Analisis Pengaruh Fluktuasi Kenaikan BBM Terhadap Penjualan Pedagang Pasar Tradisional Perumnas Simalingkar

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL

PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN

Oleh :

LAURA MEILITA MELIALA

NIM. 080501030

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada program S1 Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan

Laura Meilita Meliala 080501030


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur dan hormat kepada Allah Bapa yang di Surga, karena atas kasih, berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Fluktuasi Kenaikan BBM Terhadap Penjualan Pedagang Pasar Tradisional Perumnas Simalingkar”. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumetara Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh doa, dukungan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yang sangat penulis hormati & kasihi, Drs. Bebas Sembiring M,Si dan Idawati Bangun yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat, materi serta semangat yang tulus hingga saat ini, serta adik-adik saya yang terkasih, Tanti Pehulisa Meliala, Edu Murosa Fernando Meliala dan Refdi Oktora Meliala.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan


(4)

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution M,Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan

4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M,Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini

5. Saudara, keluarga besar, saudara-saudara seiman sepelayanan dan teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Pembangunan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini. Terima kasih atas segala bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan

Laura Meilita Meliala 080501030


(5)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL PERUMNAS

SIMALINGKAR MEDAN

Bahan Bakar Minyak mengalami fluktuasi harga dari tahun ke tahun yang tentunya memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat termasuk pedagang tradisional. Pasar tradisional merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen tradisional yang cenderung menjual barang-barang lokal.

Metode penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi harga BBM

terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisioanal Perumnas Simalingkar Medan dengan jumlah sampel 30 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi harga BBM memberi pengaruh signifikan secara negatif terhadap penjualan pedagang tradisional Perumnas Simalingkar Medan. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM selalui disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khusunya masyarakat kecil. Besarnya pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap penjualan pedagang tradisional adalah sebesar 64,15%. Fluktuasi harga BBM mempengaruhi keputusan orang untuk membeli sehingga mengurangitingkat penerimaan pedagang.


(6)

ABSTRACT

Fuel prices have fluctuated yearly which of course have an impact on the economy of society, including traditional merchants. The traditional market is a market managed by traditional management to sell local products.

This research method is a survey using a cross sectional approach intended to determine the effect of fuel price fluctuation on the level of sales of traditional merchants of Simalingkar Housing Area involving 30 samples. The data were collected by using questionnaires and the collected data were then analyzed by a simple linear regression.

The result of this research shows is the fluctuations of fuel prices have negative effect on the sale of traditional merchants of Simalingkar Housing Area of Medan. It is due to the increase in fuel prices usually accompanied by that of other needs so that the impact of increased fuel prices will surely underwent by the society particularly particular the community. The magnitude of the effect on the traditonal merchant sales reached to 64,1%.

The fluctuations of fuel prices affect the decision of anyone to purchase, there by reducing the rate of revenue of merchants.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Tradisional ... 7

2.1.1 Pengertian Pasar Tradisional ... 7

2.1.2 Karakteristik Pasar Tradisional ... 10

2.1.3 Komponen Pasar Tradisional ... 13

2.1.4 Fasilitas Pasar Tradisional ... 15

2.1.4.1 Fasilitas Fisik Pasar Tradisional ... 15

2.1.4.2 Fasilitas Non Fisik Pasar... 16

2.2 Penjualan ... 16

2.2.1 Pengertian ... 16

2.2.2 Jenis dan Bentuk Penjualan ... 18

2.2.3 Fungsi dan Tujuan Penjualan ... 19

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penjualan ... 20

2.3 Fluktuasi Harga Bahan Bakar Minyak ... 21

2.3.1 Harga ... 21

2.3.2 Fluktuasi Harga ... 22

2.4 Penelitian Terdahulu ... 27

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 28

2.6 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30


(8)

3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.3.1 Defenisi Operasional ... 30

3.3.2 Teknik Pemberian Skor ... 31

3.4 Populasi dan Sampel ... 32

3.4.1 Populasi ... 32

3.4.2 Sampel ... 32

3.5 Jenis Data Penelitian ... 32

3.5.1 Data Primer ... 32

3.5.2 Data Sekunder ... 33

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.7 Analisis Data ... 33

3.7.1 Uji Validitas ... 33

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 35

3.7.3 Uji Normalitas ... 37

3.7.4 Uji Hipotesis ... 37

3.7.4.1 Koefisien Determinasi ... 38

3.7.4.2 Persamaan Regresi ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Karakteristik Responden ... 43

4.2.1 Berdasarkan Umur ... 43

4.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

4.2.3 Berdasarkan Pendidikan ... 45

4.2.4 Berdasarkan Lama Berdagang ... 46

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 47

4.3.1 Fluktuasi Harga BBM ... 47

4.3.2 Penjualan Pedagang Tradisional ... 51

4.4 Analisis Data ... 56

4.4.1 Uji Normalitas ... 56

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis ... 57

4.4.3 Uji Determinasi R ... 58

4.4.4 Persamaan Regresi ... 59

4.5 Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 63


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Karakteristik Pasar ... 12

3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel ... 31

3.2 Hasil Uji Validitas ... 35

3.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 37

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 44

4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.3 Berdasarkan Pendidikan ... 46

4.4 Berdasarkan Lama Berdagang ... 47

4.5 Responden Tentang Fluktuasi Harga BBM ... 48

4.6 Kategori Persepsi Responden ... 51

4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 53

4.8 Kategori Penjualan Pedagang Tradisional ... 56

4.9 Hasil Uji Normalitas ... 57

4.10 Hasil Uji –T Secara Parsial ... 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 29

4.1 Grafik Umur Responden ... 45

4.2 Grafik Lingkar Jenis Kelamin Responden ... 45

4.3 Grafik Lingkar Pendidikan Responden ... 46

4.4 Grafik Lama Berdagang Responden ... 47

4.5 Grafik Fluktuasi Harga BBM ... 52


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Analisis Pengaruh Fluktuasi BBM ... 69 Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian ... 71 Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data ... 72


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL PERUMNAS

SIMALINGKAR MEDAN

Bahan Bakar Minyak mengalami fluktuasi harga dari tahun ke tahun yang tentunya memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat termasuk pedagang tradisional. Pasar tradisional merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen tradisional yang cenderung menjual barang-barang lokal.

Metode penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi harga BBM

terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisioanal Perumnas Simalingkar Medan dengan jumlah sampel 30 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi harga BBM memberi pengaruh signifikan secara negatif terhadap penjualan pedagang tradisional Perumnas Simalingkar Medan. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM selalui disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khusunya masyarakat kecil. Besarnya pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap penjualan pedagang tradisional adalah sebesar 64,15%. Fluktuasi harga BBM mempengaruhi keputusan orang untuk membeli sehingga mengurangitingkat penerimaan pedagang.


(13)

ABSTRACT

Fuel prices have fluctuated yearly which of course have an impact on the economy of society, including traditional merchants. The traditional market is a market managed by traditional management to sell local products.

This research method is a survey using a cross sectional approach intended to determine the effect of fuel price fluctuation on the level of sales of traditional merchants of Simalingkar Housing Area involving 30 samples. The data were collected by using questionnaires and the collected data were then analyzed by a simple linear regression.

The result of this research shows is the fluctuations of fuel prices have negative effect on the sale of traditional merchants of Simalingkar Housing Area of Medan. It is due to the increase in fuel prices usually accompanied by that of other needs so that the impact of increased fuel prices will surely underwent by the society particularly particular the community. The magnitude of the effect on the traditonal merchant sales reached to 64,1%.

