Analisis Dampak Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi

ekonomi antar wilayah tidak terlalu besar dari keadaan tanpa kebijakan, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Tabel 47. Hasil Simulasi II Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi Terhadap Disparitas Ekonomi Antar Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Tahun 2008-2013 Simulasi CVw Pertumbuhan Ekonomi Dasar 0.8514 Simulasi 1 0.8466 1.3057 Simulasi 2 0.8427 7.1310 Simulasi 3 0.8424 7.3100 Simulasi 4 0.8518 6.3103 Simulasi 5 0.8523 6.1894 Kecuali simulasi 4 dan simulasi 5, semua simulasi selain dapat menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang relatif besar. Kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di sektor pertanian dan industri berbasis pertanian simulasi 3 memberikan dampak yang paling kuat baik dalam penurunan disparitas maupun dalam peningkatan pertumbuhan pendapatan nasional

7.4. Analisis Dampak Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi

Terhadap Perekonomian Mikro, Makro dan Disparitas Ekonomi Antar Wilayah di Indonesia Hasil estimasi fungsi produksi menunjukkan bahwa peningkatan investasi mampu menstimulir peningkatan produktivitas ekonomi sektoral. Peningkatan produktivitas di kelompok sektor pertanian jauh lebih besar dibandingkan dengan di kelompok sektor lainnya industri dan jasa. Sementara peningkatan investasi di infrastruktur mampu meningkatkan produktivitas seluruh sektor perekonomian namun bias ke kelompok sektor jasa, kelompok sektor lain dan kelompok industri non pertanian. Produktivitas sektoral hasil estimasi tersebut, kemudian digunakan sebagai shock dalam simulasi kebijakan dengan menggunakan model Multiregional CGE top-down yang kemudian dianalisis dampaknya terhadap perekonomian sektoral, makro dan regional sehingga akhirnya dapat mengukur tingkat disparitas ekonomi antar wilayah. Oleh karena itu, peningkatan investasi di infrastruktur, selain memiliki daya dorong yang paling kuat dalam memacu pertumbuhan output sektoral, juga mempunyai kemampuan yang paling kuat dalam mendorong penurunan harga, peningkatan upah dan ekspor sektoral kecuali untuk kelompok sektor pertanian. Namun demikian, peningkatan investasi pada sektor infrastruktur kurang mampu mendorong pertumbuhan kesempatan kerja dan penurunan impor sektoral. Peningkatan investasi di infrastruktur juga paling kuat dalam mendorong peningkatan pendapatan rumah tangga, akan tetapi dalam hal distribusi pendapatan antar rumah tangga, peningkatan investasi di infrastruktur maupun di kelompok sektor lainnya kelompok sektor pertanian, industri berbasis pertanian, industri non pertanian, industri total dan kelompok sektor jasa sama-sama memberikan dampak yang bias ke rumah tangga golongan atas baik di pedesaan maupun perkotaan. Dampak terkuat terhadap penurunan impor sektoral dihasilkan dari peningkatan investasi di kelompok sektor industri pertanian; sedangkan dampak terkuat terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral diberikan oleh peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian, akan tetapi peningkatan investasi tersebut justru menghasilkan penurunan penyerapan tenaga kerja terbesar pada kelompok sektor pertanian karena peningkatan produktivitas lebih disebabkan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Sementara pertumbuhan output, penurunan harga, peningkatan ekspor dan penurunan impor untuk kelompok sektor pertanian lebih efektif melalui peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian itu sendiri. Daya dorong yang kuat dari peningkatan investasi di sektor infrastruktur terhadap perekonomian sektoral atau kondisi mikroekonomi, menyebabkan peningkatan investasi tersebut secara umum juga memiliki kemampuan paling kuat dalam mendorong kinerja perekonomian makro. Peningkatan investasi di infrastruktur memberikan dampak tertinggi terhadap pengeluaran agregat kecuali impor karena peningkatan investasi tersebut menghasilkan dampak tertinggi terhadap penurunan harga-harga, peningkatan devaluasi mata uang rupiah dan peningkatan peningkatan upah riil. Dengan demikian, meskipun terjadi peningkatan impor, tetapi karena peningkatannya jauh lebih kecil daripada peningkatan ekspor maka pada gilirannya, peningkatan investasi di infrastruktur memberikan daya dorong terkuat terhadap pertumbuhan PDB riil dan pertumbuhan PDRB riil di masing-masing wilayah. Namun peningkatan investasi di infrastruktur tersebut menghasilkan dampak pertumbuhan PDRB yang agak bias ke wilayah provinsi dengan pendapatan perkapita yang relatif tinggi. Tidak semua provinsi dengan tingkat pertumbuhan PDRB tertinggi merupakan provinsi dengan tingkat pendapatan perkapita relatif rendah. Provinsi-provinsi