masalah yang efektif dalam masing-masing Zone Proximal Development. Zone Proximal Development adalah zona wilayah antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
b. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan “scaffolding”.
Scafolding berarti memberikan kepada anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada siswa tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia mampu mengerjakan sendiri, bentuk
bantuan itu berupa petunjuk, peringatan, dorongan, atau segala sesuatu yang dapat menyebabkan siswa belajar mandiri.
4. Teori belajar Piere Van Hiele
a. Tingkat Perkembangan Berpikir
Menurut Piere van Hiele dalam Burger dan Shaughnessy 1986, dalam belajar geometri perkembangan berpikir siswa terjadi melalui 5 lima tingkat
level. Berkaitan dengan tingkat perkembangan berpikir model van Hiele dalam belajar geometri di atas, Suwarsono dalam Soedjoko 1999 menjelaskan
sebagai berikut. 1.
Pada tingkat 0 visualisasi, siswa memandang bangun-bangun geometri sebagai suatu keseluruhan. Siswa belum memperhatikan komponen-
komponen dari masing-masing bangun. Jadi, siswa pada tingkat ini sudah mengenal nama suatu bangun, tetapi ia belum mencermati ciri-ciri dari
bangun itu. Sebagai contoh, siswa sudah dapat mengatakan bahwa suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari bahwa sisi-sisi
yang berhadapan sejajar dan sama panjang, serta semua sudutnya siku-siku. 2.
Pada tingkat 1 analisis, siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-cirinya. Siswa sudah dapat menganalisis unsur-unsur yang
ada pada suatu bangun, dan mengamati sifat yang dimiliki unsur-unsur tersebut. Sebagai contoh, siswa pada tingkat ini sudah dapat mengatakan
bahwa suatu bangun merupakan persegi panjang karena bangun itu mempunyai empat sisi yang sepasang-sepasang sama dan sejajar serta
semua sudutnya siku-siku. 3.
Pada tingkat 2 abstraksi, siswa sudah dapat menghubungkan ciri yang satu dengan ciri yang lain dari suatu bangun, dan sudah dapat memahami
relasi antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Sebagai contoh, siswa pada tingkat ini sudah dapat mengatakan jika pada suatu segiempat,
sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu juga sama panjang.
4. Pada tingkat 3 deduksi, siswa berpikir secara formal dalam konteks
sistem matematika, memahami istilah definisi, aksioma, teorema, namun ia belum mengetahui mengapa sesuatu itu dijadikan aksioma atau teorema.
5. Pada tingkat 4 ketajaman, siswa dapat bekerja dalam berbagai sistem
aksiomatik tanpa kehadiran benda-benda konkrit. Sebagai contoh, siswa pada tingkat ini sudah menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu
sistem geometri diubah, maka kemungkinan seluruh sistem geometri tersebut juga akan berubah.
b. Fase Pembelajaran Model Van Hiele