Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sistem yang mengatur tata keimanan kepercayaan dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Adapun fungsi agama antara lain adalah sebagai: 1.
Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok 2.
Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
3. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
4. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5. Pedoman perasaan keyakinan
6. Pedoman keberadaan
7. Pengungkapan estetika keindahan
8. Pedoman rekreasi dan hiburan
9. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Akibat lemahnya pengetahuan agama sehingga menyebabkan lemahnya iman dan moral inilah yang menyebabkan seseorang tidak dapat menahan hawa
nafsunya sehingga menyebabkannya melakukan hal-hal diluar batas ketentuan agamanya.
2. Faktor Eksternal Penyebab Terjadinya Hubungan Seksual Sedarah
Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri pelaku, yang terdiri atas unsur:
75
a. Lingkungan Sosial
75
Hasil wawancara dengan Azmiati Zuliah,SH,MH pada tanggal 29 mei 2015 jam 12.09 di Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak Jl. Abdul Hakim No. 5A Pasar I Setia Budi,
Medan-Sumut
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan sosial adalah wilayah yang merupakantempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antar berbagai
kelompok beserta pranatanya sebagai simbol dan nilai serta norma, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan binaanbuatan tata
ruang.
76
b. Faktor Perkembangan IPTEK
Perkembangan dan kebebasan media massa adalah tolak ukur kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula yang terjadi
sekarang ini, media cetak dan elektronik berkembang cukup pesat. Secara kuantitas media seperti koran, tabloid, televisi, VCD, dan internet sangat
jauh meningkat dibandingkan masa sebelumnya. Perkembangan IPTEK ini dapat bersisi positif dan bersisi negatif. Sisi positif dari perkembangan
IPTEK ini adalah semakin mudahnya kita mendapat informasi bau diseluruh belahan dunia. Sedangkan sisi negatifnya adalah adanya
pemberitaan yang tidak baik yang dapat di contoh. Internet juga menjadi salah satu faktor karena dimana mana masyarakat dapat membuka situs
pornografi dengan mudah dan ketika tidak dibarengi dengan pengetahuan agama yang cukup maka dapat melampiaskannya kepada orang yang
terdekat dengannya. c.
Lemahnya Penegakan Hukum
76
Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2002, Halaman 13
Universitas Sumatera Utara
Untuk penyelidikan dan penuntutan kasus-kasus incest, sistem hukum Indonesia sampai sekarang masih lemah, lamban dan mahal.
Sangat sedikit transparansi, sehingga hanya sedikit korban yang mempercayakan
kepentingan mereka
kepada sistem
tersebut. Perilaku kriminal memiliki sumber daya dan koneksi untuk memanfaatkan
sistem tersebut. Akibatnya, banyak korban incest yang tidak mau menyelesaikan masalah melalui proses hukum. Hal ini mengakibatkan
kasus incest semakin meningkat dan masih berlangsung. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan peranan
seksual sebagai istri, dan urusan di kepolisian harus mengeluarkan pembiayaan.
d. Media massa
Media massa masih belum memberikan perhatian yang penuh terhadap berita dan informasi yang secara fulgar memberitakan info seksual dan
dibeli murah dan justru dapat diakses oleh semua orang. Mestinya media massa dapat membantu upaya pencegahan bahkan tidak sedikit justru
memberitakan yang kurang mendidik dan bersifat pornografis yang mendorong menguatnya kegiatan kejahatan susila lainnya.
Hubungan seksual sedarah dapat kita lihat dalam beberapa jenis, antara lain:
77
77
A. Supratiknya, Mengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta:KANISIUS, 2000, Halaman 101
Universitas Sumatera Utara
1. Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-adik lelaki-
perempuan yang tidur sekamar, bisa tergoda melakukan eksplorasi dan ekperimentasi seksual sampai terjadinya incest
2. Incest akibat psikopatologi berat. Jenis ini bisa terjadi dari ayah yang
alkoholik atau psikopatik dengan anak perempuannya. Penyebabnya adalah kedornya kontrol diri akibat alkohol atau psikopati pada sang ayah.
3. Incest akibat pedofilia, misalnya seorang lelaki yang haus menggauli anak-
anak perempuan dibawah umur termasuk anak perempuannya. 4.