tersebut adalah DIY, Bali, Maluku, Gorontalo, NTT, Sumut, Jatim dan DKI dimana provinsi Bali, Sumut, Jatim serta DKI merupakan provinsi dengan pendapatan perkapita relatif tinggi. Hal ini terjadi karena peningkatan investasi di infrastruktur menghasilkan pertumbuhan output yang bias ke kelompok sektor jasa jasa pemerintah dan jasa lain dan kelompok sektor lainnya transportasi udara dan air; hotel dan restaurant serta perdagangan. Oleh karena itu, peningkatan investasi di sektor infrastruktur, juga peningkatan investasi di kelompok sektor industri dan peningkatan investasi di kelompok sektor jasa tidak dapat menurunkan tingkat disparitas ekonomi antar wilayah dan sebaliknya dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian. Meskipun relatif kecil, peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian adalah satu-satunya yang dapat menurunkan tingkat disparitas ekonomi antar wilayah. Hal ini karena peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian secara umum menghasilkan dampak pertumbuhan PDRB yang bias ke wilayah provinsi dengan pendapatan perkapita yang relatif rendah artinya wilayah provinsi yang mengalami pertumbuhan output terbesar secara umum adalah provinsi- provinsi dengan tingkat pendapatan perkapita yang rendah yaitu provinsi NTT, Bengkulu, Maluku, Lampung, Gorontalo, Sulteng, Sultra dan Sulsel. Provinsi- provinsi tersebut merupakan provinsi dengan sumber PDRB utama adalah dari sektor pertanian. Kondisi tersebut dimungkinkan karena peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian menghasilkan dampak yang bias ke kelompok sektor pertanian, sektor industri makanan olahan dan sektor jasa pemerintah. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil kelompok simulasi pertama atau peningkatan investasi secara individual di masing-masing sektor Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 10 tidak ada yang mampu memberikan dampak yang tidak trade off antara pertumbuhan dan pemerataan atau pengurangan disparitas ekonomi antar wilayah. Peningkatan investasi di infrastruktur memberikan dampak terkuat terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi PDB riil, namun tidak mampu menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah dan sebaliknya dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian. Peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian mampu menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah, akan tetapi tidak memberikan daya dorong yang terkuat terhadap pertumbuhan PDB riil. Oleh karena itu dilakukan kelompok simulasi kedua yang merupakan alternatif simulasi kombinasi peningkatan investasi sektoral dengan pembangunan infrastruktur dan sekaligus untuk menguji dampak strategi pembangunan ekonomi sektoral strategi ADLI dan lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi sektoral, makro dan disparitas ekonomi antar wilayah. Secara umum, dukungan pembangunan infrastruktur terhadap masing- masing peningkatan investasi sektoral sektor pertanian; sektor pertanian dan industri berbasis pertanian; sektor industri yang mencakup industri berbasis petanian dan non pertanian; serta sektor jasa menghasilkan dampak yang tidak hanya kuat dalam memacu pertumbuhan mikroekonomi atau perekonomian sektoral, juga mampu secara kuat memicu pertumbuhan makroekonomi dan wilayah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tanpa didukung dengan pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi sektoral kurang kuat mendorong perekonomian sektoral, wilayah dan makro. Penyertaan pembangunan infrastruktur terhadap masing-masing peningkatan investasi sektoral mampu menghasilkan pertumbuhan output yang positif, meningkatkan ekspor dan upah serta mampu mendorong penurunan harga hampir di seluruh sektor perekonomian dan dengan tingkat pertumbuhan yang lebih besar. Akan tetapi dukungan infrastruktur terhadap masing-masing peningkatan investasi sektoral, tetap kurang kuat dalam memacu peningkatan kesempatan kerja sektoral, penurunan impor sektoral serta kurang kuat dalam menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata antar golongan rumah tangga. Hal ini terjadi karena di semua simulasi peningkatan upah bias ke sektor jasa jasa pemerintah dan jasa lainnya, sektor lainnya gas.listrik dan air bersih; perdagangan; hotel dan restaurant; transportasi air dan udara; komunikasi dan sektor pertambangan; sementara tidak terjadinya perluasan kesempatan kerja karena peningkatan produktivitas lebih disebabkan penghematan tenaga kerja, terjadi substitusi faktor input primer tenaga kerja dengan input primer kapital. Tingginya penurunan harga di masing-masing kombinasi peningkatan investasi sektoral menyebabkan terjadinya deflasi yang cukup tajam yang kemudian di satu pihak mendorong peningkatan ekspor dan penurunan impor kecuali pada simulasi kombinasi peningkatan investasi di sektor jasa yang didukung pembangunan infrastruktur, impor bahkan mengalami peningkatan yang juga didorong oleh terjadinya peningkatan devaluasi riil; dan di pihak lain deflasi yang cukup besar mendorong peningkatan upah riil agregat dan pendapatan rumah tangga riil yang cukup besar meskipun masih tetap bias ke golongan rumah tangga atas baik di pedesaan maupun perkotaan. Pada gilirannya, peningkatan upah riil agregat dan pendapatan rumah tangga riil yang cukup tinggi mendorong peningkatan pengeluaran rumah tangga riil agregat dan pengeluaran pemerintah yang juga cukup besar. Di semua simulasi kombinasi peningkatan investasi sektoral dengan pembangunan infrastruktur, pengeluaran investasi agregat juga mengalami peningkatan. Karena semua variabel makroekonomi dari sisi pengeluaran mengalami peningkatan yang cukup besar maka dukungan infrastruktur terhadap masing-masing peningkatan investasi sektoral menghasilkan dampak peningkatan pendapatan GDP riil dan PDRB riil di masing- masing wilayah yang juga cukup besar. Lemahnya kemampuan investasi dalam menstimulir peningkatan produktivitas di kelompok sektor industri dan kelompok sektor jasa, serta dampak peningkatan infrastruktur yang bias ke kelompok sektor jasa, kelompok sektor lain dan kelompok sektor industri non pertanian, di satu pihak menyebabkan penyertaan peningkatan investasi di kelompok sektor industri berbasis pertanian terhadap kombinasi pembangunan infrastruktur dengan kelompok industri pertanian tidak memberikan dampak yang signifikan, secara umum pola pertumbuhan baik perekonomian sektoral, wilayah maupun perekonomian makro tetap sama; sementara tingkat pertumbuhannya hanya menjadi sedikit lebih tinggi. Disamping itu, rendahnya peningkatan produktivitas industri berbasis pertanian yang distimulir peningkatan investasi menyebabkan penyertaan peningkatan investasi di kelompok sektor industri berbasis pertanian terhadap kombinasi pembangunan infrastruktur dengan kelompok sektor pertanian menghasilkan dampak pertumbuhan output kelompok sektor industri berbasis pertanian yang tidak sebesar pertumbuhan output kelompok sektor pertanian, kecuali untuk sektor industri makanan olahan. Namun, keterkaitan yang kuat antara kelompok sektor pertanian dan kelompok sektor industri berbasis pertanian menyebabkan kombinasi pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan kelompok industri berbasis pertanian secara umum memberi dampak yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan kelompok industri berbasis pertanian output, harga, kesempatan kerja, sebagian ekspor dan impor daripada dampak kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor industri industri berbasis pertanian dan non pertanian. Di pihak lain, rendahnya peningkatan produktivitas kelompok sektor industri dan jasa yang distimulir peningkatan investasi juga menghasilkan dampak yang tidak terlalu jauh berbeda antara dampak kombinasi pembangunan infrastruktur dan peningkatan investasi di kelompok sektor industri dengan dampak kombinasi pembangunan infrastruktur dan peningkatan investasi di kelompok sektor jasa. Keduanya menghasilkan dampak struktur dan tingkat pertumbuhan yang hampir sama. Hanya saja secara umum kombinasi pembangunan infrastruktur dan kelompok sektor industri memberikan dampak yang sedikit lebih tinggi terhadap pertumbuhan kelompok industri dibandingkan dampak kombinasi pembangunan infrastruktur dan kelompok sektor jasa; dan berlaku sebaliknya untuk tingkat pertumbuhan kelompok sektor jasa. Kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian dibandingkan kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya menghasilkan daya dorong yang paling kuat terhadap pertumbuhan output sektoral, peningkatan upah dan pendapatan rumah tangga. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan output yang positif dengan pertumbuhan output selain bias ke sektor jasa pemerintah, kelompok sektor pertanian tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan, sektor lain angkutan air, angkutan udara, hotel dan restauran, juga bias ke industri makanan olahan. Peningkatan produktivitas dan tingkat elastisitas pengeluaran di sektor-sektor tersebut relatif besar. Sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan output yang lebih besar dibandingkan dampak pertumbuhan output dari kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya, terutama untuk kelompok sektor pertanian; kelompok sektor industri berbasis pertanian kecuali industri pupuk; sebagian sektor lain khususnya sektor listrik, gas dan air bersih, sektor hotel