61
4.2.2. Data Sosial-Ekonomi
Data sosial dan ekonomi terdiri dari data primer maupun data skunder. 1. Data primer yang dikumpulkan meliputi: willingness-to-pay WTP
masyarakat terhadap upaya konservasi, level kepentingan sumberdaya eks- areal HPH di sekitar zona penyangga TNKS, dan pemanfaatan jasa ekositem
kawasan tersebut. 2. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: data kependudukan, ekonomi dan
sosial pada masing-masing wilayah yang relevan, sumberdaya dan lingkungan eks-areal HPH PT. MJRT dan PT. RKI, profil desa penyangga
TNKS, Kabupaten dan Kecamatan Dalam angka, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Provinsi atau RTRWK Bungo dan Bengkulu Utara
dan RTRWP Jambi dan Bengkulu, Laporan Rencana Kerja Tahunan RKT HPH dan Laporan Pemeriksaan HPH.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Data spasial diperoleh dari BPITC Dataport Biotrop, Bakosurtanal, Badan Planologi Departemen Kehutanan, Badan Perencanaan Daerah Bapeda,
dan Balai Taman Nasional Kerinci Seblat BTNKS serta Pusat Penelitian Tanah Puslitanah Bogor. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menganalisis
perubahan penutupan lahan eks-areal HPH di daerah penyangga TNKS. Observasi lapangan untuk keperluan analisis spasial dilakukan dengan alat
Global Positioning System GPS untuk mendapatkan titik kontrol di lokasi
penelitian. Pengukuran titik kontrol tanah dengan teknik GPS dilakukan sedemikian rupa, sehingga diperoleh ketelitian hasil koordinat titik yang memadai
untuk dipakai pada pemetaan dengan citra yang memiliki resolusi relatif tinggi.
62 Data mengenai WTP diperoleh melalui kegiatan survei dimana responden
diberikan beberapa nilai tawaran kesediaan membayar dan meminta responden untuk memilih nilai tertinggi yang bersedia ia bayarkan untuk perbaikan eks-areal
HPH yang sudah digunakan. Informasi mengenai pemanfaatan jasa ekosistem eks- areal HPH diperoleh melalui observasi, yaitu mengadakan pengecekan ke
lapangan. Selanjutnya informasi mengenai kebijakan pengelolaan kawasan diperoleh melalui diskusi dan konsultasi dengan para pihak yang relevan, seperti:
pimpinan instansi pemerintah daerah kabupaten dan provinsi, LSM, akademisi dan tokoh masyarakat.
Dalam kegiatan survei, setiap rumah tangga diminta untuk menetapkan seorang juru bicara yang mengetahui banyak mengenai kondisi rumah tangga
mereka yang telah memberikan informasi pada survei terdahulu ataupun kegiatan survei yang pernah dilakukan pemerintah. Juru bicara atau responden diberikan
penjelasan mengenai survei secara umum; selanjutnya dilakukan wawancara dalam kurun waktu tertentu, surveyor hanya bertugas membantu perwakilan
rumah tangga untuk menyelesaikan survei. Dalam survei ini terdapat dua tim yang masing-masing beranggotakan 4
orang pewawancara di mana mereka telah menghabiskan waktu selama empat minggu di desa-desa sekitar Zona-1 dan Zona-2. Dalam upaya meningkatkan
pemahaman pewawancara terhadap substansi survei ini maupun dalam melakukan pekerjaan lapangan, pewawancara telah mengikuti latihan singkat di Kota
Bengkulu dan Jambi. Dalam setiap tim, sekurang-kurangnya terdapat satu orang yang mengetahui kondisi desa-desa setempat dan lancar berbicara dengan dialek
63 lokal, sehingga komunikasi dalam survei ini berjalan lancar didukung pula oleh
anggota tim yang umumnya berasal dari provinsi-provinsi di Sumatera. Eesponden ditanyakan mengenai individu dan karakteristik rumah tangga
mereka. Selanjutnya, responden diberi pertanyaan mengenai pemanfaatan hutan di eks areal HPH. Ini termasuk pertanyaan apakah mereka memanfaatkan
sumberdaya hutan yang bersangkutan atau tidak, berapa jauh mereka melakukan perjalanan hutan ke eks areal HPH, kegiatan apa saja yang mereka lakukan di
dalam hutan, dan pengetahuan mereka mengenai eks areal MJRT dan RKI yang terdapat di sekitar kawasan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat.
Untuk mensosialisasi pengetahuan tentang manfaat sumberdaya dan lingkungan eks areal HPH kepada responden, maka disusun skenario dimana eks-
areal HPH yang terdapat di sekitar kawasan penyangga TNKS akan dipertahankan sebagai kawasan hutan melalui program pemeliharaan preservasi dan
rehabilitasi. Dari hasil survei ditemukan bahwa kendatipun TNKS telah ditetapkan sebagai taman nasional sejak tahun 1997, responden kurang menyadari
keberadaan eks-areal HPH yang terdapat di sekitar kawasan penyangga TNKS maupun konsekuensinya terhadap pengelolaan sumberdaya dan lingkungan
TNKS. Oleh karena itu dibuat keputusan untuk mengembangkan skenario dari perspektif responden, bukan dari status legal formal kawasan. Hal ini memerlukan
pemaparan tujuan dan implikasi penetapan kawasan khususnya yang berkenaan dengan akses dan pemanfaatan sumberdaya.
Kepada responden diketengahkan suatu skenario yang dibagi dalam dua pilihan atau opsi skema pengelolaan eks-areal HPH. Opsi yang pertama adalah
menetapkan eks-areal HPH sebagai daerah penyangga TNKS, dimana
64 pemeliharaan hutan secara luas dan pelarangan untuk melakukan konversi
menjadi kawasan budidaya pertanian. Opsi yang kedua adalah eks-areal HPH tetap dipertahankan sebagai daerah penyangga, namun lebih moderat dimana
kegiatan pertanian tidak dilarang. Kedua opsi dibuat dengan maksud mengakomodir kepentingan perlindungan kawasan TNKS dan preferensi
masyarakat terhadap pemanfaatan eks areal HPH yang berada di sekitar TNKS. Bagian yang terakhir dari survei yang telah dilakukan adalah menanyakan
responden mengenai sikap mereka terhadap kawasan hutan yang terdapat di eks- areal HPH di daerah penyangga TNKS. Pertanyaan ini diajukan untuk
mengetahui pendapat responden mengenai nilai guna use value, nilai keberadaan existence value, tanaman dan satwa langka endangered plants and animals,
keanekaragaman hayati biodiversity, nilai spiritual spiritual value dari hutan, dan tentang pemanfaatan versus pemeliharaan preservation eks-areal HPH.
Sementara itu, data sekunder dikumpulkan dari lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah seperti: Balai Taman Nasional Kerinci Seblat
BTNKS, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam P3SDA Universitas Bengkulu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LPPM
Universitas Jambi, Kantor Dinas Kehutanan, Kantor Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA, Kantor Biro
Pusat Statistik BPS, Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kantor Kecamatan yang wilayahnya berdekatan dengan lokasi eks-areal hutan konsesi RKI dan
MJRT, PT. Sarbi Moerhani Lestari, dan LSM WARSI.
65
4.4. Penentuan Sampel