Incest akibat contoh buruk dari ayah. Seorang lelaki menjadi senang melakukan incest karena meniru ayahnya melakukan perbuatan yang
samadengan kakak atau adik perempuannya. 5.
Incest akibat patologi keluarga dan hubungan perkawinan yang tidak harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap memusuhi serba
mendominasi dari istrinya bisa terperosok melakukan incest dengan anak perempuannya.
Secara umum ada dua kategori incest. Pertama parental incest, yaitu hubungan antara orang tua dan anak. Kedua Sibling incest, yaitu hubungan antara
saudara kandung. Kategori incest dapat diperluas lagi dengan memasukkan orang-
Universitas Sumatera Utara
orang lain yang memiliki kekuasaan atas anak tersebut, misalnya paman, bibi, kakek, nenek, dan sepupu.
78
Sebenarnya ada beberapa alasan anggota keluarga melakukan incest, antara lain:
1. Ayah sebagai pelaku Kemungkinan
pelaku mengalami
masa kecil
yang kurang
menyenangkan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa
kecilnya. Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang, pasif, dan cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan
dirihasratnya, kurang dapat berfikir secara realistis, cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang memiliki rasa percaya diri. Selain
itu, kemungkinan pelaku adalah pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
2. Ibu sebagai pelaku Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat
kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh
keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap
78
Abd. Kadir, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Incest dengan Korban Anak Studi Kasus Wilayah Kabupaten Takalar Tahun 2005-2011, Skripsi, Universitas
Hasanuddin Makassar , 2012, Halaman 39
Universitas Sumatera Utara
anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara naluriah wanita
cenderung memiliki sifat mengasuh dan ‘melindungi’ anak.
3. Saudara kandung sebagai pelaku Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan
perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan mendominasimenghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang
tua angkattiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara angkat.
Setelah kita mengetahui faktor penyebab dan jenis-jenis incest selanjutnya kita bahas tentang dampak dari incesthubungan seksual sedarah yaitu antara lain
adalah:
a. Dampak Pada Fisik Kesehatan
Efek fisik yang dapat dialami oleh para korban yaitu : 1
Kerusakan Organ, seperti selaput dara, pingsan dan meninggal. 2
Korban dapat terkena penyakit menular yang ditularkan oleh si pelaku, 3
Kehamilan yang tidak diinginkan karena paksaan Semakin dekat ikatan keluarga, semakin memperbesar kesempatan
mendapat keturunan yang memiliki gen resesif kemungkinan besar cacat. Kemungkinan kehamilan karena tindakan incest dapat berakibat anak yang
Universitas Sumatera Utara
dilahirkan membawa gen homozigot
79
. Beberapa penyakit dapat diwariskan melalui gen homozigot resesif yang dapat menyebabkan kematian pada anemia
bayi yaitu fatal, gangguan penglihatan pada anak usia 4-7 tahun yang dapat mempengaruhi dalam buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Kelemahan genetik
dan riwayat genetik yang buruk akan tumbuh dominan terhadap anak. Gangguan emosional yang dialami oleh ibu karena kehamilan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin pra-dan pasca-kelahiran. Selain itu, penyakit genetik banyak memiliki kesempatan lebih besar untuk
munculnya anak-anak yang lahir dari inses sebagai gangguan genetik yang menyebabkan masalah kesehatan mental skizoprenia, keterbelakangan mental
bodoh dan perkembangan otak yang lemah. b.
Dampak Psikologis Perkosaan incest akan membuat wanita yang tinggal di kehidupan yang
menyedihkan. Ketergantungan dan ketakutan akan ancaman membuat perempuan tidak bisa menolak diperkosa oleh ayahnya sendiri. Hal ini sangat sulit bagi
mereka untuk keluar dari itu karena mereka sangat tergantung pada pelaku dan masih tidak ingin membuka aib dari orang yang pada dasarnya mereka peduli dan
harus menjadi pelindung mereka. Akibatnya mereka mengalami trauma untuk
79
Homozigot adalah salah satu keadaan tipe gen.