The fluctuations of fuel prices affect the decision of anyone to purchase, there by reducing the rate of revenue of merchants.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami fluktuasi harga dari tahun ke tahun. Pada era pemerintahan Soeharto, harga BBM mengalami 3 kali kenaikan yakni Rp 150,-per liter tahun 1980, Rp 550/liter tahun 1991 dan terakhir menjadi Rp 700 per liter tahun 1993. Pada era pemerintahan Gusdur, harga BBM khususnya premium juga mengalami fluktuasi yakni Rp 1.200 tahun 1998 menjadi Rp 1.150/liter tahun 2000. Pada era pemerintahan Megawati, harga BBM khususnya premium mengalami 3 kali kenaikan yakni Rp 1.450/liter tahun 2001 menjadi Rp 1.550/liter tahun 2002 dan Rp 1.810/liter tahun 2003. Pada era pemerintahan SBY, harga BBM khususnya premium mengalami fluktuasi yakni Rp 2.400/liter per 1 Maret 2005 kemudian naik menjadi Rp 4.500/liter per 1 Oktober 2005, kembali naik menjadi Rp 6.000/liter per 24 Mei 2008, kemudian turun menjadi Rp 5.500/liter per Desember 2008, kembali turun menjadi Rp 5.000/liter juga pada Desember 2008. Harga BBM kembali turun menjadi Rp. 4.500/liter per Januari 2009 tetapi melonjak tinggi menjadi Rp 6.500/liter pada tahun 2013. Pada masa pemerintahan Jokowi, BBM mengalami fluktuasi yakni naik Rp.8.500/liter per November 2014 dan kembali turun Rp 6.600/liter per Januari 2015.

Fluktuasi harga BBM tersebut tentunya memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat termasuk pedagang. Masyarakat miskin termasuk


(15)

pedagang tradisional tentu saja merupakan kelompok yang paling merasakan beban berat akibat kenaikan bahan bakar minyak. Meningkatnya biaya pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan atau kemampuan daya beli menyebabkan masyarakat semakin terpuruk dalam kondisi yang miskin dan menjerat. Kerentanan terhadap gejolak ekonomi dan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan permasalahan yang sudah terjadi sejak lama di Indonesia dan semakin berlarut-larut dengan adanya fluktuasi harga BBM.

Fluktuasi harga BBM tentunya sangat mempengaruhi tingkat penjualan para pedagang khususnya di pasar tradisional yang merupakan sektor perdagangan dengan ciri khas tersendiri yaitu adanya pola interaksi antara penjual dan pembeli saat tawar menawar barang dagangan sehingga mempengaruhi pendapatan pedagang mikro (Barsamian, David, dan Liem Siok Lan, 2008).

Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Indonesia.

Pasar tradisional merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen tradisional yang cenderung menjual barang barang lokal. Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang relatif sedikit sesuai


(16)

dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha sendiri-sendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga sesuai dengan perubahan harga yang ada dipasar (Ikram, 2002).

Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak ditemukan dalam pasar modern, dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu barang dagangan yang akan mereka jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar dari agen, hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang mereka miliki tidak mencukupi untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang besar kemudian juga mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyimpan barang dagangan terlalu banyak karena pedagang tidak memiliki lemari pendingin untuk menyegarkan barang dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern.

Dampak fluktuasi harga BBM yang paling dirasakan oleh para pedagang adalah terjadinya fluktuasi permintaan akibat naik turunnya harga-harga produk. Dampak fluktuasi harga adalah terjadinya fluktuasi permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu (Rosyidi, 2009:291).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kotler (2005:58) bahwa permintaan masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang


(17)

ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dimana jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya jika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah.

Akan tetapi, fluktuasi harga BBM yang baru saja terjadi dalam masa Pemerintahan Jokowi tentu saja memberi dampak bagi penjualan pedagang tradisional. Ironisnya, meningkatnya harga BBM secara otomatis diikuti oleh peningkatan harga-harga produk di pasar tradisional sehingga cenderung mengurangi penjualan pedagang. Tetapi, penurunan harga BBM belum tentu diikuti oleh penurunan harga-harga produk yang dipasarkan para pedagang meskipun pemerintah sudah meminta agar penurunan harga BBM diikuti dengan penurunan harga-harga produk lainnya.

Ruang persaingan pedagang pasar tradisional juga sangat terbatas. Jika selama ini pasat tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas berbelanja yang lebih baik, kini keunggulan tersebut mulai terkikis. Oleh karena itu, pemberdayaan pedagang kecil ini dapat dilakukan dengan memperbaiki akses mereka dan membantu mengefisienkan rantai pemasaran untuk mendapatkan barang dagangannya (Albert, 2007)


(18)

Demikian juga halnya dengan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan yang setiap harinya menyediakan bahan bahan pokok (sembako) untuk kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari beras, minyak, ikan, sayuran, buah, pakaian, dan lain sebagainya baik bagi penduduk yang bertempat tinggal di Perumnas Simalingkar maupun dari masyarakat sekitarnya. Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya masyarakat berminat untuk berbelanja di pasar tradisional ini adalah karena jaraknya yang relatif dekat dan harga jual barang-barang relatif murah dibandingkan toko toko kelontong yang ada disekitarnya.

Hasil pra-penelitian yang dilakukan terhadap para pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar menggambarkan bahwa sebagian harga sembako (sembilan bahan pokok) mengalami lonjakan imbas kenaikan BBM. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul analisis pengaruh fluktuasi BBM terhadap pendapatan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1). Bagaimana tanggapan pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan terhadap fluktuasi harga BBM?

2). Bagaimana pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan

1.4. Manfaat Penelitian

1). Bagi institusi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi tambahan bagi perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya tentang analisis pengaruh kenaikan BBM terhadap tingkat penjualan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan 2). Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang dampak kenaikan BBM terhadap tingkat penjualan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Tradisional

2.1.1. Pengertian Pasar Tradisional

Pasar secara umum diartikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi,pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya. Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya (Kotler, 2005).

Menurut Winardi (2005) pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual barang tertentu berhubungan satu sama lain dan di mana terjadi hubungan tukar menukar, daerah perniagaan., pasar adalah sekelompok pernbeli tertentu, pasar adalah pembeli serta penjual barang tertentu dan pasar adalah suatu daerah di mana secara ideal harga-harga pada waktu tertentu adalah sama untuk semua pembeli dan penjual. Dengan kata lain, pasar merupakan suatu tempat bagi manusia dalam mencari keperluan sehari-harinya.

Belshaw dalam Suprapto ( 2004) menyatakan bahwa pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, politis dan lain-laina, tempat pembeli dan penjual (atau penukar tipe lain) saling bertemu untuk mengadakan tukar-menukar. Jika dilihat dari mutu pelayanannya, kegiatan


(21)

perdagangan dapat dibedakan tempat perbelanjaan tradisional terdiri dari pasar tradisional, toko-toko, warung, dan lain-lainnya.

Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta berupa tempat usaha yang berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan melalui proses jual beli barang dagangan dengan tawar menawar. Pasar tradisional adalah pasar umum yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dan secara resmi diakui oleh pemerintah. Pasar tradisonal adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas (Indrakh, 2007)

Pasar tradisional adalah satu bentuk pasar nyata dimana barang yang diperjualbelikan bisa dipegang oleh pembeli, dan memungkinkan terjadinya tawar menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang diperjual belikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari. Pasar tradisional menyediakan barang/komoditas yang beraneka macam/jenis seperti beras, sayur, ikan, daging, dan lain sebagainya serta tidak spesifik. Kebanyakan, atau sebagian besar pasar tradisional secara keleluasaan distribusi


(22)

dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu yang luas cakupannya adalah sempit

Pasar tradisional merupakan pasar yang paling sederhana karena tidak terdapat peraturan yang ketat selain aturan antar pedagang saja. Hal inilah yang memudahkan masuk keluarnya para penjual ke dalam pasar tradisional. Aturan pasar tradisional tersebut sangat memungkinkan pedagang yang berbeda untuk menjual komoditas yang sama, misalnya sayur, ikan ataupun bahan-bahan dapur, karenanya pasar tradisional dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pasar persaingan sempurna. Kelonggaran hukum dan peraturan pasar tradisional tersebut dapat memberi dampak tersendiri, baik itu negatif maupun positif bagi penjual maupun pembeli. Salah satunya adalah mudahnya akses penjual untuk masuk dalam pasar disamping harga relatif lebih murah (Moersid, 2003)

Menurut Kotler dan Keller (2007:12), pasar tradisional adalah tempat secara fisik di mana para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Secara fisik, pasar tradisional terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.


(23)

2.1.2. Karakteristik Pasar Tradisional

Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, volume barang relative kecil, bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, kotor, berlakunya sistem harga luncur, dan interaksi berlangsung secara real Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa pasar tradisional masih cenderung kearah kegiatan ekonomi yang subsistensi (Moersid, 2003:3).

Menurut Peraturan Menteri No.20 tahun 2012 tentang pengembangan pasar tradisional, yang menjadi ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut: 1). Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah. 2). Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.

Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.

3). Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.

Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu, dan daging

4). Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.

Barang dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang


(24)

diambil dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak sampai mengimpor hingga keluar pulau atau negara

Beberapa potensi dan ciri pasar tradisional antara lain adalah:

1). Kemampuan pasar tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari kawasan sekitarnya.

2). Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian, perumahan, serta kebutuhan pokok masyarakat secara luas.

3). Pasar tradisional memiliki segmentasi pasar tersendiri, yang membedakannya dari pasar modern.

4). Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita sehingga sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha untuk kaum wanita, dalam arti wanita umumnya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pria dalam melayani konsumen.

5). Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang cukup cepat dengan sistem pembayaran tunai (Moersid, 2003:6).

Kekuatan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja yang luar biasa, dimana kita bisa melihat dan memegang secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal kelemahannya.


(25)

Kelemahan itu antara lain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, di mana wanita di perkotaan umumnya berkarir sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional (Moersid, 2003).

Selain kelemahan-kelemahan di atas, faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern (Moersid, 2003)

Moesri (2003) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern

No Karakteristik Pasar Tradisional Pasar Modern

1 Pengelolaan Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar)

Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki

perseorangan bersifat tradisional

Dikelola oleh suatu perusahaan (grup atau perseorangan)

Pengelolaan secara profesional

2 Organisasi Ada koperasi pedagang pasar Ada manajemen pengelolaan yang jelas 3 Kondisi fisik

tempat usaha

Bangunan temporer, semi permanent atau permanent Kebersihan tidak terjaga dengan baik

Gang antar kios terlalu sempit Fasilitas parkir tidak memadai

Bangunan permanen umumnya dilengkapi dengan fasilitas fasilitas memadai -Kebersihan dan

kenyamanan konsumen lebih diutamakan -Pengaturan rak barang cukup baik

4 Barang Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan

Barang yang dijual hamper sama dengan


(26)

rumah tangga sehari-hari - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar - Penataan barang seadanya

pasar tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol - Mutu barang terjamin - Barang ditata

berdasarkan jenisnya - Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen 5 Hubungan

penjual dan pembeli

Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli -Terjadi proses tawar-menawar

Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas - Transaksi bersifat ekonomis dan efisien 6 Waktu kegiatan Pada umumnyadimulai dari

pukul 06.00 s.d 18.00 Wib

Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib

7 Mekanisme perolehan komoditas

Diperoleh melalui pasar induk Memiliki akses langsung ke produsen 8 Lokasi Tumbuh tanpa perencanaan,

lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau

Strategi lokasi dipertimbangkan dengan matang Sumber : Moesri (2003)

2.1.3. Komponen Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan institusi ekonomi yang memiliki unsur dan peran sentral dalam berbagai kegiatan ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat dan sekitarnya (Linda; 2006)

Menurut Fuad (2006), beberapa komponen pasar tradisional adalah seperti berikut :

a. Pedagang

Pedagang pasar adalah pihak ketiga yang melakukan kegiatan dengan menjual atau membeli barang dan atau jasa yang menggunakan pasar sebagai tempat kegiatannya. Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab


(27)

sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono dkk,2000:45)

Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk di jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain (Widodo,2008:285-286)

Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Widodo (2008), dalam aktivitas ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan, yaitu:

1) Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.

2) Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lain.

3) Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen.

b. Pembeli

Pembeli atau konsumen pasar adalah semua golongan yang datang dengan tujuan untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya dengan harga murah dan dengan pelayanan langsung

c. Penunjang

Penunjang pasar yaitu: pemerintah sebagai pemberi izin berdirinya dan beroperasinya pasar, pihak swasta pedagang penyewa tempat, pelaksana pembangunan pasar, pengelola melaksanakan pembangunan, pengelola pemasaran


(28)

tempat, pengelola kebersihan, pengelola distribusi barang dan stabilitas harga serta bank memperlancar kegiatan ekonomi

2.1.4. Fasilitas Pasar Tradisional

Menurut Swastha (2004) fasilitas fisik pasar tradisional secara garis besar terdiri dari 1) Fasilitas fisik dan 2) Fasilitas non fisik

2.1.4.1. Fasilitas fisik pasar tradisional

a. Elemen utama

Salah satu elemen utama yang terdapat pada pasar yaitu ruang terbuka. Area ini biasanya digunakan sebagai tempat los-los pedagang non permanen atau area parkir liar yang mulai marak muncul pada saat ini. Elemen utama yang lainnya yaitu ruang tertutup. Ruang tertutup yang dimaksud adalah ruangan yang tertutup atap namun tidak tertutup sepenuhnya oleh dinding atau penyekat ruangan lainnya. Contohnya seperti toko, kios, los, dasaran, kamar mandi, dan gudang.

b. Elemen penunjang

Contoh elemen-elemen penunjang pada pasar tradsional yaitu area bongkar muat barang dagangan, dan pos penjaga.

c. Elemen pendukung

Beberpa elemen pendukung yang ada di pasar adalah pusat pelayanan kesehatan, penitipan anak, pelayanan jasa, kantor pengelola pasar, koperasi pasar, tempat ibadah seperti mushola atau masjid.

d. Pencapaian


(29)

f. Jaringan utilitas. g. Areal parkir h. Fasilitas sosial

Fasilitas sosial seringkali terlupakan pada pasar tradisional saat ini. Salah satu contoh sederhana fasilitas sosial yang dapat diaplikasikan pada pasar tradisional yaitu teras yang dapat digunakan sebagai interaksi sosial.

