penelitian ini, upaya pencegahan terjadinya Incest antara lain dilakukan dengan cara:
89
1. Memberi pengetahuan
Untuk dapat mencegah masalah ini, dilakukan penyuluhan dan sosialisasi masalah kepada masyarakat yang rentan. Dengan sosialisasi
secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui isu perlindungan anak dan
sanksi hukum
yang dapat
diberikan terhadap
pelaku. Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat menengah
kebawah namun juga menengah keatas karena kekerasan pada anak banyak terjadi bukan karena kelas pendidikan yang cukup rendah, yang
memiliki pendidikan tinggi juga saat ini menjadi pelaku kekerasan seksual, tempat yang nyaman bagi anak justru tempat dimana kekerasan seksual
terjadi seperti disekolah dan di rumah. Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.
2. Berperan aktif untuk mencegah
Setiap orang yang mengetahui baik perorangan atau lembaga harus melaporkan kasus kepada pihak yang berwajib.
Selain itu agar kasus Incest ini tidak berulang lagi dalam keluarga maka dapat dilakukan langkah-langkah seperti:
90
89
Hasil wawancara dengan Safri, SH,M.H, hakim Pengadilan Negeri Binjai pada tanggal 1 Juni 2015 jam 10.00
90
Hasil wawancara dengan Azmiati Zuliah,SH,MH pada tanggal 29 mei 2015 jam 12.09 di Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak Jl. Abdul Hakim No. 5A Pasar I Setia Budi,
Medan-Sumut
Universitas Sumatera Utara
a. Memberi pengetahuan bahwa anak bukan aset yang dapat diperlakukan
seenaknya oleh orang dewasa atau orangtua. b.
Memberikan pemahaman tentang hak-hak anak atas perlindungan, pendidikan dan kasih sayang
c. Mendorong peran dan fungsi orangtua dan keluarga yang baik bagi anak.
d. Peningkatan pemahaman agama sejak dini kepada anak juga keluarga.
e. Meningkatkan peran dan fungsi orangtua dan mewujdukan keluarga yang
sakinah,mawaddah dan warohmah. f.
Menumbuhkan keharmonisan rumah tangga dan saling hormat menghormati sesama orangtua dan anak.
Yayasan Pusat Kajian dan perlindungan Anak PKPA sebagai salah satu lembaga yang berkontribusi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap
anak yang didirikan pada tanggal 21 Oktober 1996 atas inisiasi seorang tokoh hukum Alm Hj. Aminah Aziz dan digerakan oleh para aktivis muda yang
dipimpin Ahmad Sofian dan Fadly Nurzal. Alasan utama didirikannya lembaga ini adalah karena masih sangat buruknya situasi anak-anak di Sumatera Utara,
program perlindungan anak belum juga dijadikan prioritas dalam pembangunan, minimnya lembaga yang menangani dan punya perhatian terhadap anak.
Sehingga Komitmen PKPA untuk menjaga anak-anak Indonesia dari
berbagai tindakan kekerasan serta mendorong pemenuhan hak-hak anak akan terus dilakukan melalui berbagai kajian dan perlindungan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Azmiati Zuliah,SH,MH kasus Incest dapat ditanggulangi dengan upaya:
91
a. Pendidikan kesehatan reproduksi sex education sejak dini sesuai dengan
tingkat usianya b.
Menghindari segala bentuk kekerasan dalam mendidik anak, untuk alasan apapun kekerasan seksual tidak dibenarkan
c. Memahami setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi pada anak-anak
mengawasi bukan mengekang d.
Melakukan sosialisasi melalui berbagai bentuk kegiatan misalnya melalui media teather, melalui leaflet, brosur , media cetak dan elektronik tentang
dampak incest pada anak. e.
Melakukan pendampingan kasus mulai dari proses di kepolisian,kejaksaan sampai ke pengadilan
f. Mendorong kebijakan yang lebih baik dalam penanganan dan memberikan
hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku. g.
Membuka lapangan pekerjaan yang luas oleh pemerintah agar keluarga menjadi keluarga yang utuh dan tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
h. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar.
Bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi terutama menghayati nilai-nilai
91
Hasil wawancara dengan Azmiati Zuliah,SH,MH pada tanggal 29 mei 2015 jam 12.09 di Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak Jl. Abdul Hakim No. 5A Pasar I Setia Budi,
Medan-Sumut
Universitas Sumatera Utara
yang diajarkan sehingga menjadi bagian integral dari diri sendiri. Hal ini dapat dicapai dengan penghayatan akan Tuhan.
i. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih sensitif terhadap penderitaan orang
lain, sekaligus tidak sampai hati membuat orang lain sebagai korban. j.
Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif. k.
Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat
l. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga,
sehingga dapat terkontrol. m.
Memberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak. Upaya lain yang dilakukan apabila terdakwa kembali ketengah-tengah
keluarga agar tidak memberikan efek trauma terhadap anak PKPA mengusahakan: a.
Penguatan kepada anak agar mampu mengahadapi kehidupan kedepan b.
Melakukan konseling untuk mengilangkan traumatik terhadap korban c.
Mencari solusi alternatif agar anak dan ibunya dapat diamankan oleh keluarga dan juga kepala lingkungan dimana mereka tinggal
d. Meminta perlindungan hukum kepada pihak kepolisian jika terjadi ancaman
dari pelaku. Kebijakan non-penal ini lebih bersifat pencegahan atau preventif sebelum
terjadinya kejahatan dimana sasaran utamanya adalah dengan menangani faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan. Sebagai sarana yang memiliki posisi kunci
dan strategis dari upaya politik kriminal sudah sepatutnya sarana non-penal ini
Universitas Sumatera Utara
lebih diefektifkan. Tindakan hukum yang efektif maksudnya adalah ketika perilaku bergerak kearah yang lebih baik atau dikehendaki dan ketika subjek
hukum patuh pada setiap aturan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan