96
swasta PT. Alno Algo Utama PT. AAU berdasarkan SK. Menhutbun No. 422Menhutbun-IV2000 tanggal 14 April 2000 dengan luas 18 450 ha.
Namun, berdasarkan perhitungan planimetris oleh Tim Independent Concession Audit
pada tahun 2001, areal PT. AAU tersebut terdapat seluas 4 754 ha diantaranya terletak di dalam eks-areal MJRT.
Pada tahun 1999 Menteri Kehutanan dan Perkebunan telah mengeluarkan Surat No. 420Kpts-II1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan
Hutan di Wilayah Provinsi Bengkulu seluas 920 964 ha dimana di antaranya terdapat alokasi kawasan hutan yang diperuntukkan khusus sebagai Pusat Latihan
Gajah PLG yaitu seluas 6 865 ha. Lokasi PLG tersebut sebagian di antaranya, yaitu seluas 5 961 ha terletak di dalam areal kerja eks-areal MJRT.
Dengan adanya dua pelepasan sebagian areal kerja eks-areal MJRT di atas, luas areal kerja eks HPH PT. MJRT yang tersisa saat ini adalah seluas 34 385 ha.
Namun apabila melihat kondisi di lapangan, dari areal yang telah ditetapkan sebagai HPT dan HP berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan terdapat areal
HPT seluas 1 955 ha dan HP seluas 135 ha yang telah digarap oleh perkebunan kelapa sawit PT AAU.
5.1.3. Kondisi Penutupan Lahan
Vegetasi eks-areal HPH MJRT merupakan hutan tropika basah dengan jenis penutupan didominasi oleh kelompok meranti terutama dari spesies
Dipterocarpaceae . Jenis-jenis dari kelompok ini yang sering dijumpai antara lain
Hernawan, 2001: damar Shorea sp, merawan Hopea dryobalanoides, kruing Dipterocarpus sp, meranti S.lefrosula, meranti putih Shorea javanica,
kelukung Shorea sp dan ketuko S. ovalis. Untuk jenis non Dipterocarpaceae
97 yang sering ditemui adalah dari Famili Sapotaceae seperti durian Durio
zibethinus , Famili Apocaceae seperti jelutung Dyra costulata, pulai Alstonia
pneumathopora , Famili Meliaceae seperti gelam Xylocarpus granatum, Famili
Stercaceae seperti bayur Pterosepermum javanicum Jungh, Famili Sapindaceae seperti Kasai Gunung Pometia pinnata Forst, Famili Lauraceae seperti medang
Dehaasia pauciflora dan kisereh Cinnamomum porthanoxylon Meissn, dan Famili Myrtaceae seperti jambu Eugenia Clamyrtus dan pelawan Tristania
maingayi Duthic .
Hasil penapsiran Citra Landsat liputan tahun 2003, dari luas areal HPH 46 987 ha, sebagian besar 52 persen atau seluas 24 502 ha berupa hutan bekas
tebangan atau logged over area LOA, sementara hutan primer virgin forest terdapat seluas 14 071 ha 29.9 persen. Hasil penafsiran juga menunjukkan seluas
5 304 ha 11.3 persen berupa perkebunan besar. Rincian keadaan penutupan lahan eks-areal MJRT disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Kondisi Penutupan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber Tahun 2003
Penutupan LahanVegetasi Luas
Ha Kebun
5 304 11.3
Ladang 1 074
2.3 Lahan Kosongterbuka
29 0.1
Hutan Sekunder Logged Over Area 24 502
52.1 SemakBelukar
2 007 4.3
Hutan Lebat Virgin Forest 14 071
29.9
Total 46 987
100.0
Sumber: Analisis Spasial, 2005
Hasil pemeriksaan HPH yang dilakukan oleh Sarbi 2001, menunjukkan bahwa potensi tegakan jenis kayu komersial diameter
≥ 50 cm yang terdapat pada hutan primer maupun hutan bekas tebangan di eks-areal MJRT, rata-rata per
hektar berjumlah 13 06 batang dengan volume 46.75 m
3
.
98 Jenis hasil hutan non-kayu yang terdapat di eks-areal MJRT, antara lain:
1 getah damar yang berasal dari pohon merah Hopea mengarawan, 2 getah jelutung yang berasal dari pohon jelutungmuai Dyera costulata, 3 sarang
burung wallet yang terdapat di bagian Tenggara areal konsesi, 4 rotan, jenis rotan yang ditemukan adalah rotan mensirai Calamus sp tetapi jumlahnya sangat
sedikitjarang, dan 5 bambu, banyak ditemukan di sebelah Selatan dan Tenggara areal konsesi. Saat ini jenis-jenis ini tidak terlalu banyak lagi ditemukan di eks-
areal HPH PT. MJRT sehingga untuk mendapatkannya, informasi beberapa anggota masyarakat masyarakat harus masuk ke areal TNKS.
5.1.4. Kondisi Tanah, Kelerengan dan Kekritisan Lahan