Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan Penelitian ini dimulai sejak pertengahan tahun 2002 sampai pertengahan semester genap 2005. Data tambahan diambil sampai pertengahan
tahun 2007. Lokasi penelitian mencakup Kawasan Dadap-Kamal Muara yang
merupakan daerah perbatasan diantara Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang dengan Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta
Utara. Selain itu, cakupan penelitian juga diperluas sampai ke TPI Muara Angke untuk melihat aspek kelimpahan kapal-kapal yang mendarat di TPI ini yang
memungkinkan untuk dialihkan.
3.2 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian
Kawasan pengembangan yang menjadi sasaran penelitian ini adalah satu kesatuan ekosistem yang terdiri dari:
1 Kawasan Teluk Dadap di Kabupaten Tangerang dan Kamal Muara di
Wilayah Kota Jakarta Utara; 2
Kawasan administrasi Pemerintahan Kecamatan Kosambi di Kabupaten Tangerang dan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.
3 Kebijakan-kebijakan dalam bidang perikanan yang dikeluarkan baik oleh
tingkat propinsi maupun Kabupaten yang berkaitan dengan kedua daerah tersebut.
Secara administratif, Kawasan Teluk Dadap ini tercakup ke dalam Kecamatan Kosambi di Kabupaten Tangerang dan Kecamatan Penjaringan di
Kota Jakarta Utara, sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
82
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan penelitian yang digunakan terdiri dari alat tulis dan kuesioner, serta alat bantu untuk merekam wawancara tape recorder.
Dokumentasi foto diambil secara langsung dan juga menggunakan sumber dari referensi. Perangkat keras dan perangkat lunak komputer digunakan untuk
menganalisis datanya. penelitian di Kawasan Dadap-Kamal Muara
3.4 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survai, untuk mencari data yang berkaitan dengan data biofisik dan sosial ekonomi, baik yang
ada di lokasi penelitian maupun di instansi dan lembaga-lembaga terkait dengan permasalahan penelitian.
3.4.1 Pengumpulan data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer yang berkaitan dengan TPI Dadap dan dalam kurun waktu 1999 sampai 2003. Data
primer diperoleh melalui kegiatan survey penelitian di lapangan, baik berupa hasil diskusi dengan para pejabat instansi terkait, wawancara dengan stakeholders
pengelolaan wilayah pesisir di kawasan penelitian tersebut, pengisian kuesioner, maupun pengambilan data biofisik sebagai pelengkap data sekunder.
Metode pengambilan contoh dilakukan secara acak per kelompok masyarakat yang terkait dengan kegiatan perikanan, yaitu: nelayan tangkap,
nelayan budidaya kerang hijau, pengolah ikan, pedagang alat penangkapan, pedagang ikan, pedagang eceran bahan bakar, pedagang eceran es, pengelola
PPITPI, dan komunitas lokal. Jumlah sampel responden yang diambil berdasarkan rumus yang dikutip dari Nawawi 2001 berikut ini
2
2 1
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
≥ b
z pq
n
α
84
dimana: n
= jumlah sampel minimum p
= proporsi populasi persentase kelompok pertama q
= proporsi sisa di dalam populasi 1,00 – p z
12
= derajat koefisien konfidensi pada 95 b
= persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan ukuran sampel
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, dan laporan kegiatan dari setiap instansi yang ada di Kabupaten Tangerang dan Pemkot Jakarta Utara.