2.1.4.2. Fasilitas non fisik pasar

Selain fasilitas fisik yang terdapat pada pasar tradisional, ada pula fasilitas non-fisik yang terdapat pada pasar tradisional seperti pengelolaan pasar, pelayanan dan pengawasan kesehatan dan kelengkapan komoditi yang tersedia dalam pasar.

2.2. Penjualan 2.2.1. Pengertian

Pembeli didefinisikan sebagai orang yang datang ke lokasi tertentu dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa. Seorang pembeli yang ingin membeli barang perlu mengetahui terlebih dahulu harga setiap barang yang ditawarkan. Pembeli dapat memilih barang yang dibutuhkan sesuai dengan kualitas yang diinginkannya dan dana yang tersedia. Harga dalam hal ini adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya (Stanton, 2005).


(30)

Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan menentukan bagi perusahan dalam mencapai sebuah tujuan perusahan yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Stanton (2005) penjualan adalah proses menjual, padahal yang dimaksud penjualan dalam laporan laba-rugi adalah hasil menjual atau hasil penualan (sales) atau jualan. Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit. Sedangkan menurut Kusnadi (2009:19), menjelaskan bahwa : penjualan (sales) adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual.

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standard Akuntansi No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan bahwa “penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya. Sedangkan menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.

Dari penjelasan di atas dapat disimpukan bahwa penjualan adalah suatu proses pembuatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian (penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan berdasarkan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait baik dibayar secara tunai maupun kredit.


(31)

2.2.2 Jenis dan Bentuk Penjualan

Menurut Basu Swasta dalam buku Manajemen Penjualan terdapat beberapa jenis penjualan yang biasa dikenal dalam masyarakat diantaranya adalah (Kotler, 2005: 112-113):

1. Trade Selling

Penjualan yang terjadi bilamana produsen dan pedagang besar memperhasilkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distribusi produk mereka. Hal ini melibatkan kegiatan promosi perdagangan, persediaan dan produk yang baru, jadi titik beratnya adalah para penjual melalui penyalur bukan pada penjualan ke pembeli akhir.

2. Missionary Selling

Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk membeli barang dari penyalur perusahaan.

3. Technical Selling

Berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran dan nasihat kepada pembeli akhir dari barang dan jasa.

4. New Business Selling

Berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli menjadi pembeli seperti halnya yang dilakukan perusahaan asuransi.

5. Responsive Selling

Setiap tenaga penjual diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap permintaan pembeli melalui Roote driving and Retaining, jenis penjualan ini tidak akan menciptakan penjualan yang besar, namun akan terjalin hubungan pelanggan yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.

Menurut Mulyadi (2008: 204) terdapat berbagai macam transaksi penjualan yang dapat diklasifikaikan sebagai berikut :


(32)

1. Penjualan secara tunai

Penjualan yang bersifat “Cash and Carry” dimana penjualan setelah terjadi kesepakatan harga antara penjual dengan pembeli, pembeli langsung menyerahkan pembayaran secara tunai dan biasa langsung dimiliki pembeli. 2. Penjualan kredit

Penjualan non cash dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan. 3. Penjualan secara tender

Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender.

4. Penjualan ekspor

Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang yang biasanya menggunakan fasilitas Letter of Credit (LC).

5. Penjualan secara konsiyasi

Penjualan barang secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjualan apabila barang tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan pada penjual. 6. Penjualan secara grossir

Penjualan yang dilakukan tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang perantara yang menjadi perantara pabrik atau importir dengan pedagang eceran.

2.2.3. Fungsi dan Tujuan Penjualan

Menurut Mulyadi (2008:205) fungsi penjualan meliputi aktivitas - aktivitas yang dilakukan oleh penjual untuk merealisasikan penjual seperti berikut:

1. Menciptakan permintaan. 2. Mencari pembeli.

3. Memberikan syarat-syarat penjualan. 4. Memindahkan hak milik.


(33)

Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan utama yaitu mendapatkan laba semaksimal mungkin dan dapat mempertahankan atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu yang lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang telah direncanakan oleh perusahaan. Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan, yaitu:

1. Mencapai volume penjualan tertentu. 2. Menentukan laba tertentu.

3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Penjualan

Dalam kenyataanya sebuah kegiatan penjualan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar, beberapa faktor tersebut antara lain (Kotler, 2005: 117-118):

a. membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan.

b. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target penjualan.

1. Kondisi Kondisi dan Kemampuan Pasar

Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan yaitu :

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan. b. Harga pokok.

c. Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan sebagainya.

2. Kondisi Pasar


(34)

a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintah atau pasar internasional.

b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya. c. Daya beli.

d. Frekuensi pembeliannya. e. Keinginan dan kebutuhan. 3. Modal

Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang dianggarkan seperti untuk :

c. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan. 4. Kemampuan Organisasi Perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.

2.3. Fluktuasi Harga Bahan Bakar Minyak 2.3.1. Harga

Menurut Kotler (2002 : 195) harga adalah : “Nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan tau kepemilikan barang dan jasa”. Menurut bayangan orang-orang harga adalah uang yang dibayarkan atas suatu barang atau layanan jasa yang diterima. Biasanya sang penjual menetapkan harga berdasarkan pada kombinasi barangsecara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan secarasingkat dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untukmendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta layanannya


(35)

2.3.2. Fluktuasi Harga

Fluktuasi adalah lonjakan atau ketidaktetapan segala sesuatu yang bisa digambarkan dalam sebuah grafik. Naik turunnya harga (fluktuasi) dan tingkat harga dari produk-produk pertanian dilihat dari kenyataan-kenyataan yang berlangsung di masyarakat, dengan adanya patokan harga dari pemerintah telah dapat dikendalikan dengan baik, dimana naik dan turunnya itu serta tingkatannya hanya berkisar di antara harga patokan tersebut.

Menurut Yohanes (2007:4) fluktuasi adalah perubahan naik atau turunya suatu variabel yang terjadi sebagai akibat dari mekanisme pasar. Secara tradisional fluktuasi dapat diartikan sebagai perubahan nilai. Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa fluktuasi adalah suatu perubahan variabel tertentu yang umumnya terjadi karena mekanisme pasar. Perubahan itu dapat berupa kenaikan atau penurunan nilai variabel tersebut.

Penilaian yang dirasakan setiap konsumen terhadap suatu barang dan jasa yang mereka terima tidak sama, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk. Oleh karena itu setiap produsen akan berusaha memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual.

Menurut Hawkins, Nothesbaugh dan Best (2007), persepsi adalah : “sebuah proses yang diawali dengan pemaparan konsumen dan perhatikan terhadap rangsangan pemasaran dan berakhir dengan penafsiran oleh konsumen”. Terdapat 2 (dua) faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kewajaran suatu harga. Pertama, perception of price differeces. Pembeli cenderung melakukan evaluasi


(36)

terhadap perbedaaan harga antara harga yangditawarkan terhadap harga dasar yang diketahui.

Menurut Kanuk, (2000) faktor lain yang mempengaruhi persepsi terhadap kewajaran suatu harga adalah price references yaitu dimiliki oleh pelanggan yang didapat pengalaman sendiri (internal price) dan informasi luar iklan dan pengalaman orang lain (external references prices).

