133
6.1.2. Eks HPH PT. Rimba Karya Indah
Seperti disajikan dalam Gambar 20 dan Tabel 29, tutupan lahan di eks- areal Rimba Karya Indah RKI berdasarkan citra landsat tahun 1988, 1999 dan
2002 secara umum mengalami perubahan pada semua tipe tutupan lahannya. Hutan primer terus mengalami penurunan luas dari tahun 1988 – 1999 – 2002,
dimana pada tahun 1988-1999 penurunan terjadi relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan penurunan dari tahun 1999 ke tahun 2002, yakni dengan
penurunan rata-rata sekitar 756.4 hatahun
Gambar 20. Tutupan Lahan Eks-Areal HPH.PT. Rimba Karya Indah Tahun 1988, 1999 dan 2002
Penurunan luas hutan bekas tebangan yang paling tinggi terjadi pada periode 1999-2002, yakni dengan rata-rata 655.6 hatahun. Sebaliknya pada
periode ini terjadi peningkatan pada jenis tutupan lain berupa perkebunan besar
-
- 2,
035
753
3, 382
3,651
-
- 338
14, 892
21,524 18,901
1, 412
1,228 3,164
24, 661
15,583 13,6
28
5,000 10,000
15,000 20,000
25,000
Ju m
lah H
a
K ebu
n Ladan
g Lah
an K
oso ng
Hu ta
n Se ku
nde r
LO A
Se m
ak Be
lu kar
Hu ta
n P rim
er VF
Jen is L an d C over
1988 1999
2002
134 dengan rata-rata peningkatan 508.7 hatahun, ladangkebun masyarakat 67.2
hatahun dan semak belukar 483.9 hatahun. Penambahan luas kawasan non-hutan pada periode 1999-2002 tersebut
lebih besar dibanding periode lainnya. Secara akumulatif dalam kurun waktu 1988-2002, penambahan luas kawasan non-hutan di eks-areal RKI rata-rata
mencapai 585 hatahun. Namun, penambahan secara pesat sebetulnya terjadi selama kurun waktu 4 tahun 1999-2002 dengan peningkatan rata-rata 381.5
hatahun lihat Tabel 29. Tabel 29. Perubahan Rata-rata Tutupan Hutan Eks-Areal PT. Rimba Karya Indah
Tipe Tutupan Lahan Perubahan Rata-rata HaTahun
1988-1999 1999-2002
1988-2002 Kebun
- 508.7
145.3 Ladangkebun masy.
219.1 67.2
207.0 Lahan Kosong
- 84.6
24.2 Hutan bekas tebangan
552.6 -655.6
286.4 Semak Belukar
-15.3 483.9
125.2 Hutan Primer
-756.4 -488.9
-788.1
Kawasan non-hutan 203.8
381.5 585.3
Keterengan : Nilai negatif mengindikasikan penurunan luas lahan Sumber
: Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra Landsat akuisis tahun 1988, 1999 dan 2002
Penambahan kawasan non-hutan yang relatif pesat pada periode 1999- 2002 dimungkinkan karena didorong oleh adanya pembangunan perkebunan besar
dalam kurun waktu yang sama terutama di blok bagian atas, yakni dengan peningkatan rata-rata 508.7 hatahun. Di sisi yang lain juga terjadi penambahan
semak belukar yang pesat 483.9 hatahun dan lahan kosong 84.6 hatahun. Fenomena terjadinya peningkatan kawasan non-hutan semak belukar dan
lahan kosong tersebut dimungkinkan mengingat RKI secara defacto telah menghentikan produksinya di kawasan ini menyusul adanya konflik dengan
masyarakat di sekitar kawasan. Paska konflik ini terjadi ketidakpastian dalam
135 pengelolaan kawasan eks-areal RKI yakni lebih kurang selama 6 tahun, sampai
dengan dikeluarkannya pencabutan izin pengelolaan HPH oleh pemerintah pada tahun 20042005. Dari perspektif kelembagaan ketidakpastian dalam pengelolaan
suatu sumberdaya alam memicu terjadinya akses terbuka open acces yang mendorong eksploitasi sumberdaya secara tidak terkendali.