Untuk data sekunder, bilamana dimungkinkan akan diambil data seri dari tahun 1992 sampai 2003, yaitu selang sepuluh tahun dimana saat penonaktivan TPI
Dadap berada hampir di tengah-tengahnya. Data primer dan sekunder yang dikumpulkan terdiri dari :
1 Kondisi fisik kawasan yang meliputi bentang alam, batimetri, pasang surut, salinitas dan turbiditas, arus air laut, input air tawar, dan iklim curah hujan,
temperatur dan angin, perubahan peruntukan ruang, kesesuaian peruntukan kawasan pesisir, perubahan jumlah dan jenis ikan yang ditangkap atau
didaratkan, perubahan jumlah dan jenis alat tangkap, dan perubahan kualitas lingkungan;
2 Kondisi biologi kawasan pesisir yang terdiri dari, jenis dan penyebaran sumberdaya perikanan dan sejenisnya;
3
Kondisi ekonomi masyarakat sekitar kawasan yang terdiri dari: pendapatan keluarga dan mata pencaharian, serta kegiatan ekonomi dan jasa khususnya
yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan, persepsi masyarakat terhadap rencana pembangunan pelabuhan perikanan atau pelabuhan
kontainer; nilai transaksi ikan, alat tangkap, bahan dan peralatan pendukung operasional penangkapan ikan, pendapatan dan mata pencaharian, kondisi
ekonomi masyarakat antara lain penghasilan keluarga dan penghasilan pemerintahan desa dan kecamatan; serta perubahan sosial, yaitu mencakup
perubahan jumlah nelayan dan penduduk secara umum, pertumbuhan dan
85
penyebarannya, kondisi permukiman, pendidikan,perubahan kondisi pendidikan dan kesehatan penduduk, serta perkembangan fasilitas sosial
lainnya seperti jalan, masjid, penerangan umum, dll. 4
Kebijakan pengelolaan saat ini dan rencana per sektor dari berbagai aspek yaitu tata ruang dan tata guna lahan, pemerintahan daerah, kehutanan,
perikanan, pariwisata, perhubungan, pertambangan, kehakiman, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan serta sosial.
Keterkaitan diantara jenis-jenis data yang akan dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan untuk memperoleh suatu dasar berpijak
yang kuat dalam pengambilan kesimpulan yang sah dari hasil penelitian yang diperoleh, untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Keterkaitan tujuan
pengambilan jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir Tabel 3.1.
3.4.2 Analisis data
Data dan informasi yang telah diperoleh akan dijadikan dasar dalam melakukan analisis untuk melihat perkembangan peruntukan Kawasan Dadap dan
Kamal Muara sebagai daerah kegiatan perikanan. Data fisik, biologi, dan sosial- ekonomi dianalisis secara statistik untuk mengetahui potensi-potensi sumberdaya
alam dan kondisi sumberdaya manusia serta kelembagaannya, termasuk peraturan perundangan yang terkait. Kebijakan pengelolaan saat ini dan rencana per sektor
yang telah ada, dievaluasi untuk mencari formulasi yang terbaik bagi penyusunan rencana pengelolaan. Penyusunan ini memperhatikan rencana tata ruang wilayah,
yang meliputi daerah alami natural, daerah pengembangan development areas, dan daerah yang terkena dampak pengembangan impacted areas.
86
Tabel 3.1. Matriks keterkaitan antara tujuan, indikatorparameter, metode analisis, sumber data, dan output No. TUJUAN
INDIKATOR PARAMETER
ANALISIS SUMBER DATA
OUTPUT 1. Mengkaji kondisi lingkungan, pemanfaatan
dan ketergantungan daerah perikanan dari TPI Dadap dan TPI Kamal Muara sesuai dengan
perkembangan kegiatan pembangunan daerah di kawasan tersebut
a Melihat perubahan komponen biofisik Kondisi biofisik
lingkungan Deskriptif
Primer sekunder
Informasi kondisi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
b Melihat seberapa besar tingkat ketergantungan Kawasan Dadap dan Kamal
Muara terhadap perikanan Perubahan data
hasil perikanan dan aspek sosial
Ideks ketergantun
gan daerah perikanan
Primer sekunder
Informasi tentang dasar pengambilan keputusan perlu
tidaknya dilakukan perubahan fungsi pengelolaan TPI Dadap
dan Kamal Muara dimasa depan
2. Menganalisis struktur komposisi pertumbuhan ekonomi wilayah dan pemusatan aktivitas serta
hierarki aktivitas pelayanan; a Melihat komposisi pertumbuhan sektor-
sektor ekonomi wilayah PDRB
Shift share sekunder Informasi
tentang tingkat
pertumbuhan ekonomi wilayah
87
b Melihat pemusatan aktivitas ekonomi wilayah
Sektor-sektor ekonomi
LQ Location
Quotient sekunder
Informasi tingkat keunggulan sektor ekonomi di suatu kawasan
c Melihat distribusi dan hierarki pelayanan fasilitas-fasilitas sosial,
Fasilitas dan pelayanan sosial
Skalogram Primer sekunder
Informasi pusat pelayan dan pengembanghan
3. Mengkaji pemanfaatan lahan dan daya tampung pelabuhan perikanan di kawasan
Dadap-Kamal Muara berkaitan dengan kapasitas tampung TPI Muara Angke dimasa
yang akan datang
a Melihat kesesuaian pemanfaatan lahan peruntukan lahan
dalam RTRW Deskriptif
Sekunder Informasi tingkat penyimpangan
terhadap RTRW
b Melihat model kelimpahan kapal ikan yang dapat dipindahkan dari TPI Dadap dan TPI
Muara Angke ke TPI Kamal Muara Kapal ikan dan
sarana dan prasarana
penangkapan ikan dan pelabuhan
Stella visual basic
Primer sekunder
Model kelimpahan kapal ikan di Kamal Muara
4. .