Pada saat pemprosesan informasi harga secara kognitif terjadi, konsumen dapat membuat perbandingan antara harga yang ditetapkan dengan harga atau rentang harga yang telah terbentuk dalam benak mereka untuk produk tersebut. Harga dalam benak konsumen yang digunakan untuk melakukan perbandingan ini disebut internal reference price (harga referensi internal). Referensi harga internal pada dasarnya bertindak sebagai penuntun dalam mengevaluasi apakah harga yang ditetapkan dapat diterima konsumen atau tidak. Kotler menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1) Perhatikan Selektif

Orang-orang mungkin lebih memperhatikan stimulasi yang berhubungan dengan kebutuhan saat ini, stimulasi yang kalau diantisipasi serta stimulasi yang besar dalam kaitannya dengan ukuran normal.

2) Distorsi Selektif

Menjelaskan kecenderungan orang untuk mengolah informasi menjadi suatu pengertian pribadi


(37)

Orang-orang akan melupakan kebanyakan dari hal, yang mereka pelajari dancenderung mempertahankan informasi yang mendukung pendirian dan kepercayaan mereka.

Rangkuti (2009 : 104) menyatakan bahwa “Persepsi mengenai harga diukur berdasarkan pesepsi pelanggan yaitu dengan cara menanyakan kepada pelanggan variabel-variabel apa saja yang menurut paling penting dalam memilih sebuah produk”. Persepsi harga sering diidentikkan dengan persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk

Menurut Rosyidi (2009:291) Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan investor selalu berusaha mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman.

Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan perusahaan menjadi semakin kecil. Di lain pihak


(38)

dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan.

Menurut Rosyidi (2009:291) : kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut :

1. Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,

2. Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat, 3. Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaumburuh juga akan kewalahan menanggung dan


(39)

mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para pedagang dan industriawan, dan para debitur.

Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa (Rosyidi, 2009:187).

Walaupun dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan kenaikan inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologisnya yang relatif kuat. Dampak ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu kenaikan harga BBM mulai terdengar.


(40)

Perilaku kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan. Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam distribusi barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan juga akan menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya (Rosyidi, 2009:187).

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis sebelumnya telah dilakukan oleh Djoko Suseno, Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta tahun 2010 dengan judul Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak, Telepon dan Tarif Dasar Listrik terhadap Perekonomian Indonesia dan membuktikan bahwa kenaikan harga BBM, telepon dan tarif dasar listrik memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia terutama terhadap kenaikan harga bahan bahan pokok.

Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Hendri, 2005, Universitas Terbuka dengan judul Kajian Dampak Ekonomi Kenaikkan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Pada Kesejahteraan Masyarakat Desa Versus Kota dan secara kuantitatif membuktikan bahwa ada penurunan daya beli masyarakat baik dari Pedesaan maupun Perkotaan akibat dari adanya kenaikan harga BBM. Penurunan


(41)

daya beli ini berkisar antara 40% sampai dengan 64%. Kalau dilihat lebih lanjut penurunan daya beli masyarakat pedesaan lebih banyak sekitar 10% dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Penurunan daya beli ini lebih dirasakan pada masyarakat dengan tingkat pengeluaran yang rendah yaitu sekitar 59% sampai dengan 64% untuk masyarakat pedesaan dan sekitar 54% untuk masyarakat perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan harga BBM ini lebih dirasakan masyarakat pedesaan golongan pengeluaran atau pendapatan rendah. Temuan ini telah diuji dan hasilnya adalah signifikan bahwa ada perbedaan antara daya beli masyarakat Desadan Kota setelah ada kenaikan harga BBM.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 1 (satu) variabel bebas yakni fluktuasi harga BBM dan 1 (satu) variabel terikat Y (penjualan)

1). Variabel bebas (independent) fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni tanggapan responden atas naik turunnya harga BBM yang ditetapkan Pemerintah per November 2014.

2) Variabel terikat (dependent) adalah penjualan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan, yakni gambaran perkembangan penjualan para pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan setelah fluktuasi harga BBM.


(42)

Fluktuasi harga BBM

Penjualan Pedagang tradisional berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2.6. Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya (Sekaran dalam Sinulingga,2011).

Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut di atas, hipotesis penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap tingkat penjualan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.


(43)

BAB

III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi asimatris (asymetric

correlation) yakni atau hubungan antara dua variabel (variabel bebas dan variabel

terikat) dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain (Sudjana, 2002:48). Penelitian ini menggunakan metode survei karena menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah pada Pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan yang terletak di Perumahan Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Medan

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.3.1.Definisi Operasional

Secara rinci, definisi operasional variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala Ukur

Variabel Independe n

fluktuasi Harga

Yakni naik turunnya harga bahan bakar minyak yang diukur berdasarkan tanggapan masing-masing dari

ke-10 Item pertanyaan

Likert

- Sangat setuju (SS), skor 4 - Setuju (S), skor 3

- Tidak setuju (TS), skor 2 - Sangat tidak setuju (STS),


(44)

BBM

30 responden tentang fluktuasi harga BBM yang terjadi skor 1 Variabel Dependen Penjualan pedagang

Yakni tingkat penjualan rata-rata pedagang tradisional yang diukur berdasarkan tanggapan masing-masing dari ke-30 responden tentang kondisi penjualan yang dialami setelah fluktuasi harga BBM

10 Item pertanyaa n

Likert

- Sangat setuju (SS), skor 4 - Setuju (S), skor 3

- Tidak setuju (TS), skor 2 - Sangat tidak setuju (STS), skor 1

3.3.2. Teknik Pemberian Skor

1). Variabel Bebas X (Fluktuasi Harga BBM)

Kuesioner tentang variabel bebas X (fluktuasi harga BBM) terdiri dari 10 item masing masing terdiri dari 4 opsi berdasarkan skala Likert yakni :

1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 3

3) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

4) Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 2). Variabel Terikat Y (Penjualan Pedagang)

Kuesioner tentang variabel terikat Y (penjualan pedagang) terdiri dari 10 item masing masing terdiri dari 4 opsi berdasarkan skala Likert yakni :

1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 3

3) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2


(45)

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang (Sugiono; 2006:47).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang tradisional di Pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan yang terdiri dari 186 orang (hasil pra penelitian pada tanggal 21 Desember 2014).

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya, merupakan wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representase dari seluruh populasi sehingga kesimpulan berlaku bagi keseluruhan populasi. Berhubung populasi dalam penelitian ini cenderung homogen maka sampel dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling sehingga jumlah sampel penelitian ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian yakni sebanyak 30 pedagang tradisional.

3.5. Jenis Data Penelitian 3.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap kuesioner yang disebarkan kepada sampel penelitian yakni tentang fluktuasi harga BBM dan kondisi penjualan pedagang di pasar tradisional setelah fluktuasi


(46)

harga BBM. Kuesioner akan dibagi kepada masing masing responden sebagai subjek penelitian yang merupakan pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data pendukung lainnya yang diperoleh dari sampel penelitian seperti umur, pendidikan dan lama berdagang.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan 2 (dua) cara berikut:

a. Metode Angket (Questionaire)

Adalah merupakan suatu daftar pertanyaan tentang topic tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individual atau kelompok. Metode ini dipergunakan untuk menjaring data tentang fluktuasi harga BBM dan tingkat penjualan para pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan. b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan data sekunder yang mendukung data primer seperti umur,pendidikan dan lama berdagang.

3.7. Analisis Data 3.7.1. Uji Validitas

Validitas atau kesahihan merupakan kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh karenanya


(47)

diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto; 2003: 219). Disini dijelaskan ada dua jenis validitas instrument penelitian yaitu: validitas logis dan validitas empiris. Maksud dari validitas logis apabila instrumen tersebut secara logis sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan.