Universitas Sumatera Utara
gangguan kehidupan dan kejiwaan. Dampak psikologis yang diderita oleh korban tindak kekerasan seksual atau trauma post sexual abuse adalah :
80
1 Gangguan Perilaku Seksual,
2 Trauma berdampak shock kejiwaan menangis, mengisolasi diri, takut
atau khawatir, menyalahkan diri dan bunuh diri. Hal ini biasa disebut Post Traumatic Stress Disorder PTSD.
3 Sulit untuk berkonsentrasi,
4 Tidak bisa mempercayai orang lain,
5 Depresi,
6 Harga diri yang rendah
7 Merasa berdosa, marah, menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang
lain 8
Makan tidak teratur. perkosaan oleh seseorang yang dikenal, ayah, dalam psikologis
dibutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh karena korban memiliki memori terhadap pelaku pemerkosaan, sehingga korban akan mengalami
ketakutan yang sangat panjang. Pemerkosaan terhadap anak juga disebabkan banyak dari mereka tidak dapat melanjutkan studi mereka
lagi karena mereka malu dengan keadaan, sampai akhirnya menyebabkan kehancuran masa depan mereka.
80
Hasil wawancara dengan Azmiati Zuliah,SH,MH pada tanggal 29 mei 2015 jam 12.09 di Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak Jl. Abdul Hakim No. 5A Pasar I Setia Budi,
Medan-Sumut
Universitas Sumatera Utara
c. Dampak Dari Segi Kemanusiaan
Nurani kemanusiaan universal secara umum yang beradab sampai hari ini mengutuk tindakan ini sebagai kejahatan terhadap nilai-nilai manusia yang
telah mengorbankan perasaan moral publik. d.
Dampak Sosial Di Indonesia, hubungan incest terjadi dalam satu keluarga akan
menyebabkan hancurnya nama keluarga di mata publik. Keluarga dapat dikucilkan oleh masyarakat dan menjadi rumor masyarakat. Masalah yang lebih
penting dari kasus suaka anak inses pemerkosaan adalah bahwa ada kondisi yang kurang sehat dalam konteks sosial, yang berkaitan dengan konstruksi sosial
keluarga. Misalnya, orang tahu ayah dan anak sebagai satu keluarga. Tapi dalam kasus kasus perkosaan incest, dimana ayah diresapi putrinya, maka ketika anak
lahir seorang anak dari ayah wanita itu kemudian menjadi status ganda, ayah dan kakek.
Akibat lain yang cukup meresahkan korban adalah mereka sering disalahkan dan mendapat stigma label yang buruk. Padahal, kejadian yang
mereka alami bukan karena kehendaknya. Mereka adalah korban kekerasan seksual. Orang yang semestinya disalahkan adalah pelaku kejahatan seksual
tersebut.
81
81
Hasil wawancara dengan Azmiati Zuliah,SH,MH pada tanggal 29 mei 2015 jam 12.09 di Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak Jl. Abdul Hakim No. 5A Pasar I Setia Budi,
Medan-Sumut
Universitas Sumatera Utara
74
BAB IV KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH
Penanggulangan kejahatan politik kriminal, menurut G. Peter Hoefnagels, dapat ditempuh dengan beberapa metode: penerapan hukum pidana
criminal law application, pencegahan tanpa pidana prevention without punishment dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media influencing views of society on crime and punishmentmass media. Dari ketiga jenis penanggulangan di atas, yang pertama
dikategorikan dalam jalur penal hukum pidana, sedangkan dua jenis terakhir dapat dikelompokkan dalam jalur nonpenal non pidana.
82
A. KEBIJAKAN PENAL
Pada dasarnya, sebagai kebijakan yang berdiri sendiri untuk menanggulangi kejahatan, kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari tujuan
kriminal.
83
Istilah kebijakan dalam tulisan ini diambil dari istilah policy Inggris atau politik Belanda. Bertolak dari kedua istilah asing ini, maka
istilah kebijakan hukum pidana dapat pula disebut dengan istilah politik hukum pidana. Dalam kepustakaan asing istilah politik hukum pidana ini sering
dikenal dengan berbagai istilah, antara lain penal policy, criminal law policy
82
Ahmad Faizin Karimi, Think Different: Jejak Piker Refleksi Seputar Intelektualitas, Humanitas, dan Religiusitas, Gresik:Muhi Press, 2012, Halaman 198-199
83
Tina Asmarawati, Pidana dan Pemidanaan dalam Sistem Hukum di Indonesia Hukum Penitensier, Yogyakarta: Deepublish, 2015, Halaman 39
Universitas Sumatera Utara
atau .