dan restauran, transportasi darat dan transportasi udara; serta sektor jasa pemerintah dimana sektor-sektor tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Sementara output kelompok sektor lainnya yakni kelompok sektor pertambangan, kelompok industri non pertanian, sebagian sektor lain perdagangan, angkutan air dan udara, komunikasi serta sektor jasa lembaga keuangan dan jasa lainnya lebih efektif pertumbuhannya melalui kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor industri atau kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor jasa. Dukungan infrastruktur terhadap peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian menyebabkan sebagian besar sektor perekonomian mengalami peningkatan upah dan penurunan upah hanya terjadi di kelompok sektor pertanian, industri kayu,bambu dan rotan serta sektor angkutan darat; sedangkan peningkatan upah terbesar terjadi pada kelompok sektor lain dan kelompok sektor jasa. Sementara kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya memberikan dampak yang negatif terhadap pertumbuhan upah di sebagian besar sektor perekonomian. Oleh karena itu kombinasi pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian memberikan dampak yang terbesar terhadap peningkatan pendapatan di semua golongan rumah tangga, akan tetapi pertumbuhan pendapatan tersebut tetap bias ke rumah tangga golongan atas sebagaimana dampak peningkatan pendapatan dari kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya, hanya sedikit lebih baik karena penurunan upah di kelompok sektor pertanian lebih kecil daripada dampak dari kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya. Namun demikian, kombinasi pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian kurang kuat dalam mendorong penurunan harga sektoral kecuali untuk kelompok sektor pertanian, pertambangan minyak, industri pengolahan makanan dan industri pupuk; dan juga kurang kuat dalam mendorong peningkatan kesempatan kerja, peningkatan eskpor dan penurunan impor. Sebagian besar sektor mengalami penurunan kesempatan kerja, sedikit lebih banyak daripada dampak kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya. Penurunan kesempatan kerja terbesar terjadi pada sektor pertanian khususnya sektor kehutanan dan perkebunan, serta sektor industri pupuk dan penurunannya lebih besar daripada dampak kombinasi investasi lainnya. Namun demikian kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian efektif dalam memperluas kesempatan kerja di sektor pertanian bahan makanan, kelompok sektor industri berbasis pertanian khususnya industri makanan olahan, industri tekstil dan pakaian, industri bambu, kayu dan rotan; sebagian kelompok sektor lain, khususnya sektor hotel dan restauran, sektor angkutan darat; sebagian kelompok sektor jasa khususnya jasa pemerintah dan jasa lain; serta industri alat angkutan mesin dimana pertumbuhan outputnya juga paling efektif. Sementara perluasan kesempatan kerja untuk sebagian kelompok sektor lain khususnya sektor perdagangan, angkutan air, angkutan udara, komunikasi dan sebagian kelompok sektor pertanian khususnya sektor tanaman bahan makanan, sektor peternakan dan perikanan lebih efektif melalui kombinasi pembangunan infrastruktur dengan kelompok sektor industri dan atau kombinasi pembangunan infrastruktur dengan kelompok sektor jasa. Penurunan harga yang terlalu besar dibandingkan peningkatan outputnya menyebabkan terjadinya penurunan penggunaan tenaga kerja. Dibandingkan dengan kombinasi peningkatan investasi lainnya, kombinasi pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian kurang kuat dalam mendorong peningkatan ekspor dan penurunan impor. Semua sektor mengalami peningkatan ekspor dan sebagian besar sektor mengalami penurunan impor, akan tetapi jumlah sektor yang mengalami peningkatan impor sedikit lebih banyak dan tingkat penurunan impor maupun tingkat peningkatan ekspor lebih kecil daripada dampak kombinasi investasi sektoral lainnya kecuali untuk kelompok sektor pertanian, pertambangan minyak, industri pengolahan makanan dan industri pupuk Untuk sektor-sektor tersebut penurunan impor dan peningkatan ekspor lebih efektif melalui kombinasi pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian. Dampak kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian terhadap penurunan harga di kelompok sektor pertanian yang begitu besar dan jauh lebih besaripada di kelompok sektor lainnya dan lebih besar dibandingkan dampak kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya menyebabkan kelompok sektor pertanian mempunyai kontribusi yang besar terhadap penuruan IHK sehingga penurunan IHKnya juga yang terbesar. Deflasi yang cukup besar menyebabkan kombinasi kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian di satu pihak manghasilkan dampak yang juga terbesar dalam peningkatan upah rill agregat dan peningkatan pendapatan rumah tangga, yang pada gilirannya menghasilkan daya dorong terbesar terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga riil dan pengeluaran pemerintah. Di pihak lain deflasi yang cukup besar menyebabkan produk-produk Indonesia menjadi lebih berdaya saing di pasar internasional sehingga mendorong peningkatan ekspor dan penurunan impor yang juga cukup besar akan tetapi tidak sebesar dampak ekspor dan impor melalui kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya karena peningkatan devaluasi riilnya lebih kecil. Meskipun peningkatan ekspor dan penurunan impor lebih kecil daripada dampak kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya, akan tetapi karena perbedaannya tidak terlalu besar dibandingkan dengan perbedaan peningkatan pengeluaran rumah tangga dan pengeluaran pemerintah diantara masing-masing kombinasi peningkatan investasi sektoral, maka kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian juga meberikan dampak terbesar terhadap peningkatan pendapatan riil nasional GDR riil maupun terhadap peningkatan pendapatan wilayah atau PDRB riil. Karena dampak kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian terhadap pertumbuhan output bias ke kelompok sektor pertanian, kelompok sektor jasa jasa pemerintah dan jasa lainnya, dan sektor lain khususnya transportasi air dan udara, serta sektor hotel dan restauran maka secara umum wilayah-wilayah dengan sumber PDRB utama dari sektor-sektor tersebut atau wilayah sentra produksi pertanian NTT, Maluku, Bengkulu, Lampung dan Gorontalo dan atau wilayah tujuan wisata seperti Bali, DIY dan Maluku mengalami peningkatan PDRB riil yang relatif tinggi. Sebagian besar wilayah tersebut merupakan wilayah dengan tingkat pendapatan perkapita yang relatif rendah kecuali Bali dan Jawa Timur. Tingkat pertumbuhan PDRB yang bias ke wilayah dengan pendapatan perkapita yang relatif rendah tersebut menyebabkan kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian dapat menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah. Sedangkan kombinasi peningkatan investasi sektoral lainnya khususnya peningkatan investasi di kelompok sektor industri ataupun peningkatan investasi di kelompok sektor sektor jasa tidak dapat menurunkan tingkat disparitas ekonomi antar wilayah karena pertumbuhan PDRB riilnya lebih bias ke wilayah- wilayah dengan sumber utama PDRBnya dari kelompok sektor lain, kelompok sektor jasa dan sebagian kecil kelompok sektor industri non pertanian atau wilayah-wilayah tujuan wisata dimana wilayah-wilayah tersebut pendapatan perkapitanya relatif tinggi. Perbedaan pendapatan perkapita antar wilayah maju dengan wilayah kurang maju yang terlalu besar, sementara perbedaan pertumbuhan PDRB antar wilayah yang tidak begitu besar sebagai dampak dari kombinasi pembangunan infrastruktur dengan peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian menyebabkan penurunan dispartitas ekonomi antar wilayah relatif kecil.

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN

PENELITIAN LANJUTAN

8.1. Kesimpulan

Hasil studi menunjukkan bahwa prioritas alokasi investasi ke sektor pertanian dan industri berbasis pertanian yang didukung pembangunan infrastruktur atau melalui penerapan strategi ADLI yang didukung dengan pembangunan infrastruktur dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sekaligus dapat menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah. Sementara strategi pembangunan lainnya prioritas alokasi investasi ke sektor industri atau jasa yang masing-masing didukung pembangunan infrastruktur menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dan justru meningkatkan disparitas ekonomi antar wilayah. Dibandingkan strategi pembangunan lainnya, strategi pembangunan ADLI yang didukung oleh pembangunan infrastruktur tidak hanya mempunyai daya dorong yang paling kuat dalam memacu pertumbuhan output di hampir seluruh sektor perekonomian, akan tetapi juga paling kuat mendorong peningkatan upah sektoral, upah riil agregat dan pendapatan rumah tangga riil karena meskipun strategi pembangunan ini tidak sekuat strategi pembangunan lain dalam menurunkan harga sektoral, namun penurunan harga di kelompok sektor pertanian yang begitu besar menyebabkan strategi pembangunan ADLI yang didukung pembangunan infrastruktur menghasilkan dampak terbesar dalam penurunan IHK. Pada gilirannya, strategi pembangunan tersebut menghasilkan dampak tertinggi terhadap peningkatan pengeluaran rumah tangga riil agregat dan pengeluaran pemerintah; namun dalam mendorong peningkatan ekspor dan penurunan impor