Membuat analisis dan skenario pengembangan dan pengelolaan pelabuhan perikanan dalam
konteks pengelolaan pesisir terpadu Perubahan
aktivitas PPITPI Dadap dan Kamal
Muara deskriptif
Primer sekunder
Skenario pengelolaan PPITPI Dadap dan PPITPI Kamal Muara
5. Membuat kajian opini masyarakat tentang
kondisi perikanan di kawasan Dadap-Kamal Muara
Hasil kuesioner responden
Survey Pro 20
primer Informasi berbagai pendapat dari
penduduk lokal tentang kondisi lingkungan dan TPI.
88
Metode analisis data yang digunakan akan dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1 Kelompok analisis data biofisik
2 Kelompok analisis data sosial ekonomi
3 Kelompok analisis data pemanfaatan ruang
4 Kelompok analisis data pengembangan wilayah
Kelompok analisis data biofisik bertujuan untuk melihat: 1
Perubahan pemanfaatan lahan; 2
Kesesuaian peruntukan kawasan pesisir; 3
perubahan jumlah dan jenis ikan yang ditangkap atau didaratkan; 4
perubahan jumlah dan jenis alat tangkap; 5
perubahan kualitas lingkungan; Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk data fisik
perubahan bentang alam, data kimia fisik untuk daya dukung lingkungan sesuai dengan baku mutu yang ada, serta untuk melihat beberapa faktor pembatas
constraint pengembangan TPI; Kelompok analisis data sosial ekonomi dimaksudkan untuk melihat:
1 perubahan ekonomi, yaitu mencakup perubahan nilai transaksi yang
berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan; 2
perubahan sosial, yaitu mencakup perubahan jumlah nelayan dan penduduk secara umum, potensi sosial bagi pengembangan suatu
pelabuhan perikanan persepsi umum dari komunitas penduduk di kawasan penelitian.
3 Perubahan hirarkhi wilayah diantara kedua kawasan tersebut dilihat
selama periode 5 tahun. Metode analisis yang digunakan adalah analisis hirarkhi wilayah dengan
menggunakan metode skalogram. Kelompok analisis data pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk melihat
bagaimana pola pemanfaatan sumberdaya lahan di kawasan penelitian dan jenis
89
output yang dihasilkannya; kemudian akan dilanjutkan dengan analisis konsentrasi dari setiap aspek pemanfaatan tersebut. Metode analisis yang
digunakan adalah: 1
analisis shift share untuk melihat pergeseran penggunaan ruang; 2
analisis dekriptif terhadap citra satelit Kelompok analisis data pengembangan wilayah dimaksudkan untuk
melihat bagaimana pola distribusi pendapatan wilayah, keterkaitan pendapatan suatu wilayah dengan sumberdaya perikanan yang terdapat di kawasan penelitian,
serta antar sektor ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah: 1
analisis tipologi analisis skalogram untuk melihat distribusi dan hierarki pelayanan pelabuhan-pelabuhan perikanan di kawasan penelitian
2 analisis shift share untuk melihat komponen pengembangan wilayah;
3 analisis location quotient LQ, digunakan untuk menganalisis pergeseran
pemusatan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di lokasi penelitian Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara dan Kecamatan Kosambi-
Kabupaten Tangerang, untuk kurun waktu antara 2000 – 2002. 4
stella, digunakan untuk menganalisis model kualitatif kelimpahan jumlah kapal yang mendarat di TPI Muara Angke dan yang dapat ditampung di
TPI Kamal Muara, selain itu juga untuk melihat skenario jumlah kapal yang dapat dipindah dari TPI Dadap ke TPI Kamal Muara;
5 visual basic
digunakan untuk membuat model matematik yang menggambarkan hubungan antara kelengkapan sarana dan prasarana
pelabuhan dengan kondisi sebenarnya.
