Maksud dan Tujuan Lokasi Ketentuan Umum

168 Dengan demikian, alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan merupakan pengusahaan tanaman yang terdiri atas kombinasi tanaman hutan, jenis tanaman perkebunan yang banyak diinginkan oleh masyarakat serta dapat meningkatkan jasa ekosistem eks-areal HPH dan pendapatan masyarakat. Konsep ini lebih dikenal dengan pengusahaan agroforestri, yakni usahatani yang memadukan antara tanaman perkebunan dan tanaman hutan. Tabel 54. Jenis Komoditi yang Diharapkan dapat Dikembangkan dalam Rencana Pengelolaan Eks-Areal HPH PT. Maju Jaya Raya dan PT. Rimba Karya Indah No Nama Desa Tanaman Hutan Tanaman Perkebunan Tanaman Pangan Meranti Jati Lainnya Karet Sawit Durian Plawija Buah Sayur Padi Desa-desa di Sekitar Eks-areal MJRT 1 Suka Merindu 12 5 4 2 14 5 2 12 2 8 2 Suka Maju 15 6 5 2 15 9 1 7 3 2 3 Air Pandan 14 4 2 3 11 3 2 12 1 10 4 Air Putih 7 3 0 2 13 7 2 11 3 5 5 Cipta Mulya 19 5 2 1 14 2 3 12 2 3 65 22 13 10 65 25 10 52 11 27 Desa-desa di Sekitar Eks-areal RKI 1 Batu Kerbau 17 9 6 17 10 6 5 12 4 10 2 Pemunyian 15 7 4 19 9 7 4 11 3 5 3 R. Sei Ipuh 12 8 5 18 11 5 3 12 5 9 53 29 18 65 13 22 14 42 14 29 Sumber: Data Primer, 2005 diolah

6.4.2. Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya kegiatan ini mengupayakan reboisasi pada eks-areal HPH dengan cara mengembangkan agroforestri pada lahan kritis di dalam kawasan hutan eks-areal HPH. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat, sehingga dalam jangka waktu tertentu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat terutama bagi peserta reboisasi. Tujuan dari kegiatan ini meliputi: 1 tujuan ekonomis, yaitu membuka lapangan kerja baru dalam jangka pendek dan meningkatkan pendapatan dalam jangka panjang dan menengah, dan 2 tujuan ekologis yaitu membentuk hutan 169 kembali, atau luas areal hutan akan bertambah, sehingga nilai hutan di kawasan tersebut semakin tinggi.

6.4.3. Lokasi

Alternatif kegiatan yang dikembangkan dilakukan pada lahan-lahan yang tidak berhutan di eks-areal HPH yang terdapat sekitar zona penyangga TNKS.

6.4.4. Ketentuan Umum

Berdasarkan informasi yang dapat dirangkum dari hasil survei preferensi masyarakat, maka ditetapkan sejumlah ketentuan umum pengusahaan agroforestri di lokasi lahan kritis yang terdapat di sekitar eks-areal HPH, sebagai berikut: 1 Setiap orang dalam setiap kelompok tani hutan atau di setiap dusun yang ingin mengikuti program reboisasi harus mendaftarkan lebih dahulu, sesuai prosedur-prosedur pendaftaran. 2 Dalam pendaftaran harus ada prioritas yaitu pemilihan lokasi dan petani calon peserta kegiatan reboisasi disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan. 3 Adanya perjanjian kerjasama yang berupa Surat Perjanjian Kerjasama SPK antara kelompok tani dengan pemerintahpenyedia dana. Untuk petani peserta dihimpun dalam kelompok, guna mempermudah pembinaan dan ada fungsi kontrol intern sesama petani. 4 Lokasi lahan reboisasi diutamakan lahan kritis yang berada di eks-areal HPH. Lahan yang dipilih adalah tanah terbuka dan alang-alang. 5 Luas suatu lahan untuk reboisasi paling sedikit harus 1 ha jika perorangan, luas suatu hamparan reboisasi pada suatu lokasi paling sedikit harus 3 ha. 6 Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan preferensi petani dan wilayah, yaitu jenis tanaman kayu atau buah lokal adalah jenis yang memiliki nilai komersial atau mempunyai manfaat bagi peserta dan untuk klon karet yang 170 ditanam adalah klon yang dapat memproduksi latek dan jika memungkinkan bahan kayu untuk meuble atau bahan kertas. Klon ini berasal dari anakan atau biji dari kebun karet lokal maupun karet unggul. 7 Luas lahan yang drehabilitasi paling sedikit 1 haorang 8 Komposisi tanaman pada setiap hektar, berisi tiga alternatif: Alternatif 1: 70 persen tanaman kayu+30 persen tanaman buah+tanaman sela Alternatif 2: 50 persen tanaman karet+50 persen tanaman buah+tanaman sela Alternatif 3: 50 persen tanaman karet+50 persen tanaman kayu+tanaman sela a. Semua peserta rehabilitasi harus membuat persemaian sesuai dengan petunjuk teknis yang ada. b. Peserta rehabilitasi yang membuat persemaian sistem berkelompok penangkar bisa mendapat imbalan tambahan. Imbalan itu hanya dapat diberikan atas dasar laporan dari pendamping yang memeriksa langsung persemaian tersebut. Petanipeserta reboisasi harus bertanggung jawab atas kegagalan dalam satu kelompok, tanpa terkecuali. Imbalan penangkar dibayar bertepatan dengan penerimaan insentif pemeliharaan tahap ke-1 c. Setiap lahan rehabilitasi harus termasuk bagian dari suatu hamparan reboisasi dengan luas paling sedikit 3 ha. Hal ini dapat dicapai kalau satu orang menanam 3 ha langsung. Tetapi biasanya ada beberapa orang yang punya lahan reboisasi yang berdekatan, misalnya 3 orang masing-masing menanam 1 ha, supaya terbentuk satu hamparan dengan luas 3 ha. d. Peserta rehabilitasi wajib melakukan penanaman sesuai petunjuk teknis. 9 Peserta rehabilitasi ini mendapat insentif, untuk jangka pendek mendapat insentif penangkar dan insentif pemeliharaan tanaman reboisasi, dengan 171 harga tanaman kayu atau buah pada petunjuk yang telah ditetapkan atau yang berlaku. 10 Insentif pemeliharaan tanaman reboisasi akan diberikan kepada peserta yang mempunyai tanaman hidup minimal 60 persen jika 1 ha, terdapat 500 tanaman, maka yang hidup minimal 300 batang. 11 Besarnya insentif pemeliharaan ditentukan oleh: letak lokasi reboisasi, jenis tanaman dan sesuai tahap pemeliharaan. 12 Pembayaran insentif penangkar dan pemeliharaan tanaman melalui rekening kelompok. Untuk pengambilan uang sebaiknya diketahui oleh fasilitator. 13 Harus ada kesepakatan atau ada cara melindungi tanaman reboisasi dari kebakaran. Baik dibuat oleh kelompok tani dan peserta reboisasi harus patuh kepada hukum adat yang telah disepakati. 14 Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan baik oleh petani peserta dalam kelompok, fasilitator dan pemerintahpenyedia dana.

6.4.5. Kelayakan Finansial