84
Marc Ancel memberikan pengertian mengenai kebijakan criminal yaitu
85
, criminal policy is the rational organization of the control of crime by society.
Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pengertian tersebut menjadi politik kriminal adalah organisasi rasional untuk mengontrol kejahatan dalam
masyarakat. Pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik
hukum maupun dari politik kriminal. Menurut Sudarto, politik Hukum
86
adalah: 1.
Usaha untuk mewujudkan peraturan – peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu saat.
2. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk
menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat
dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Upaya penal merupakan upaya penanggulangan terhadap kejahatan yang mempergunakan sarana pidana, agar dapat dioperasionalkan dengan baik maka
upaya tersebut dilakukan melalui tahapan berikut:
87
84
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet III, Bandung: PT. Citra Bakti, 2005, Halaman 24
85
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebikjakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, Halaman 2
86
Barda Nawawi Arief, Opcit, Halaman 24-25
87
Widiada Gunakaya, Petrus Irianto, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012, Halaman 14
Universitas Sumatera Utara
a Penetapan kebijakan perundang-undangan dapat juga disebut kebijakan
legislasi yang didalamnya berisikan penetapan kebijkan mengenai: 1
Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana kebijakan kriminalisasi;
2 Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si
pelanggar kebijakan penalisasi kebijakan pemidanaan. b
Penerapan pidana oleh badan pengadilan disebut juga kebijakan yudikasi. c
Pelaksanaan pidana oleh aparat pelaksana pidana disebut juga kebijakan eksekusi. Penerapannya dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan dan Balai
Pemasyarakatan dengan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Kebijakan ini juga dilaksanakan oleh Penuntut
Umum berdasarkan Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman juncto Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejakasaan. Incest merupakan masalah yang sulit untuk didokumentasikan karena
“semakin ‘personal’ hubungan antara korban dan pelaku, semakin kecil kemungkinan kasus pelecehan seksual tersebut akan
dilaporkan”
88
Sebagai contoh penegakan kebijakan penal dalam penelitian ini yaitu dalam Putusan No. 334Pid.B2014PN.Bnj dimana pengadilan Negeri Binjai
telah menjatuhkan putusan dalam perkara terdakwa: 1.
Nama lengkap : ERDIANTO
88
Cardrelli dalam Frank E. Hagan, Pengantar Kriminologi Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal, Jakarta: Kencana, 2013, Halaman 636
Universitas Sumatera Utara
2. Tempat lahir
: Binjai 3.
Umur Tgl lahir : 36 Tahun 10 Februari 1978
4. Jenis Kelamin
: Laki-laki 5.
Kebangsaan kewarganegaraan : Indonesia 6.
Tempat tinggal : Jl. Danau Meninjau Gg. Rezeki Lk.X, Kel.
Sumber Karya, Kec. Binjai Timur, Kota Binjai
7. Agama
: Islam 8.
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Posisi kasus
Bahwa terdakwa ERDIANTO, pada Bulan Juni 2014, sekira pukul 07.30 Wib, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2014, bertempat di Jl.