3.4.3 Model analisis
1 Analisis skalogram
Menurut Rustiadi et al. 2003, analisis skalogram digunakan untuk menentukan hirarkhi wilayah. Caranya adalah seluruh fasilitas umum yang
dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Tahapan dalam penyusunan analisis skalogram adalah: 1 menyusun fasilitas sesuai dengan
90
penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah; 2 khusus untuk fasilitas yang menandakan jarak harus dibuat inversnya; 3 semua nilai fasilitas
dirasiokan terhadap luas di setiap wilayah sehingga diperoleh sebaran fasilitas di wilayah tersebut; 4 semua nilai haris distandarisasikan dulu sehingga nilai
tersebut memiliki satuan yang sama; 5 menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal untuk menentukan indeks perkembangan suatu wilayah; 6 mencari
kapasitas pelayanan fasilitas tersebut terhadap jumlah penduduk yang ada dengan cara mengalikan indeks perkembangan di setiap wilayah dengan jumlah
penduduk; serta 7 menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah,
selain itu ditentukan juga rata-rata unit fasilitas tersebut average, standar deviasi st-dev, total terisi countif, sehingga fasilitas yang bernilai nol tidak akan
dihitung, bobot rasio antara total terisi dengan jumlah desa, nilai maksimum max dan nilai minimum min.
Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan suatu wilayahpusat pelayan:
∑
=
mn ij
ij j
I IP
Dimana:
i i
ij ij
SD I
I I
min
− =
IP
j
:
Indeks Perkembangan wilayah ke-j I
ij
: Nilai skor indeks perkembangan ke-
i
wilayah ke-
j
I’
ij
: Nilai skor indeks perkembangan ke-
i
terkoreksi terstandarisasi wilayah ke-
j
I
i min
= Nilai skor indeks perkembangan ke-i terkecil minimum SD
i
= standar deviasi indeks perkembangan ke-
i
= Untuk menentukan nilai Kapasitas Pelayanan KPj adalah KP
j
= IP
j
x P
j
KP
j
= Kapasitas Pelayanan untuk wilayah ke-j
IP
j
= Indeks Perkembangan wilayah untuk wilayah ke-j
P
j
= Jumlah Penduduk wilayah ke-j
91
i = 1, 2, 3,......, n
j = 1, 2, 3,......, m
2 Analisis
shift share
Prinsip analisis dilakukan dengan dekomposisi indeks pertumbuhan. Teknik ini dikembangkan dengan mendasarkan adanya 3 komponen
pertumbuhan dinamika yang mempengaruhi laju pertumbuhan suatu aktivitas. Ketiga komponen tersebut dikenal dengan:
1 Komponen regional share: mengidentifikasi peran dinamika keseluruhan wilayah analisis, untuk mengetahui pentingnya
pengaruh dinamika seluruh wilayah penelitian terhadap setiap unit analisis.
2 Komponen propotional share: mengidentifikasi aktivitas, sektor atau jenis penggunaan yang mana yang berpengaruh penting dan seberapa
penting dalam mempengaruhi dinamika setiap kabupatenkota. 3 Komponen differential share: mengidentifikasi lebih spesifik lagi
untuk dapat menunjukkan seberapa penting pengaruh dari sektor tertentu di setiap kabupatenkota tertentu dalam mempengaruhi laju
pertumbuhan aktivitas. Model analisis shift share dapat digambarkan sebagai berikut:
Kawasan Dadap dan Kamal Muara adalah dua kawasan yang berdampingan tetapi berada di dua wilayah administratif yang berbeda.
Pada tatanan lokal dan mikro, besar kemungkinan terdapat suatu kegiatan ekonomi yang berbasis sumberdaya pesisir, yang saling menguntungkan
kedua unsur setempat antara lain penduduk, pemerintahan tingkat desa, dll.. Tetapi pada tingkat yang lebih tinggi kecamatan atau kabupaten,
situasinya diduga agak berbeda sehubungan dengan terdapatnya beberapa program pembangunan yang berinduk pada Pemda masing-masing.
Apapun kegiatan pembangunan yang dilakukan di kedua kawasan yang
92
berdampingan tersebut, sudah dapat dipastikan akan mempengaruhi kondisi mikro dikedua Desa tersebut.