Hasil uji validitas terhadap ke-20 item pernyataan penelitian dapat dirangkum pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Item pertanyaan r-hitung

validitas

r-tabel Kesimpulan

Fluktuasi Harga BBM (X)

Fluk1 .448 0.30 Valid

Fluk2 .595 0.30 Valid

Fluk3 .410 0.30 Valid

Fluk4 .488 0.30 Valid

Fluk5 .463 0.30 Valid

Fluk6 .681 0.30 Valid

Fluk7 .448 0.30 Valid

Fluk8 .667 0.30 Valid

Fluk9 .419 0.30 Valid

Fluk10 .541 0.30 Valid

Penjualan Pedagang (Y)

Penj1 .413 0.30 Valid

Penj2 .595 0.30 Valid

Penj3 .473 0.30 Valid

Penj4 .539 0.30 Valid

Penj5 .511 0.30 Valid

Penj6 .681 0.30 Valid

Penj7 .370 0.30 Valid

Penj8 .687 0.30 Valid

Penj9 .392 0.30 Valid

Penj10 .563 0.30 Valid


(48)

Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa nilai r-hitung validitas ke-20 item

pertanyaan adalah lebih besar dari r-tabel (0.30) sehingga dapat disimpulkan bahwa

ke-20 item pertanyaan adalah valid.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Sugiono (2005:39) menyatakan bahwa reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat konsitensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Menurut Santoso (2001:67) reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.

Sugiono (2005:40) menyatakan bahwa pengukuran reliabilitas dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Repeated measure (pengukuran ulang).

Dalam waktu yang berbeda, responden diberi butir pertanyaan dan alternatif jawaban yang sama. Butir pertanyaan dikatakan andal jika jawabannya sama.

2. One shot (pengukuran sekali saja).

Pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan skali menyebarkan kuesioner terhadap responden, dan hasil skornya diukur korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan komputer Statistical


(49)

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60.

Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi, jawaban atau pertanyaan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang. Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Alpha’s

Cronbach yang dirumuskan dalam Santoso (2001:63) sebagai berikut.

Keterangan:

sj2 = varian skor item ke-j dengan j = 1,2,...,k

k = banyaknya item

sX2 = varian skor total keseluruhan item

Jika koefisien reliabilitas (α) ≥ 0,6 maka alat ukur dianggap reliable (handal) atau terdapat internal consistency reliability (Malhotra, 2005:59).

Hasil uji reliabilitas terhadap ke-2 variabel penelitian memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel r-hitung

reliabilitas

r-tabel Kesimpulan

1 Fluktuasi harga BBM (X) 0.814 0.6 Reliabel 2 Penjualan pedagang (Y) 0.825 0.6 Reliabel Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)


(50)

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa kedua variabel penelitian memiliki nilai r-hitung reliabilitas lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-3

variabel penelitian adalah reliabel

3.7.3. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal, gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal. Tujuan Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal, Sugiono (2005:49).

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal adalah dengan analisis grafik dan uji statistik. Dengan bantuan grafik yang terdapat dalam fasilitas SPSS, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan uji normalitas data secara statistik dilakukan dengan uji Skewness dan kurtosis, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi > 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal.

3.7.4. Uji Hipotesis

Mengingat penelitian ini hanya terdiri dari 1(satu) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis


(51)

regresi linier sederhana dengan uji-t secara parsial yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh kenaikan BBM terhadap penjualan pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.

3.7.4.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi R2 bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen (fluktuasi harga BBM) mempengaruhi variabel dependen (penjualan pedagang tradisional). Jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 (satu) atau 0 ≤ R2 ≤ 1, maka semakin kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila nilai R2 mendekati nol, maka semakin lemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.7.4.2 Persamaan Regresi

Model analisis data menggunakan persamaan Regresi Linier sederhana

(Simple Linear Regression) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen (Sugiono, 2006:58). Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1

Y = Penjualan pedagang tradisional

α = Konstanta b = Koefisien Regresi e = Standard error


(52)

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen (kenaikan harga BBM) terhadap variabel dependen (penjualan pedagang tradisional), digunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut;

2

1 2

xy xy

r N r t

  

Dengan menggunakan derajat kebebasan (db = N-2) pada daftar signifikansi 5%, maka apabila t-hitung > t-tabel dinyatakan kontribusi yang dihitung

berarti atau signifikan (Sugiyono, 2010:44). Seluruh analisis data regresi linier berganda dilakukan dengan proses kompeterisasi Statistical Package for Sosial


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perumnas Simalingkar Medan atau yang dikenal sebagai Perumnas Simalingkar A adalah salah satu lokasi perumahan di kota Medan yang didirikan pada tahun 1986 oleh BUMN sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1930 tentang perusahaan umum yang bertujuan untuk mendirikan perumahan nasional untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah seperti pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta dan lain sebagainya.

Pada awalnya, lokasi perumahan Simalingkar ini adalah tanah milik rakyat seluas sekitar 6 ha. Sebelum didirikan perumahan, tanah ini duhulunya adalah kebun karet yang ditanami oleh rakyat, yang kemudian dibeli oleh pemerintah untuk didirikan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah. Selain tanah milik rakyat, perumnas adalah bekas perkebunan karet milik PTP II yang berpusat di Tanjung Morawa. Dari 147, 6 ha, keseluruhan areal Perumnas Simalingkar maka areal yang 147 ha adalah milik PTP II sedangkan 6 ha adalah milik perseorangan. Dengan demikian masalah pembebasan tanah tidak begitu sulit dan tidak memakan biaya yang besar. Tanaman karet dianggap tidak menguntungkan lagi karena sudah tidak berproduksi sehingga oleh pemerintah mengambil kebijaksanaan agar lokasi ini dibangun perumnas sesuai dengan tuntutan kebutuhan perumahan bagi masyarakat di kota Medan. Adapun biaya


(54)

untuk pembangunan Perumnas Simalingkar untuk 7.350 unit adalah Rp. 120.375.000.000.- (seratus dua puluh milyar tiga ratus tujuh puluh lima juta

rupiah) dan biaya untuk pembebasan tanah milik perseorangan adalah Rp. 10.050.000 (sepuluh juta lima puluh ribu rupiah)

Perumnas Simalingkar A berada di kecamatan Medan Tuntungan, kelurahan Mangga. Kecamatan Medan Tuntungan sebelumnya merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1973 tanggal 20 Mei 1973 tentang perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dengan mengambil tanah negara, tanah adat yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Deli Serdang. Sejak PP No. 22 tahun 1973 tersebut Kotamadya Medan menjadi 11 Kecamatan dari 4 Kecamatan sebelumnya.

Perumnas Simalingkar A berada di kecamatan Medan Tuntungan, kelurahan Mangga. Kecamatan Medan Tuntungan sebelumnya merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1973 tanggal 20 Mei 1973 tentang perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dengan mengambil tanah negara, tanah adat yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Deli Serdang. Sejak PP No. 22 tahun 1973 tersebut Kotamadya Medan menjadi 11 Kecamatan dari 4 Kecamatan sebelumnya.

