214
dibangun di ruas Jalan Dadap-Kamal ke arah timur, meskipun cukup banyak dipenuhi oleh para pedagang kaki lima.
5.3.3 Analisis model kelimpahan kapal ikan yang dapat dipindahkan dari
PPITPI Dadap dan PPITPI Muara Angke ke PPITPI Kamal Muara
Salah satu parameter yang dijadikan ukuran pada suatu pelabuhan perikanan adalah kapasitasnya, baik menyangkut berapa jumlah kapal yang dapat berlabuh,
jumlah kapal yang dapat ditangani untuk dibongkar muatannya per satuan waktu per jam, per hari, atau per minggu, dan juga jumlah kapal yang dapat dipasok
dengan kebutuhan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan penangkapan.
1 Kapasitas PPITPI Kamal Muara dan PPITPI Dadap
Di PPITPI Dadap, kapal ikan tidak dapat berlabuh di tepi sungai dekat TPI. Selain karena TPI sudah tidak beroperasi lagi, juga pendangkalan sungai
telah menyebabkan kapal tidak dapat mendekati daratan tempat TPI Dadap berada.
Kapal ikan dapat berlabuh di sepanjang tepi sungai dengan syarat kedalaman alurnya dapat dilalui kapal tersebut. Namun demikian, pada saat sekarang
ini, sedimentasi di muara sungai telah menyebabkan terjadinya pendangkalan sehingga kapal yang dapat memasuki alur sungai menjadi
terbatas, kecuali jika sedang terjadi pasang naikair laut. Hal ini juga menyebabkan kapal ikan lebih suka untuk berlabuh di tepi pantai, untuk
mencegahnya terjebak dan terdampar di dalam sungai sehingga tidak dapat keluar.
Kondisi di PPITPI Kamal Muara jauh lebih baik. Jalur masuk ke kolam pelabuhan secara rutin 1 kali per tahun sampai tahun 2005 dikeruk untuk
mengangkat lumpur yang mengendap di dasarnya. Namun demikian, kolam pelabuhan juga banyak digunakan oleh kapal ikan untuk docking, baik
karena kerusakan mesin maupun perbaikan body, sehingga kapasitas tampung kolam pelabuhannya berkurang.
Faktor lain yang juga berkaitan dengan kapasitas pelabuhan adalah jalan masuknya. Untuk PPITPI Dadap, dua jalur jalan mengapit Kali Perancis,
215
sehingga pada dasarnya bongkar muat barang dapat dilakukan dari kedua tepi sungai. Kapal-kapal ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di Kali
Perancis sebagian besar merupakan kapal pengangkut kerang hijau. Di PPITPI Kamal Muara, hanya satu sisi tepi sungai yang dapat dilalui
kendaraan. Jadi pada waktu ada kendaraan yang sedang melakukan bongkar muat barang, maka arus lalulintas sedikit terganggu karena lebar jalan hanya
sebesar 6 meter. Panjang jalan di tepi kolam pelabuhan yang dapat digunakan untuk melakukan bongkar muat sepanjang 250 meter. Dengan
demikian, pada saat proses bongkar muat hasil tangkap atau bekal operasi penangkapan ikan, hanya satu sisi jalan juga yang dapat digunakan. Untuk
meningkatkan kapasitas bongkar muat barang dari dan ke kapal ikan, diperlukan pengadaan fasilitas yang lebih banyak dan baik. Fasilitas-
fasilitas tersebut antara lain: •
pipa air bersih dengan banyak kran sehingga satu waktu yang sama dapat memenuhi kebutuhan kapal sekaligus;
• es balok dengan kualitas yang cukup;
• SPBU sistempenyaluran bahan bakar umum tersedia khusus untuk
kapal ikan, sehingga harga bahan bakar tidak lebih tinggi dari patokan harga eceran;
• Unit perbaikan body dan mesin kapal serta alat tangkap, diperlukan
khusus di areal tertentu agar tidak sembarang kapal dapat melakukan perbaikan di kolam pelabuhan;
• Fasilitas pengerukan alur masuk dan kolam pelabuhan, dengan
tersedianya prasarana ini kondisi kedalaman pelabuhan dapat dijaga secara rutin;
• Fasilitas istirahat bagi awak kapal yang memadai, sehingga setiap
operasi penangkapan dapat dipersiapkan sebaik mungkin untuk menjamin keberhasilan penangkapan secara optimum.