Model matematis dari analisis shift share tersebut adalah sebagai berikut:
ij ij
ij ij
Pm Pw
Pk Y
+ +
= Δ
1 Ri
ri Y
Ra Ri
Y Ra
Y Y
Y Y
ij ij
ij ij
ij T
ij T
t
− +
− +
− =
Δ =
−
Dimana: m
= jumlah wilayah studi = 2 n
= jumlah sektor ekonomi
ΔY
ij
= perubahan dalam output sektor ke-i pada wilayah ke-j;
Y
T
o
ij
=
output dari sektor ke-i pada wilayah ke-j pada tahun dasar analisis;
Y
T
t
ij
= output dari sektor ke-i pada wilayah ke-j pada tahun akhir analisis;
Y
T
o
i
= ΣY
To ij
= PDRB atau tenaga kerja dari sektor ke-i pada tahun dasar analisis;
Y
T
t
i
= ΣY
T
t
ij
= PDRB atau tenaga kerja dari sektor ke-i pada tahun akhir analisis;
Y
T
o
..
= ΣΣY
T
o
ij
= PDRB atau tenaga kerja pada tahun dasar analisis;
Y
T
t
..
= ΣΣY
T
t
ij
= PDRB atau tenaga kerja pada tahun akhir analisis;
ri = Y
T
t
ij
Y
T
o
ij
; Ri
= Y
T
t
i
Y
T
o
i
; Ra
= Y
T
t
..
Y
T
o
..
; rj – 1
=
persentase perubahan PDRB atau tenaga kerja pada sektor i kawasan j;
Ra – 1 = Pk
ij
=
persentase perubahan PDRB atau tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan di Kabupaten
TangerangKota Jakarta Utara;
Ri – Ra = Pw
ij
= persentase perubahan PDRB atau tenaga kerja yang
disebabkan oleh komponen pertumbuhan di Kawasan Dadap dan Kamal Muara proporsional;
93
ri – Ri = Pm
ij
=
persentase perubahan PDRB atau tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan kompetitif di kabupaten
TangerangKota Jakarta Utara; 3
Kuosien Lokasi LQ
Metode Location Quotient LQ atau kuosien lokasi merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan tenaga kerja sektor i pada tingkat
wilayah terhadap pendapatan tenaga kerja total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan tenaga kerja sektor ke i pada tingkat nasional terhadap pendapatan
tenaga kerja nasional Budiharsono 2001. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
∑ ∑
=
m i
t m
i i
t i
S S
e e
LQ
Dimana:
e
i
= jumlah pendapatan sektor ke-i pada Kabupaten TangerangKota
Jakarta Utara e
t
= jumlah pendapatan total di Kabupaten TangerangKota Jakarta
Utara
ΣS
i
= jumlah pendapatan sektor ke-i daerah Kabupaten TangerangKota
Jakarta Utara dari sektor ke-i
ΣS
t
= jumlah pendapatan total Kabupaten TangerangKota Jakarta Utara
dari sektor ke-i i = 1, 2, 3, ......m Koefisien konsentrasi
i i
N S
N S
i i
∑ ∑
− =
β
Dimana: β
= kuosien lokasikoefisien konsentratsi
94
S
i
= jumlah PDRB sektor ke-i pada wilayah Kabupaten TangerangKota Jakarta Utara;
N
i
= jumlah PDRB total di wilayah Kabupaten TangerangKota Jakarta Utara
4 Analisis ketergantungan daerah perikanan
Menurut Phillipson 2000 dalam Adrianto 2004 kriteria daerah perikanan ini terdiri dari tiga sistem indikator, yaitu:
1 Indikator ketergantungan perikanan fisheries dependence indices
yang mencakup tiga komponen utama: a indikator ketenagakerjaan kontribusi tenaga kerja perikanan dalam total
struktur ketenagakerjaan; b indikator absolut aktivitas perikanan yang terkait langsung dengan menurunnya kinerja sektor
perikanan; dan c indikator tingkat signifikasi ekonomi dari sektor perikanan terhadap ekonomi daerah
2 Indikator ketergantungan ekonomi economic dependence indices
yang meliputi indikator ketenagakerjaan wilayah, indikator ekonomi wilayah dan industri;
3 Indikator sosial demografis yang mencakup indikator
kependudukan, kesehatan, pendidikan, dll. Dalam bentuk rumus matematika, variabel ketergantungan daerah
perikanan oleh Kasimis dan Petrou 2000 indikator-indikatornya digambarkan sebagai berikut:
1 Rasio jumlah nelayan dan atau petani ikan terhadap total penduduk
RN
t
t ti
P N
t
RN ∑
= Dimana:
N
ti
= jumlah pelaku perikanan primer dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah desa;
P
t
= total jumlah penduduk pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota;
95
n = jumlah sektor dalam perikanan.