Di kota Medan Pemerintah melalui program Perum Perumnas pada tahun 1979/1980 telah mendirikan 10.000 unit rumah sederhana di Medan Timur (Perumnas Mandala) dan di Medan Barat (Perumnas Helvetia) sebanyak 4.837


(55)

unit. Tahun 1986 dibangun 7000 unit rumah sederhana di Medan Selatan (Perumnas Simalingkar A) dan tahun 1985 didirikan rumah susun murah sebanyak 500 unit di lokasi Medan Sukaramai. Tahun 1993 didirikan rumah sederhana (Perumnas Martubung) yang meliputi Perumahan Pesona Laguna I dan II yang sampai sekarang pembangunannya masih berlangsung dan telah selesai sebanyak 3.000 unit dari 12.000 unit rumah yang dirancang secara bertahap.

Perumnas Simalingkar A sudah siap huni, setiap rumah telah di fasilitasi listrik PLN, air PDAM, saluran pembuangan air yang bagus. Perumnas Simalingkar A berada di wilayah kelurahan Mangga. Masyarakat memilih untuk tinggal dan membeli rumah di Perumnas Simalingkar A ini karena harga rumah yang terjangkau dan suasana lingkungannya masih asri, jauh dari kebisingan kota. Pada tahun 1986-1987 jumlah rumah yang didirikan masih sekitar 500 unit seiring perkembangan zaman dan kebutuhan akan perumahan yang terus meningkat maka diadakan pembangunan rumah secara besar-besaran. Pada tahun 2000, pembangunan telah selesai. Pada tahun 2000 ini, jumlah rumah yang telah siap dihuni berkisar 7.350 unit rumah. Jumlah ini sudah maksimal dalam pendirian rumah. Perumahan Simalingkar A dibangun dalam 2 tahap. Tahap A dibangun sebanyak 3.512 unit sedangkan tahap B sebanyak 3.838 unit rumah.

Pajak tradisional Perumnas Simalingkar didirikan bersamaan dengan tahun berdirinya Perumnas Simalingkar dengan luas 6 hektar dengan jumlah kios 237 unit kios yang memperdagangkan berbagai jenis sembako, sayuran, ikan, buah buahan serta perabotan rumah tangga. Pasar tradisional ini beroperasi setiap


(56)

harinya sejak jam 05.30 pagi hingga jam 6.30 sore dengan jumlah pedagang 240 orang.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin pendidikan, dan lama berdagang.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi umur dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 24-34 8 26.7

2. 35-45 16 53.3

3. 46-55 6 20.0

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 8 orang (26.7%) berumur dibawah antara 24-34 tahun, 16 orang (53.3%) berumur antara 35-45 tahun, dan 6 orang (20.0%) berumur antara 46-55 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden berumur antara 35-45 tahun (53.3%). Grafik lingkar umur responden dapat dilihat pada gambar berikut :


(57)

27%

53% 20%

24-34 tahun 35-45 tahun 46-55 tahun

Gambar 4.1. Grafik Umur Responden

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Perempuan 12 40.0

2. Laki-laki 18 60.0

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 12 orang (40.0%) adalah perempuan dan 18 orang (60.0%) adalah laki-laki. Dengan demikian, mayoritas responden adalah laki-laki (60.0%). Grafik jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar berikut :

40%

60%

Laki-laki P erempuan


(58)

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 4 jenjang pendidikan yakni SMP, SMA, D3 dan S2 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SMP 4 13.3

2. SMA 21 70.0

3 D3 2 6.7

4 S1 3 10.0

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015(data diolah)

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 4 orang (13.3 %) berpendidikan SMp, 21 orang (70.0%) berpendidikan SMA, 2 orang (6.7%) berpendidikan D3 dan 3 orang (10.0%) berpendidikan S1. Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan SMA (70.0%). Grafik pendidikan responden dapat dilihat pada gambar berikut :

13%

70%

7% 10%

SM P SM A D3 S1


(59)

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berdagang

Lama berdagang dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 3 periode yaknkii dibawah 5 tahun, 5-10 tahun dan lebih dari 10 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Berdagang No Lama Berdagang

(tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. <5 3 10.0

2. 5-10 13 43.3

3 >10 14 46.7

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015(data diolah)

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 3 orang (10.0 %) dengan lama berdagang kurang dari 5 tahun, 13 orang (43.3%) dengan lama berdagang 5-10 tahun dan 14 orang (46.7%) dengan lama berdagang lebih dari 10 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden dengan lama berdagang lebih dari 10 tahun (46.7%). Grafik lama berdagang responden dapat dilihat pada gambar berikut :

47% 10%

43%

<5 tahun 5-10 tahun >10 tahun

Gambar 4.4. Grafik Lama Berdagang Responden


(60)

4.3.1. Fluktuasi Harga BBM

Distribusi jawaban responden terhadap ke-10 item pernyataan tentang fluktuasi harga BBM dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Fluktuasi Harga BBM

Pernyataan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Fluktuasi Harga BBM n % n % n % n % n %

Menurut saya, naik turunnya harga BBM tergantung kepada harga minyak dunia

25 83.3 5 16.7 0 0.0 0 0.0 30 100.0

Menurut saya, Pemerintah harus bisa mengendalikan naik turunnya harga BBM

19 63.3 7 23.3 4 13.3 0 0.0 30 100.0

Menurut saya, tidak ada keharusan bagi Pemerintah untuk menaikkan harga BBM

22 73.3 3 10.0 5 15.7 0 0.0 30 100.0

Menurut saya, yang paling merasakan dampak buruk kenaikan harga BBM adalah masyarakat miskin

18 60.0 7 23.3 5 16.7 0 0.0 30 100.0

Menurut saya, pemerintah kurang mempertimbangkan dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat miskin dan pedagang

25 83.3 5 16.7 0 0.0 0 0.0 30 100.0

Menurut saya, sebelum menaikkan harga BBM, pemerintah sebaiknya melakukan survey agar kenaikan harga BBM tidak terlalu memberatkan

19 63.3 6 20.0 5 16.7 0 0.0 30 100.0

Jika kebijakan pemerintah tidak tepat, maka kenaikan


(61)

harga BBM justru menimbulkan

kesengsaraan bagi masyarakat miskin

Masyarakat pedagang pada umumnya menilai bahwa kenaikan harga BBM selalu menimbulkan kesengsaraan

18 60.0 7 23.3 4 13.3 1 3.3 30 100.0

Masyarakat luas selalu sinis jika mendengar isu

bahwa pemerintah menaikkan harga BBM

22 73.3 4 13.3 4 13.3 0 0.0 30 100.0

Kenaikan harga BBM membuat masyarakat lemah panik dan bingung

20 66.7 6 20.0 4 13.3 0 0.0 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa ditinjau dari ketergantungan harga BBM terhadap harga minyak dunia, mayoritas responden ((83.3%) menjawab sangat setuju bahwa naik turunnya harga BBM tergantung kepada harga minyak dunia. Hal ini membuktikan bahwa responden pada umumnya menyadari hubungan antara harga BBM dalam negeri dengan harga minyak dunia.

Ditinjau dari pengaruh kontrol pemerintah atas naik turunnya harga BBM, mayoritas responden (63.3%) menjawab sangat setuju bahwa Pemerintah harus bisa mengendalikan naik turunnya harga BBM. Hal ini berarti bahwa responden menyadari betapa pentingnya peran pemerintah dalam mengendalikan fluktuasi harga BBM.

Ditinjau dari keharusan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM, mayoritas responden (73.3%) menjawab sangat setuju bahwa tidak ada keharusan


(62)

bagi Pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Hal ini berarti bahwa pada umumnya responden meyakini bahwa naik turunnya harga BBM sangat bergantung kepada itikad atau kebijakan pemerintah.