Kondisi tutupan lahan dari tahun 1988 ke tahun 2001 berdasarkan interpretasi citra landsat Gambar 21 dan 22 menunjukkan bahwa tutupan lahan
berupa hutan primer virgin forest mengalami penurunan seluas 9 077 ha. Selain hutan primer, jenis tutupan hutan semak belukar pada periode ini juga mengalami
penurunan, yakni seluas 183.4 ha. Sedangkan tutupan lahan yang mengalami penambahan luas adalah hutan bekas tebangan 6 631 ha dan ladangkebun
masyarakat 2 629 ha. Sementara perkebunan besar dan lahan kosong baik pada tahun 1988 dan tahun 1999 belum teridentifikasi adanya lahan kosong.
Pola penggunaan lahan pada periode 1988-1999 dapat disimak dalam Tabel 30. Penggunaan lahan hutan bekas tebangan untuk ladang yang paling luas
yakni seluas 1 586 ha, diikuti dengan penggunaan lahan yang kemudian menjadi semak belukar seluas 312 ha. Sedangkan penggunaan lahan dari hutan primer
menjadi semak belukar pada periode ini terdapat seluas 334 ha dan menjadi semak belukar 236 ha. Sama halnya dengan eks-areal MJRT, di eks-areal RKI
pemanfaatan hutan bekas tebangan digunakan untuk usahatani tanaman komersial lebih besar jika dibandingkan dengan pemanfaatan hutan primer.
136
Gambar 21. Perubahan Tutupan Lahan Eks-Areal HPH.PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-1999
Tabel 30. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Tahun 1988-1999
1988 1999
Ladang Hutan Bekas
Tebangan Semak
Belukar Hutan
Primer Ladang 494
13 246
- Hutan Bekas Tebangan
1 586 12 872
433 -
Semak Belukar 969
130 312
- Hutan Primer
334 8 507
236 15 583
Sumber: Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra Landsat akuisis tahun 1988 dan 1999
Seperti disajikan dalam Gambar 21, dalam kurun waktu tahun 1999 sampai dengan 2002 telah muncul jenis tutupan berupa perkebunan besar yakni
seluas 2 034 ha. Diperkirakan perkebunan ini dibangun sejak pertengahan tahun 2001 karena hasil analisis citra yang dilakukan oleh TNKS-ICDP Komponen C1
2002 terhadap kawasan ini dengan menggunakan citra Landsat ETM7 perekaman bulan Maret 2001, belum terdeteksi adanya kawasan perkebunan.
2.629, 2
6.631, 6
-183, 4
-9.077, 4
-1 0 .0 0 0 1 0 .0 0 0
2 0 .0 0 0 3 0 .0 0 0
Jumlah Ha
J enis Land C over
1988 1999
Perubahan
137
Gambar 22. Perubahan Tutupan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun1999-2002
Hasil kunjungan lapangan, diketahuai areal tersebut merupakan lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh PT. Sumber Maju Agung. Pada
periode ini juga terjadi peningkatan semak belukar seluas 1 935 ha. Sementara ladangkebun masyarakat hanya bertambah seluas 269 ha. Pada periode ini baik
hutan primer maupun hutan sekunder mengalami penurunan luasan dimana hutan sekunder dan primer mengalami penurunan masing-masing seluas 2 622.2 ha dan
1 955.5 ha lihat Gambar 22. Tabel 31 memperlihatkan pada periode 1999-2002, penggunaan lahan
hutan bekas tebangan untuk perkebunan besar terdapat seluas 1 831 ha, untuk ladang 2 354 ha, lahan kosong 290 ha dan semak belukar 285 ha. Sedangkan
penggunaan lahan hutan primer pada periode ini hanya teridentifikasi seluas 72 ha yang sudah menjadi semak belukar.