Danau Meninjau Gg. Rezeki Lk.X Kel. Sumber Karya Kec. Binjai Timur atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Binjai “dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain”, terhadap saksi korban PUTRI DIRGAHAYU yang berumur 6 enam tahun, perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara:
- Bahwa pada Bulan Juni 2014 sekira pukul 07.30 Wib dirumah orang tua saksi
korban Jl. Danau Meninjau Gg. Rezeki Lk.X Kel. Sumber Karya Kec. Binjai Timur, pada saat saksi korban bangun pagi dan masih tiduran diatas tempat
Universitas Sumatera Utara
tidur lalu saksi korban mengatakan kepada terdakwa bahwa saksi korban tidak pergi ke sekolah, kemudian terdakwa langsung membuka celana dalam
yang saksi korban pakai lalu terdakwa menususk-nususukkan sebatang lidi ke kemaluan saksi korban, setelah itu jari telunjuk terdakwa ditusuk-tusuknya ke
kemaluan saksi korban, kemudian baru lah terdakwa menggesek-gesekkan kemaluannya ke kemaluan saksi korban, ketika terdakwa melakukan
perbuatannya tersebut saksi korban merasakan sakit dikemaluan saksi korban sehingga saksi korban menangis lalu terdakwa menyuruh saksi korban diam
sambil memukul pantat saksi korban sabanyak 2 dua kali karena takut lalu saksi korban diam dan terdakwa kembali menggesek-gesekkan kemaluannya
ke kemaluan saksi korban, setelah itu terdakwa memakiakan celana dalam saksi korban lalu terdakwa memberikan uang kepada saksi korban sebesar
Rp. 5000,- lima ribu rupiah yang kata terdakwa untuk jajan saksi korban. -
Bahwa berdasarkan Hasil Pemeriksaan Visum et Repertum Nomor : 357- 6413 Tanggal 28 Juni 2014 terhadap saksi korban PUTRI DIRGAHAYU
Umur 6 enam tahun yang diperiksa oleh Dr. ANWAR AFFANDI HRP, Sp.OG dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai
menerangkan bahwa pada selaput darah terdapat robekan lama dengan pinggiran tidak teratur sampai ke dasar pada jam satu dan dijumpai robekan
lama akibat benda tumpul pada selaput darah. 2.
Pertimbangan hukum
Universitas Sumatera Utara
Menimbang bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan surat dakwaan subsidaritas, yaitu primair melanggar Pasal 81 ayat 2 Undang-
Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, subsidair melanggar Pasal 82 Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Menimbang bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan
Subsidair, maka
Majelis Hakim
terlebih dahulu
akan mempertimbangkan dakwaan Primair melanggar Pasal 81 ayat 2 Undang-
Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
a. Unsur “Setiap Orang”
Bahwa yang dimaksud dengan “Setiap Orang” adalah siapa saja baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama atau badan hukum yang
merupakan subyek hukum yang dihadapkan dan didakwa di depan persidangan karena diduga telah melakukan perbuatan pidana dimana dalam perkara ini orang
atau person yang didakwakan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan maka terdakwa ERDIANTO yang merupakan subyek hukum yang
dipandang cakap dan mampu untuk mempertanggungjawabkan akibat dari perbuatan yang didakwakan kepadanya maka unsur “Setiap Orang” dinyatakan
telah terpenuhi. b.
Unsur “dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain,
yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
Universitas Sumatera Utara
membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain” Bahwa yang dimaksud “dengan sengaja” menurut penerapan pasal ini
adalah merupakan kehendak yang didasari yang ditunjukkan untuk melakukan kejahatan tersebut dan sengaja sama dengan dikehendaki, dengan kata lain bahwa
sengaja adalah menghendaki dan menginsafi terjadniya sesuatu tindak pidana beserta akibatnya, yang artinya bahwa seseorang yang melakukan suatu tindakan
dengan sengaja harus menghendaki serta menginsafi tindakan tersebut atau akibatnya.
Bahwa yang dimaksud dengan “membujuk” adalah tidak persyaratan dipergunakannya cara-cara tertentu agar seseorang melakukan suatu perbuatan.
Bahwa bersetubuh adalah suatu perbuatan mengadakan hubungan kelamin persetubuhan itu tidak disyaratkan telah terjadinya suatu “ejaculation seminis”
keluarnya sperma, melainkan cukup jika orang laki-laki tersebut telah memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang wanita.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan terdakwa tidak ada melakukan persetubuhan dengan saksi korban ataupun memasukkan alat
kelaminnya ke dalam kemaluan saksi korban sehingga unsur ini tidak terpenuhi oleh perbuatan terdakwa.