2 Rasio jumlah nelayan dan atau petani ikan terhadap total tenaga
kerja RMt
t ti
TK N
t
RM ∑
= N
ti
= jumlah pelaku perikanan primer dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah desa;
P
t
= total jumlah penduduk pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota
n = jumlah sektor dalam perikanan
3 Rasio jumlah hasil tangkapan ikan RPI
t
∑ ∑
=
tj ti
PI PI
t
RPI
PIti = jumlah produksi perikanan dari sektor ke-i pada tahun-t
untuk wilayah desa;
PItj = jumlah produksi perikanan dari sektor ke-i pada tahun-t
untuk wilayah kabupatenkota n
= jumlah sektor dalam perikanan 4
Rasio jumlah kapal ikan RK
t
∑ ∑
=
ti ti
KI JK
t
RK JK
ti
= jumlah kapal ikan dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah desa;
KI
ti
= jumlah kapal perikanan dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota
n = jumlah sektor dalam perikanan
5 Rasio jumlah tenaga kerja sektor pengolahan hasil perikanan
RTKP
t
∑ ∑
=
tm ti
TK TKP
t
RTKP
96
TKP
ti
= jumlah tenaga kerja pengolahan hasil perikanan dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah desa;
TK
tm
= jumlah total tenaga kerja sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota
n = jumlah sektor dalam perikanan
6 Rasio kontribusi sektor perikanan wilayah desa terhadap wilayah
kabupatenkota KPI
ti n
PDBT PDBP
ti
i t
KPI ∑
∑ =
PDBP
t
= produk domestik bruto perikanan pada tahun-t untuk wilayah desa;
PDB
t
= total produk domestik bruto perikanan pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota;
n = jumlah sektor dalam ekonomi
Sementara itu, untuk variabel ketergantungan ekonomi rumus matematika dari indikator-indikatornya Kasimis dan Petrou, 2000
sebagai berikut: 7
Rasio kesempatan kerja terhadap total jumlah penduduk RKKt
t ti
P KK
t
RKK ∑
= KK
ti
= jumlah kesempatan kerja dari sektor ke-i dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah desa;
P
t
= total jumlah penduduk pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota
n = jumlah sektor dalam ekonomi
8 Rasio kesempatan kerja dalam industri terhadap total jumlah
penduduk RIti
t ti
P KK
ti
RI ∑
= KK
ti
= jumlah kesempatan kerja dari sektor ke-i pada tahun-t untuk wilayah desa;
P
t
= total jumlah penduduk pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota
97
n = jumlah sektor dalam industri = 3 sektor primer, sekunder,
dan tersier.
5 Analisis pendapat responden masyarakat lokal
Survey dilakukan untuk mendapatkan data pendapat masyarakat yang berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perikanan. Dengan
menggunakan kuesioner sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, pendapat masyarakat diambil dari berbagai kelompok mata pencaharian,
yaitu: nelayan penangkap dan budidaya, pengolahan ikan, pedagang ikan, pedagang bahan bakar, pengelola pelabuhan, dan komunitas lokal. Data
dianalisis dengan menggunakan Survey Pro 20.
6 Analisis Stella dan visual basic untuk model kelimpahan kapal ikan
Stella adalah salah satu tipe software yang dapat digunakan untuk membuat model dinamika dari suatu kondisi dilapangan yang
diprediksikan untuk masa yang akan datang. Seluk beluk yang berkaitan dengan Stella dalam disertasi ini diambil dari Ford 1999 dengan
menggunakan software Stella versi 7. Untuk membangun model matematik yang dibuat untuk menggambarkan
kelimpaha kapal ikan dengan kelengkapan saranaprasarana pelabuhan digunakan rumus
Y
i
= k
i
X + b
Dimana: Y = fasilitas saranaprasarana
X = total bobot kapal i
= 1, 2, 3, ....., n = faktor jenis fasilitas yang berubah Asumsi yang ditetapkan adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi pada
jumlah kapal akan berdampak terhadap perubahan jenis fasilitas secara linier.