2.034, 9
269,0 338,2
-2.622, 2
1.935, 8
-1.955, 5
-5 .0 0 0 5 .0 0 0
1 5 .0 0 0 2 5 .0 0 0
Jumlah Ha
J enis Land Cover
1999 2002
Perubahan
138 Tabel 31. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya
Indah, Tahun 1999-2002
1999 2002
Kebun Ladang Lahan
Kosong Hutan Bks
Tebangan Semak
Belukar Hutan
Primer Kebun -
- -
- -
- Ladang
46 1 298
49 8
1 983 -
Lahan Kosong -
- -
- -
- Hutan Bks. Tebangan
1 831 2 354
290 16 764
285 -
Semak Belukar 158
- -
246 825
- Hutan Primer
- -
- 1 884
72 13 628 Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra
Landsat akuisis tahun 1999 dan 2002
Secara keseluruhan dengan menggunakan hasil analisis perubahan tutupan lahan pada periode 1988-2002 Tabel 31 dan Gambar 22, eks-areal RKI
mengalami penurunan luas tutupan hutan primer mencapai 11 033 ha. Dengan demikian selama 15 tahun terjadi penurunan luas tutupan hutan primer seluas
735.5 hatahun. Sebaliknya, dalam kurun waktu yang sama, telah terjadi penambahan luas jenis tutupan hutan lainnya, meliputi perkebunan besar seluas
2 034.8 ha, ladangkebun masyarakat seluas 2 898.1 ha, tanah kosong 338.2 ha dan semak belukar seluas 1 752.4 ha. Peningkatan luas jenis tutupan lahan ini
menyebar di bagian barat wilayah HPH, sedangkan tutupan hutan yang tidak berubah terkonsentrasi di wilayah yang berbatasan dengan Taman Nasional
Kerinci Seblat Gambar 24.
Gambar 23. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-2002
139
140
Gambar 24. Perubahan Tutupan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-2002
Selama kurun waktu 1988-2002, penggunaan lahan hutan bekas tebangan terdapat seluas 4 678.2 ha atau sekitar 70.8 persen dari total luas penggunaan
lahan, sementara yang memanfaatkan hutan sekunder terdapat seluas 1 934.1 ha atau sekitar 29.2 persen dari total penggunaan lahan di eks-areal RKI Tabel 32
dan Tabel 33. Penggunaan lahan yang memanfaatkan hutan bekas tebangan untuk
perkebunan besar seluas 1 534 ha dengan rata-rata peningkatan seluas 110 hatahun, untuk ladangkebun masyarakat yang masih produktif seluas 1 998 ha
dengan rata-rata peningkatan 143 hatahun, menjadi lahan kosong seluas 66 ha dengan rata-rata peningkatan 5 hatahun dan menjadi semak belukar seluas
1 080 ha dengan rata-rata peningkatan 77 hatahun. Peningkatan luas jenis tutupan dari hutan bekas tebangan ini menyebar di bagian barat wilayah eks-areal
2.034, 8
2.898,1 338,2
4.009, 5
1.752, 4
-11.033,
-1 5 .0 0 0 -5 .0 0 0
5 .0 0 0 1 5 .0 0 0
2 5 .0 0 0
Ju mlah Ha
J enis Land C over
1988 2002
Perubahan
141 RKI Blok atas yang berbatasan langsung dengan TNKS, di sekitar Desa Rantau
Tipu, Kecamatan Lembur Lubuk Mengkuang. Lampiran 11-13 Sedangkan penggunaan lahan hutan primer untuk perkebunan besar dalam
kurun waktu 1988-2002 terdeteksi seluas 501 ha dengan rata-rata 36 hatahun. Penggunaan lahan lahan untuk ladangkebun masyarakat seluas 1 473 ha dengan
rata-rata peningkatan 105 hatahun, menjadi lahan kosong seluas 223 ha dengan rata-rata peningkatan 16 hatahun dan menjadi semak belukar seluas 238 ha
dengan rata-rata peningkatan 17 hatahun. Peningkatan luas jenis tutupan dari hutan primer ini menyebar di bagian barat wilayah eks-areal HPH Blok atas, di
sekitar Desa Rantau Tipu Kecamatan Lembur Lubuk Mengkuang Gambar 23. Tabel 32. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah,
Tahun 1988-2002
1988 2002
Kebun Ladang
Lahan Kosong
Hutan Bks Tebangan
Semak Belukar
Hutan Primer
Kebun - -
- -
- -
Ladang - 40
45 -
668 -
Lahan Kosong -
- -
- -
- Hutan Bks. Tebangan
1 534 1 998
66 10 214
1 080 -
Semak Belukar -
141 3
89 1 178
- Hutan Primer
501 1 473
223 8 598
238 13 628
Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra Landsat akuisis tahun 1988 dan 2002
Tabel 33. Rata-Rata Penggunaan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-2002
Kawasan Hutan Kawasan Non-Hutan HaTahun
Perkebunan Besar
LadangKebun Masyarakat
Tanah Kosong
Semak Belukar
Hutan Bekas Tebangan 110
143 5
77 Hutan Primer
36 105
16 17
Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra Landsat akuisis tahun 1988 dan 2002
Penggunaan lahan hutan primer untuk ladangkebun masyarakat menunjukkan bahwa pada eks-areal RKI terjadi perambahan oleh masyarakat.