Menimbang bahwa karena dakwaan Primair Pasal 81 ayat 2 Undang- Undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak salah satu unsurnya
tidak terbukti, maka menurut Majelis Hakim, terdakwa tidak terbukti secara sah
Universitas Sumatera Utara
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan Primair Primair Penuntut Umum, oleh karenanya membebaskan terdakwa dari dakwaan
Primair tersebut. Menimbang, bahwa Majelis Hakim selanjutnya akan mempertimbangkan
dakwaan Subsidair yaitu melanggar Pasal 82 Undang-Undang RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Unsur “Setiap Orang”
Bahwa unsur “setiap orang” telah dipertimbangkan dalam dakwaan Primair di atas, maka Majelis Hakim mengambil alih pertimbangan unsur “setiap
orang” dalam dakwaan Primair tersebut ke dalam unsur “setiap orang” dalam dakwaan subsidair ini.
b. Dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dimana perbuatan cabul yang dilakukan terdakwa memang dikehendaki oleh terdakwa dan
sebelumnya terdakwa sudah mengetahui tindakannya adalah melanggar hukum serta terdakwa jelas berbuat dengan sadar dan terarah tujuan yang hendak dicapai
olehnya yaitu mencabuli saksi korban. Bahwa setelah melakukan perbuatan cabul tersebut lalu terdakwa
membujuk saksi korban dengan memberikan sejumlah uang kepada korban.
Universitas Sumatera Utara
Bahwa unsur “dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak untuk melakukan atau me mbiarkan dilakukan perbuatan cabul”
telah terpenuhi oleh perbuatan terdakwa. Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan
hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan
pembenar dan
alasan pemaaf,
maka terdakwa
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana serta denda.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa di jatuhi Pidana, maka Terdakwa di bebani pula untuk membayar biaya perkara.
Menimbang bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan
meringankan Terdakwa. Perbuatan yang memberatkan:
- Perbuatan terdakwa mengakibatkan saksi korban Putri Dirgahayu
mengakibatkan trauma dan ketakutan serta penderitaan yang mendalam; -
Perbuatan terdakwa telah merusak masa depan orban hal mana korban masih anak dan masih punya harapan dan cita-cita;
- Terdakwa selaku orang tua seharusnya menjaga dan melindungi saksi koban
Putri Dirgahayu;
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang meringankan: -
Terdakwa belum pernah dihukum; Menimbang, bahwa dikaitkan dengan tujuan pemidanaan yang bukan
semata-mata sebagai pembalasan atau nestapa atas perbuatan terdakwa, melainkan bertujuan persuasif, korektif, dan edukatif agar terdakwa pada waktu dan setelah
menjalani pidananya menyadari dan menginsafi kesalahannnya, serta tidak akan mengulangi untuk melakukan tindak pidana.
3. Analisis pertanggungjawaban pidana dalam Putusan
Dalam Pasal 193 ayat 1 KUHAP disebutkan jika Pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya, maka Pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh karena itu, harus dibuktikan bahwa semua unsur tindak pidana yang didakwakan tidak terbukti.
Dalam hal tindak pidana dilakukan dengan sengaja, maka pada dasarnya pembuat menghendaki dan mengetahui tentang tindak pidana yang dilakukannya.
Kesengajaan adalah pertanda kesalahan yang utama, sehingga memaksakannya melakukan tindak pidana tersebut.
Dalam kasus ini, Jaksa Penuntut Umum mengajukan dakwaan subsidair yaitu Kesatu, Pasal 81 ayat 2 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP atau Kedua Pasal 82 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa
berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut yang tertulis dalam Putusannya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Menyatakan Terdakwa ERDIANTO tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Primair Penuntut Umum;
2. Membebaskan terdakwa dari dakwaan Primair tersebut;
3. Menyatakan terdakwa ERDIANTO, telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Membujuk anak untuk melakukan perbuatan cabul’;
4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 9 Sembilan tahun dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah, dengan ketentua apabila denda
tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 tig bulan;
5. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 6.
Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan; 7.
Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,- dua ribu rupiah
Menimbang, bahwa Majelis Hakim menyatakan perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur Pasal 82 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlidnungan Anak dan berdasarkan fakta-fakta hukum sebagai berikut : -
Bahwa benar pada hari, tanggal dan bulan yang saksi koban Putri Dirgahayu sudah lupa di tahun 2014, sekitar pukul 07.30 Wib,
Universitas Sumatera Utara
bertempat di Jl. Danau Maninjau Gg. Rejeki Kel. Sumber Karya, Kec. Binjai Timur, ketika saksi korban Putri Dirgahayu bangun pagi
danmasih tiduran diatas tempat tidur terdakwa Erdianto Bapak Putri Dirgahayu langsung membuka celana dalam yang saksi korban Putri
Dirgahayu pakai kemudian terdakwa menususk-nusukkan lidi ke kemaluan saksi korban Putri Dirgahayu karena sakit lalu saksi korban
Dirgahayu menangis dan terdakwa berkata “Udah diam” lalu tetdakwa menususk-nususkkan jari telunjuk tangan kiri ke kemaluan saksi
korban karena sakit lalu saksi korban Putri Dirgahayu menangis, tetapi terdakwa berkata “udah diam”, setelah itu terdakwa memakaikan
celana dalam saksi korban Putri Dirgahayu; -
Bahwa benar sapu lidi yang digunakan terdakwa untuk melakukan perbuatan cabul tersebut memang ada di dalam kamar untuk
membersihkan pasir dan terdakwa mengambil satu batang lidi untuk menusuk-nusukkan ke kemaluan saksi korban Putri Dirgahayu;
- Bahwa benar perbuatan cabul yang dilakukan terdakwa terhadap saksi
korban Putri Dirgahayu dilakukan di dalam kamar ketika saksi Akbar Ardiansyah anak pertama terdakwa sedang bersekolah;
- Bahwa benar perbuatan cabul tersebut memang dikehendaki oleh
terdakwa dan sebelumnya terdakwa sudah mengetahui tindakannya adalah melanggar hukum serta terdakwa jelas berbuat dengan sadar
Universitas Sumatera Utara
dan terarah ke tujuan yang hendak dicapai oelhnya yaitu mencabuli saksi korban Putri Dirgahayu;
- Bahwa benar setelah terdakwa melakukan perbuatan cabul tersebut
terdakwa membujuk saksi korban Putri Dirgahayu dengan memberikan uang sebesar Rp. 5000,- lima ribu rupiah kepada saksi
korban Putri Dirgahayu untuk jajan; -
Bahwa benar saksi Rasmi mertua terdakwa mengetahui kejadian tersebut setealh pada hari sabtu, tanggal 21 Juni 2014, sekitar pukul
07.30 Wib, ketika saksi memasak di dapur rumah saksi di Jl. Danau Maninjau Gg. Rejeki Lk. X Sumber Karya, Kec. Binjai Timur, Kota
Binjai, ketika saksi melihat korban Putri Dirgahayu tiduran di depan TV yang letaknya di ruang tamu rumah saksi, kemudian saksi melihat
korban sedang memegang-megang kemaluannya dan selanjutnya oleh saksi bertanya pada korban Putri Dirgahayu “ kenapa Nak kok
dipegang- pegang?’ lalu korban mengatakan “diapai bapak dicucuk-
cucuk pakai lidi, pakai tangan dan dicucuk pakai kemaluan bapak kemaluanku Nek’.
