C. Model Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik, Suyitno 2005. Istilah pembelajaran ini lebih
menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar siswanya. Kegiatan belajar tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar bagi siswanya.
Untuk menciptakan kegiatan belajar seorang guru harus menentukan model pembelajaran. Pengertian model pembelajaran adalah suatu tindakan atau langkah-
langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien, Suyitno 2005.
Istilah model pembelajaran mempunyai ciri khusus yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai .
1. Pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah gabungan dari teknik instruksional dengan filsafat mengajar yang mendorong siswa-siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan dirinya sendiri dalam belajar dan belajar dengan kawan sebaya, Killen 1998:82. Sedangkan menurut Suherman 2001:218 Pembelajaran
kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Lie 2002:31 ada lima unsur pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya, karena setiap anggota memberikan kontribusi sendiri-sendiri pada kelompok.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b.
Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Pengajar harus
membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing- masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar
tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c.
Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan siswa membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan
lebih kaya daripada satu orang. Lebih jauh lagi hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota kelompok.
d. Komunikasi antar kelompok
Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan komunikasi, sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. e.
Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif, waktu evaluasi ini tidak
perlu diadakan setiap kali melainkan bisa dikerjakan pada selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran.
2. Model Student Teams Achievement Division STAD