142 Perambahan ini umumnya terjadi di bagian timur, karena kawasan ini berdekatan
dengan pemukiman penduduk. Kegiatan perambahan tersebut telah terdeteksi dalam citra satelit tahun 2001. Hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan
tahun 2002 oleh Componen C1 TNKS-ICDP mendapati bahwa kegiatan tersebut telah masuk ke kawasan TNKS dengan memanfaatkan fasilitas bekas jalan
logging. Hal ini terlihat dari beberapa lokasi yang telah dikonversi untuk lahan perkebunan dan usahatani masyarakat.
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai perubahan tutupan lahan dan pola penggunaan lahan kedua eks-areal HPH, dapat dikemukakan beberapa
catatan penting. Pertama, kedua eks-areal HPH mengalami pengurangan luasan
tutupan hutan hutan bekas tebangan dan hutan primer dimulai sejak masih dalam pengelolaan HPH. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa aktivitas
diantaranya penebangan oleh pemegang konsesi, pembukaan kebun, perladangan dan pembangunan pemukiman. Berdasarkan data luas tutupan lahan, maka
tutupan hutan cenderung terus mengalami penurunan; sedangkan penggunaan lahan lain mengalami kenaikan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa pengelola
HPH tidak efektif terutama dalam mengendalikan penggunaan lahan di kawasan yang menjadi konsesinya.
Kedua , berdasarkan analisis citra landsat serta peta batas TNKS, terlihat
bahwa penggunaan lahan untuk penggunaan lain umumnya berada jauh dari wilayah yang berbatasan dengan TNKS kecuali sebagian di blok atas eks-areal
RKI. Di sekitar perbatasan antara taman nasional dan batas luar HPH sebagian besar masih berupa hutan primer dan tidak ada penggunaan lahan, secara detail
ini dapat dilihat pada peta perubahan lahan.
143
Ketiga
, penggunaan lahan pada kedua eks-areal HPH lebih banyak memanfaatkan hutan bekas tebangan dibanding hutan primer. Pada eks-areal
MJRT, pola penggunaan lahan yang paling luas adalah dengan memanfaatkan hutan bekas tebangan untuk perkebunan besar terutama lahan perkebunan kelapa
sawit 5 575 ha, sedangkan yang memanfaatkan hutan primer 2.2 ha. Sementara penggunaan pada eks-areal RKI yang paling luas adalah dengan memanfaatkan
hutan bekas tebangan untuk ladang atau kebun masyarakat 1 998 ha, sedangkan yang memanfaat hutan primer 1 473 ha.
Keempat
, selain penebangan liar, perubahan tutupan lahan hutan juga disebabkan oleh perambahan hutan, bahkan kecepatan perambahan hutan
melebihi kecepatan penebangan liar. Karena tersedia akses ke dalam hutan berupa jalan HPH, jalan setapak, maupun sungai; penyebaran perambahan hutan lebih
luas. Perubahan tutupan lahan akibat perambahan hutan akan lebih tampak di citra sebagai semak berlukar maupun lahan terbuka.
6.2. Biaya Imbangan Penggunaan Lahan 6.2.1. Eks-Areal HPH PT. Maju Jaya Raya Timber