- Bahwa benar saksi Rasinem kakak saksi Rasmi mengetahui ejadian
tersebut ketika saksi berada di rumah pada hari sabtu, 21 Juni 2014, pukul 11.00 Wib, adik saksi bernama Rasmi datang ke rumah saksi
bersama dengan Putri Dirgahayu dan adik saksi yang bernama Rasmi mengatakan terdakwa membuka celana yang korban pakai, kemudian
Universitas Sumatera Utara
terdakwa menususk-nusukkan sebatang lidi pada bagian kemaluan lalu korban merasa kesakitan, menangis dan terdakwa mengatakan
kepa da korban “udah diam” lalu terdakwa menusukkan jari tangan
terdakwa ke dalam lubang kemaluan korban dan terdakwa membuka celana terdakwa hingga batang kemaluan terdakwa kelihatan,
selanjutnya menusuk-nusukkan kemaluan terdakwa ke kemaluan korban hingga korban menangis karena kesakitan dan terdakwa
membujuk korban dengan berkata “udah diam” oleh terdakwa memakai celananya kembali dan memberikan uag kepada korban
sebesar Rp.5000,- lima ribu rupiah -
Bahwa benar berdasarkan hasil pemeriksaan Visum Et Refertum Nomor : 357-6413, tanggal 28 Juni 2014 terhadap saksi korban Putri
Dirgahayu umur 6 tahun yang diperiksa oleh Dr. ANWAR AFFANDI HRP, Sp.OG dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham
Binjai, dengan kesimpulan dijumpai robekan lama akibat benda tumpul pada selaput darah
- Bahwa benar saksi korban masih anak-anak dan berumur 6 enam
tahun berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran No. 135452010, tanggal 19 April 2010, Kartu Keluarga No. 12750413040900025, tanggal 5
Januari 2012, Surat Tanda Tamat Belajar RAUDHATUL ATHFAL MARDHIYAH, tanggal 21 Juni 2014, Surat Keterangan dari Sekolah
Dasar Islam Terpadu MARDHIYAH menerangkan bahwa saksi
Universitas Sumatera Utara
korban Putri Dirgahayu lahir pada tanggal 17 Agustus 2008, dengan kata lain umur saksi korban Putri Dirgahayu berumur 6 tahun 6 bulan
Dalam kasus ini, majelis hukum dalam putusannya memutus 9 sembilan tahun penjara pada terdakwa, sedangkan dalam tuntutan yang diajukan pada
pokoknya sebagai berikut: 1.
Menyatakan terdakwa Erdianto telah terbukti bersalah secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana
“dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa, melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan melakukan perbuatan cabul”;
2.
Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Erdianto selama 12 dua belas tahun
, dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dan
denda sebesar Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah
, subsidair 6 enam bulan penjara;
3. Menyatakan barang bukti berupa nihil;
4. Menetapkan agar terdakwa di bebani biaya perkara sebesar Rp. 5000,-
lima ribu rupiah; Tuntutan jaksa menghukum pelaku menjatuhkan pidana penjara terhadap
terdakwa selama 12 dua belas tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dan denda sebesar Rp.100.000.000,- seratus juta rupiah subsidair
6 enam bulan penjara. Dengan putusan yang dijatuhkan hakim tidak jauh dari
tuntutan jaksa cukup maksimal dikarenakan keadilan yang dinanti oleh korban
Universitas Sumatera Utara
keluarga dan segenap masyarakat para penegak hukum dapat melihat secara mendalam mengenai hak asasi anak terutama sebagai korban yang menerima
penderitaan meskipun ada satu hakim tidak setuju dengan putusan yang dijatuhkan. Harapan korban dan ibu korban yang masih di Malaysia berharap agar
pelaku tidak mengulangi perbuatannya di masa yang akan datang dan hukuman yang dijatuhkan memeberikan efek jera kepada pelaku.
Pada dasarnya jika dilihat dari aspek kekeluargaan jelas penjatuhan hukuman berupa pidana penjara 9 sembilan tahun pada terdakwa tidak tepat
dikarenakan sebagai kepala keluarga ia memiliki peran untuk menghidupi, mengasuh serta menjaga anak-anaknya selama istrinya bekerja sebagai TKI di
Malaysia. Sementara itu pidana denda ada baiknya diganti menjadi restitusi atau diberikan kepada si anaknya saja untuk menjamin kelangsungan si anak kelak saat
si ayah terdakwa menjalankan masa tahanannya. Dilihat dari segi pertanggungjawaban pidananya, terdakwa sehat jiwa dan
akalnya sehingga dapat di hukum. Selain itu, terdakwa secara sadar dan mengerti jika perbuatan yang dilakukannya adalah sebuah kejahatan, dan perbuatannya
memenuhi rumusan unsur-unsur dalam ketentuan Pasal 82 UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
B. KEBIJAKAN NON-PENAL
Upaya untuk menanggulangi kejahatan tidak hanya diperlukan dengan sarana penal namun juga dapat dilakukan dengan sarana non penal. Sarana non
penal ini berkaitan dengan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini, upaya pencegahan terjadinya Incest antara lain dilakukan dengan cara:
89
1. Memberi pengetahuan