Ditinjau dari pihak yang paling merasakan dampak kenaikan BBM, mayoritas responden (60.0%) menjawab sangat setuju bahwa yang paling merasakan dampak buruk kenaikan harga BBM adalah masyarakat miskin. Hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya responden menyadari bahwa masyarakat miskin adalah pihak yang paling merasakan dampak negatif dari kenaikan harga BBM.

Ditinjau dari pertimbangan pemerintah atas dampak kenaikan BBM, mayoritas responden (83.3%) menjawab sangat setuju bahwa pemerintah kurang mempertimbangkan dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat miskin dan pedagang. Hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya responden meyakini bahwa kebijakan menaikkan harga BBM lebih berpihak kepada kelompok menengah ke atas.

Ditinjau dari harapan terhadap kebijakan pemerintah, mayoritas responden (63.3%) menjawab sangat setuju bahwa sebelum menaikkan harga BBM, pemerintah sebaiknya melakukan survey agar kenaikan harga BBM tidak terlalu memberatkan.

Ditinjau dari dampak kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM, mayoritas responden (73.3%) menjawab sangat setuju bahwa jika kebijakan pemerintah tidak tepat, maka kenaikan harga BBM justru menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat miskin.


(63)

Ditinjau dari dampak buruk kenaikan harga BBM, mayoritas responden (60.0%) menjawab sangat setuju bahwa pada umumnya kenaikan harga BBM selalu menimbulkan kesengsaraan. Hal ini membuktikan bahwa banyak anggota masyarakat yang benar tidak siap dengan kenaikan harga BBM karena takut menimbulkan kesengsaraan.

Ditinjau dari kesensitifan terhadap isu kenaikan harga BBM oleh pemerintah, mayoritas responden (73.3%) menjawab sangat setuju bahwa masyarakat luas selalu sinis jika mendengar isu bahwa pemerintah menaikkan harga BBM. Hal ini menggambarkan tingkat kepekaan dan kekuatiran masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga BBM.

Ditinjau dari kepanikan dan kebingungan akibat kenaikan harga BBM, mayoritas responden (66.7%) menjawab sangat setuju bahwa knaikan harga BBM membuat masyarakat lemah panik dan bingung. Hal ini berarti ada kepanikan dan kebingungan di kalangan masyarakat luas sehubungan dengan issu kenaikan harga BBM.

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden tentang penghasilan rumah tangga tersebut di atas, fluktuasi harga BBM dikelompokkan kedalam 3 kategori yakni tinggi, sedang dan rndah dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.6

Kategori Persepsi Responden Tentang Fluktuasi Harga BBM Kategori Persepsi Tentang

Fluktuasi Harga BBM Jumlah Persentase (%)

Tinggi (> nilai rata-rata) 15 50.0


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap pendapatan pedagang tradisional, dapat disimpulkan bahwa :

1. Fluktuasi harga BBM memberi pengaruh signifikan secara negatif terhadap

penjualan pedagang tradisional Perumnas Simalingkar Medan. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM selalu disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain sehingga dampak kenaikan harga-harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat kecil

2. Besarnya pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap penjualan pedagang

tradisional adalah sebesar 64.1%. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 64.1% penjualan pedagang tradisional dipengaruhi oleh fluktuasi harga BBM. Dengan kata lain, semakin tinggi fluktuasi harga BBM, semakin tidak stabil pendapatan pedagang tradisional.

5.2. S a r a n

Mengingat hasil penelitian belum menggambarkan pencapaian maksimal, maka dengan ini disampaikan saran-saran perbaikan untuk penelitian selanjutnya ; 1. Kepada para pedagang tradisional, disarankan untuk mengurangi modal

penjualannya disaat terjadi fluktuasi harga BBM sehingga dampak yang ditimbulkan fluktuasi harga tersebut tidak terlalu memberatkan pedagang.


(2)

2. Kepada Dinas Pengelola Pajak radisional Perumnas Simalingkar, disarankan untuk memberikan kemudahan kemudahan kepada para pedagang khususnya saat terjadinya fluktuasi harga BBM, misalnya mengurangi iuran keamanan dan kebersihan serta sewa kios sehingga tidak terlalu memberatkan para pedagang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Albert D & Mulyadi M, (2008). E-learning dan Aspek-aspek Penting dalam Penerapannya . Studi pustaka. Diakses pada tanggal 30 januari 2012

Barsamian, David, dan Liem Siok Lan.2008.Menembus Batas. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Djoko Suseno (2012), Fakultas Ekonomi, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak Terhadap Perekonomian Indonesia

Fuad, 2006, Christine H, Nurlela, Sugiarto dan Paulus Y.E.F. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Harmanto. 2007. Pasar Tradisional Kita Semakin Babak Belur. http://harmanto.blog.detik.com/index.php.archives/.61

Husein Umar, 2001, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hendri, 2005, Universitas Terbuka dengan judul Kajian Dampak Ekonomi Kenaikkan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Pada Kesejahteraan Masyarakat Desa Versus Kota

Ikram, M. 2002. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu.

Indrakh. 2007. Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern. http://indrakh.wordpress.com/2007/09/03/Pasar-Tradisional-di-Tengah kepungan Pasar-Modern/


(4)

Kotler, Philip, 2005. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Edisi VI. Jilid I. Penerjemah; Jaka Wasana. Jakarta; Erlangga

Kusnadi, 2009, Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate), Malang :Brawijaya.

Malhotra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran. (Pendekatan Terapan). Terjemahan Soleh Rusyadi M. Jakarta PT.Indeks Kelompok Gramedia

Moersid, Adhi, 2003. Pasar Tradisional di Persimpangan Jalan (makalah), Palembang. Forum Musda IAI Cabang Sumatra Selatan

Moleony (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit : Rosda Nurlaela, Bandung.

Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Rina Oktaviani (2010), Fakultas Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Kinerja Ekonomi dan Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia

Rosyidi,Suherman,2009.Pengantar Teori Ekonomi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saryono Dkk, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Kedua, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.


(5)

Silitonga,Linda. 2006. Depdag Batasi Produk Impor Ke Pasar Modern. [http://www.unisosdem.org] diakses tangggal 10 Februari 2015.

Singgih Santoso, 1999, SPSS, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sulaeman, Suhendar. 2004. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global, Jakarta.

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. (1986). Ekonomi Edisi Ke-12. Jakarta: Erlangga.

Santoso, (2001), Metode Penelitian Sosial dengan Bantuan SPSS, Bandung: Alfabeta.

Simamora Bilson, (2003), Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif & Profitabel, Jakarta, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sofyan Assauri (2003), Manajemen Pemasaran Jasa, Jilid 1, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Stanton, William J, (2005), Prinsip Pemasaran, terj. oleh Alexander Sindoro Jakarta, Penerbit Erlangga

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiono, (2005), Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, (2003), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta.


(6)

Sugiharsono, Zamroni, dan Suyanto. 2000. Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta : Penerbit Prima Mitra Media.

Supranto, 2004, Statistik Cipta Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta : Gramedia.

Swasta Basu dan Irawan, 2004, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty Yogyakarta

Widodo. 2008. Glosarium Undang-Undang. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia

Winardi. 205. Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit Mandar Maju, Bandung

Peraturan Presiden RI No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

http://economy.okezone.com/sejarah-harga-bbm-sejak-zaman-soeharto, (diakses 9 Februari 2015)

http://yogas09.student.ipb.ac.id/gambaran-umum-pasar-tradisional/, (diakses 9 Februari 2015)