4 KEADAAN DAERAH
PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum
Kabupaten Tangerang terletak pada posisi 106
o
20’ sampai 106
o
43’ BT dan diantara 6
o
00’ sampai 6
o
22’ LS. Posisi geografi Kabupaten Tangerang yang persis berbatasan dengan DKI Jakarta telah menyebabkannya menjadi daerah
penyangga, sebagaimana juga dengan Kota Tangerang, Kota Depok, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Besarnya pengaruh perkembangan DKI Jakarta
terhadap Tangerang ditunjukkan dengan cukup pesatnya perkembangan ekonomi Tangerang, baik dicirikan oleh pertumbuhan berbagai jenis investasi maupun
dampak sosialnya antara lain pertambahan penduduk. Jakarta sebagai suatu kawasan pusat kegiatan pemerintahan dan bisnis utama di Indonesia tidak mampu
lagi menampung dinamika perkembangan penduduk DKI dan kegiatannya, termasuk mengakomodasi arus investasi, khususnya sektor industri manufaktur.
Hal ini mengakibatkan tumbuhnya migrasi pekerja industri, baik yang bekerja di wilayah DKI Jakarta maupun di Tangerang.
Wilayah kabupaten ini secara administratif terbagi menjadi 26 kecamatan dan 328 desa. Dari 26 kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Tangerang,
hanya 7 kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dan lautan, yaitu terdiri dari Kecamatan Kosambi, Teluk Naga, Paku Haji, Sukadiri, Mauk, Kemiri, dan
Kecamatan Kronjo. Luas wilayah Kabupaten Tangerang adalah 1.110,38 km
2
. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang ada di kawasan pesisir, maka wilayah pesisir
Kabupaten Tangerang memiliki 541.076 jiwa atau sebesar 16,20 dari total penduduk Kabupaten Tangerang, atau sebesar 7, 25 dari total penduduk
Provinsi Banten. Jumlah penduduk pesisir Tangerang pada tahun 2002 ini merupakan hasil estimasi berdasarkan prakiraan penduduk Kabupaten Tangerang
pada Laporan Revisi RTRW Kabupaten Tangerang BAPPEDA 2001. Namun demikian, hasil pengolahan PKSPL IPB terhadap data kependudukan
BAPPEDA 2004 menunjukkan bahwa dinamika jumlah penduduk Kabupaten
99
Tangerang telah meningkat sebanyak 463,51 dari tahun 1961 643.647 jiwa sampai tahun 2002 3.185.994 jiwa PKSPL IPB 2004
Tahun 2002, Kecamatan Kosambi berpenduduk 103.701 jiwa, dan nomor dua penduduk kecamatan pesisir terbanyak setelah Teluk Naga, yaitu sebanyak
109.157 jiwa BAPPEDA 2004. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan data tahun 1999, yaitu 75.921 jiwa tinggal di Kecamatan Kosambi
kenaikan 36,59 , dan 94.140 jiwa tinggal di Kecamatan Teluk Naga kenaikan 15,95 . Dengan demikian, kenaikan populasi penduduk di Kecamatan
Kosambi hampir mencapai 2,3 kali lipat dibandingkan dengan populasi penduduk di Kecamatan Teluk Naga.
Salah satu kawasan yang sangat dinamik di Kecamatan Kosambi adalah Desa Dadap. Tingginya dinamika yang terjadi di desa ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu: 1
Berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta Utara yaitu dengan Kelurahan Kamal Muara;
2 Dekat dengan jalur tol bandara;
3 Terdapat pangkalan pendaratan ikan PPI Dadap;
4 Muara Kali Perancis merupakan tempat berlabuhnya beberapa kapal
pesiar yacht; 5
Terdapatnya areal pergudangan dengan segala aktivitas bongkar muatnya;
6 Sumberdaya manusia untuk pekerjaan yang tidak spesifik tersedia
cukup banyak. Menurut informasi, pemukiman Dadap di lokasi tanah Perum Angkasa
Pura PAP dan Pemda ini mulai tumbuh sekitar awal 1976. Para nelayan yang tergusur dari Muara Karang berpindah ke sini. Mereka mulai memadatkan tanah
dan membangun rumah-rumah sederhana di tepi Kali Perancis, mulai dari tepi laut sampai ke darat sekitar dua kilometer. Lambat laun, tumbuhlah sebuah
kampung, lengkap dengan masjid, gereja, madrasah, dan kantor KUD. Bahkan, di kampung ini akhirnya dibentuk RT dan RW. Warga juga membayar Pajak
Bumi Bangunan, meski sejak 1991 berhenti Republika Online 1996.
