu  lapis  dari  jenis  Jabon  yang  direkat menggunakan perekat UF dengan nilai 0,45 gcm³.
Gambar  6  terlihat  bahwa  kerapatan  kayu  lapis  dari  jenis  Afrika  memiliki nilai kerapatan yang paling tinggi. Kayu yang berkerapatan tinggi memiliki kadar
basah yang lebih rendah, karena kayu berkerapatan tinggi memiliki ukuran rongga sel  yang  sempit  sehingga  kemampuan  menampung  air  lebih  sedikit,  begitupun
sebaliknya Dwianto dan Marsoem 2008. Apabila dilihat dari jenis perekat yang digunakan,  kekentalan  dan  berat  jenis  perekat  PF  lebih  tinggi  dibandingkan
perekat UF. PAI 2007 menuliskan kekentalan dan berat jenis perekat PF masing- masing  berkisar  antara  1,4
–  3,0  poise25ºC  dan  1,18  –  1,200  poise25ºC,
sedangkan  kekentalan  dan  berat  jenis  perekat  UF  masing-masing  berkisar  antara 0,8
– 1,6 poise25ºC dan 1,180 – 1,195 poise25ºC.
Ganbar 6  Nilai rataan kerapatan kayu lapis.
JAS  2003  tidak  mensyaratkan  nilai  kerapatan  pada  kayu  lapis  sehingga kerapatan  pada  kayu  lapis  yang  dihasilkan  tidak  dapat  dibandingkan,  namun
pengujian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  nilai  kerapatan  pada  kayu  lapis  yang terbuat dari jenis Jabon dan Afrika.
4.1.3 Daya Serap Air
Menurut  Skaar  1992  kayu  sebagaimana  bahan  berlignoselulosa  lainnya memiiliki  sifat  higroskopis  yaitu  dapat  menyerap  atau  melepas  air  dari
lingkungannya.  Tsoumis  1991  menambahkan  bahwa  air  yang  diserap  dapat berupa uap air atau air dalam bentuk air cair. Kayu lapis yang memiliki nilai daya
serap air yang paling tinggi terdapat pada kayu lapis dari jenis Jabon yang direkat menggunakan  perekat  UF  dengan  nilai  sebesar  0,066,  dan  nilai  daya  serap  air
yang  paling  rendah  terdapat  pada  kayu  lapis  dari  jenis  Afrika  yang  direkat menggunakan perekat PF dengan nilai 0,047.
Berdasarkan  hasil  yang  didapatkan,  nilai  daya  serap  air  pada  kedua  kayu lapis  dari  jenis  Jabon  dan  Afrika  dapat  memenuhi  standar  JAS  2003  yang
mensyarakatkan nilai daya serap air tidak boleh dari 0,068 atau 0,4 gram untuk selisih berat conroh uji setelah dilakukan perendaman.
Nilai  daya  serap  air  yang  paling  tinggi  terdapat  pada  kayu  lapis  dari  jenis Jabon  dengan  perekat  UF.  Hal  ini  diduga  dikarenakan  kerapatan  kayu  lapis  dari
jenis  Jabon  lebih  rendah  dibandingkan  kayu  lapis  dari  jenis  Afrika.  Bowyer  dan Haygreen  1993  menyebutkan  bahwa  kerapatan  kayu  berhubungan  langsung
dengan  porositasnya,  yaitu  proporsi  volume  rongga  kosong.  Semakin  rendah kerapatannya  maka  semakin  tinggi  daya  serap  air  yang  terjadi,  karena  terdapat
rongga-rongga  kosong  yang  mengakibatkan  air  mudah  masuk  dan  mengisi rongga-rongga  tersebut,  dan  mengakibatkan  kayu  lapis  mengalami  penambahan
berat  setelah  dilakukan  perendaman  pada  contoh  uji.  Nilai  daya  serap  air  pada kayu lapis dari jenis Jabon dan Afrika dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7  Nilai rataan daya serap air kayu lapis.
4.1.4.   Uji Visual