100
Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tangerang Dinas Tata Ruang dan Bangunan 2001, di kawasan pantura direncanakan akan
dikembangkan beberapa kawasan wisata, yaitu di Pulau Cangkir Kecamatan Kronjo, Tanjung Kait Kecamatan Sukajadi, Tanjung Burung dan Tanjung Pasir
Kecamatan Teluk Naga, ArukanMuara Kecamatan Kosambi, Salembaran Jati dan Dadap Kecamatan Kosambi. Kawasan-kawasan wisata tersebut secara
terpadu akan dialokasikan untuk 3 kegiatan utama, yaitu kawasan perumahan, kawasan wisata, dan kawasan campuran wisata dan perumahan. Objek wisata
andalan di Kecamatan Kosambi adalah Pantai Dadap, dimana aktivitas yang direncanakan adalah:
1 wisata keluarga: 1
waterfront , meliputi dermaga nelayan, tempat pelelangan ikan, pasar
ikan, dan pasar sayur 2
daerah komersial, meliputi restoran, penginapan, play ground dan tempat olah raga terbuka, taman-taman, serta tempat parkir.
2 Wisata lahan pertanian dan tambak 3 Pembenahan kegiatan-kegiatan hiburan
4 Pembukaan gerbang tol Jakarta-Cengkareng ke arah Dadap 5 Perbaikan jalur jalan
6 Pengadaan air bersih 7 Pengadaan jaringan infrastruktur
Disamping rencana-rencana sektor pariwisata tersebut di atas, kebijakan sektor perhubungan Dinas Tata Ruang dan Bangunan 2001 adalah:
1 Pembangunan fasilitas pergudangan di Kecamatan Kosambi dan pelabuhan peti kemas di sekitar muara Kali Perancis;
2 Membangun dermaga wisata bahari di kawasan wisata Tanjung Pasir. Sektor perikanan dan kelautan juga mempunyai beberapa rencana di
kawasan pantura tersebut, yakni: 1
Relokasi kawasan pertambakan dari Kecamatan Kosambi, Teluk Naga, dan Paku Haji, ke Kecamatan Mauk dan Kronjo;
2 Membangun TPI dan pelabuhan nelayan di muara Kali Perancis.
101
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampai tahun 2004, hanya sedikit fasilitas pelabuhan dan TPI yang secara permanen dibangun di muara Kali
Perancis. Artinya, TPI Dadap sebenarnya sudah tidak berfungsi lagi, baik sebagai tempat pelelangan ikan maupun tempat pendaratan ikan. Kadang-kadang
ada para nelayan atau pedagang ikan yang berjualan di TPI Dadap tersebut, yang menawarkan dagangannya kepada para pengunjung restoran seafood yang
terdapat di sekitar TPI tersebut.
P
erkembangan kegiatan pembangunan di Desa Dadap yang semakin pesat telah mendorong dilakukannya pembangunan fasilitas pemukiman bagi
penduduk. Terdapat dua komplek perumahan yang sudah dibangun, yaitu Villa Taman Bandara dan Christer Griya Lestari. Sampai saat ini, kedua komplek
perumahan tersebut belum sepenuhnya berpenghuni, meskipun sudah lebih dari lima tahun dibangun.
Salah satu tanda sedang berkembangnya kegiatan ekonomi di Dadap ditunjukkan oleh pesatnya pembangunan komplek pergudangan. Terdapat 3
perusahaan pengelola pergudangan, yaitu PT Parung Harapan, PT Mutiara Kosambi, dan PT Marina Dadap, dimana total jumlah gudang sekitar 400 unit.
Komplek pergudangangan ini dibangun di atas areal persawahan, yang tingkat produktivitasnya satu tahun sekali panen. Berkembangnya areal pergudangan
menyebabkan tingginya frekwensi kendaraan berat yang melalui Wilayah Dadap, akibat kondisi kualitas jalan yang tidak sesuai dengan beban yang diterimanya,
maka terjadi kerusakan jalan yang cukup parah.
4.2 Kondisi Lingkungan