2 Peluang pemanfaatan kapasitas TPI Muara Angke
Sebagaimana dijelaskan dalam Bab 4, saat ini terjadi kelebihan kapasitas TPI Muara Angke yang mencapai 63 , atau sebanyak 315 kapal ikan yang
216
harus ditata ulang. Tanpa memperhitungkan jumlah kapal yang tidak dapat beroperasi karena kenaikan harga bahan bakar, maka untuk mencapai
efisiensi penanganan kapal oleh TPI Muara Angke, dengan asumsi deviasi sebesar 5 , maka jumlah kapal yang harus dialihkan adalah {315 – 5 x
315} = 299 unit angka dibulatkan. Untuk mengalihkan kapal tersebut ke TPI Kamal Muara, maka harus dilakukan rehabilitasi fasilitas pelabuhan,
sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.23. Tabel 5.23 Daftar fasilitas yang perlu dikembangkan di TPI Kamal Muara untuk
menampung kelebihan kapasitas TPI Muara Angke KEBUTUHAN
PRASARANA JUMLAH KAPASITAS
A Pabrik es 1 unit
7.000-8.000 balok B Cool roomchill room
5 unit 750 ton
C Cold storage 1 unit
1.000 ton D Cool box
2.000 200 ton
E Air bersih
3.395 m
3
bln 5.000 m
3
bln F
Sentra pengolahan tradisional UKM 250 unit
50 ton G Saranaperalatan pengolahan
7 unit 5 ton
H Gudang garam 5 unit
15 tonhari I Kontainer
18 unit
432 ton
Sumber: Disnakanlut 2005 Untuk melakukan analisis terhadap pengelolaan kelebihan kapasitas daya
tampung kapal di TPI Muara Angke, beberapa asumsi harus ditentukan, yaitu: 1
kelebihan kapal yang mendarat sebanyak 299 unit per bulan 2
semua kapal merupakan kapal ikan jenis purse seine 3
semua kapal aktif beroperasi pada waktunya Untuk membuat model pergerakan kapal ikan dari TPI Muara Angke dan
TPI Dadap ke TPI Kamal Muara, dibuat suatu matrik pergerakan atribut dari ke tiga TPI yang terlibat dalam sistem dicantumkan pada Tabel 5.24. Dari Tabel 5.24
tampak bahwa jika kelebihan kapasitas kapal ikan dari TPI Muara Angke dapat
217
dialihkan ke TPI Kamal Muara, maka bilamana pengalihan itu dilaksanakan, diperlukan pembangunan TPI Kamal Muara dan TPI Dadap untuk pengadaan
fasilitas-fasilitas tersebut. Penurunan jumlah kapal yang berlabuh di TPI Muara Angke diduga akan membawa dampak sebagai berikut:
1 Penurunan jumlah hasil retribusi lelang;
2 Penurunan jumlah pendapatan dari ongkos sandar kapal di kolam
pelabuhan; 3
Penurunan volume perdagangan sarana dan prasarana penangkapan ikan, seperti bahan bakar, es, air PAM, dan perbekalan ransum.
Tabel 5.24. Pergerakan atribut TPI Dadap, TPI Kamal Muara, dan TPI Muara
Angke ATRIBUT TPI
MUARA ANGKE
TPI KAMAL MUARA
TPI DADAP 1
Tersedia 1
Kapal ikan 2
Nelayan 3
Bahan bakar 4
Es 5
Cold storage 6
Komplek pengolahan 7
Bengkeldok 8
toko peralatan tangkap 9
kebersihan lingkungan 10 keamananketertiban
11 Retribusi 12 Land rent
13 Lowongan kerja 14 Pengerukan Kolam
pelabuhan dan alurnya 15 Restoran seafood
2 Perencanaan 1
Taman Wisata Pasir Putih Mutiara Dadap
2 Kapal Baruna Jaya
3 GOR Kamal Muara
4 Water front city
5 Pelabuhan peti kemas
Keterangan: = keluarpindah
= dibangun
= mengalami
kenaikan
218
Untuk membandingkan kondisi awal dan kondisi prediksi TPI Kamal Muara setelah terjadinya pemindahan kapal ikan yang berlebihan, maka dibuat
suatu nilai konversi dari variabel-variabel yang terkait dengan pengembangan suatu pelabuhan perikanan. Nilai konversi dari variabel tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.25. Tabel 5.25
Nilai konversi variabel sarana dan prasarana pelabuhan perikanan di Kamal Muara kapasitas pelabuhan untuk sebanyak 500 unit
kapal berukuran 50 GT perubahan dari total bobot kapal 2.310 GT ke 25.000 GT
1
No PRASARANA SARANA PPI
UKURAN IDEAL
k- IDEAL
FAKTA k-FAKTA realitas ideal
1. Lebar alur
masuk
3
m 60
0,0024 35
0,015 0,0014
2. Panjang darmaga
sandar
4
m 400 0,016 50 0,022 0,002
3. Luas kolam
pelabuhan darmaga
2
m
2
24.000 0,896 1.750 0,76 0,07
4. Kedalaman kolam
5
m 5
0,0002 1
0,00043 0,00004
5. Volume kolam
m
3
120.000 4,8 1.312,5
0,57 0,053
6. Frekuensi keruk
perth 2
1 1
7. Volume keruk m
3
96.000 3,84 0
0 0 8. Air
bersih
6
bulan m
3
3.250 0,13 1.000 0,433 0,04 9. BBM
7
per bulanton 1.000
0,004 300
0,13 0,012
10. Oli per bulan
8
ton 8,75
0,0038 0,8
0,00035 0,000032
11. R. pelelangan
9
m
2
1.375 0,055
75 0,032 0,003
12. Ruang perbaikan alat
tangkap ikan
10
m
2
1.375 0,055 60
0,026 0,0024 13. Dokbengkelan
11
m
2
5.400 0,216 100 0,043 0,004 14. Es
balok
12
bulan 125.000 5
15.000 6,49 0,6 15. Cold
storage
13
ton 1.250
0,05 -
- -
16. R.penanganan
14
m
2
1.375 0,055
75 0,032
0,003 17. R
pengolahan
14
m
2
1.375 0,055 75 0,032 0,003
Keterangan: k
= faktor konversi per GT kapal ikan Beberapa asumsi yang diambil adalah:
1
kapal yang akan ditampung sebanyak 500 unit yang masing-masing berukuran 50 GT, sebagaimana kapasitas awal TPI Muara Angke. Dimensi lebar kapal maksimal 6 m,
panjang kapal maksimal 30 m, dan tinggi 2 m Mahdi, 2005. Kapasitas awal TPI Kamal Muara adalah 15 unit kapal ukuran 10 GT lihat Tabel 4.16, kenyataannya jumlah
219
kapal yang berlabuh di TPI Kamal Muara sebanyak 1.076 buah dengan ukuran 10 GT dan 21 unit dengan ukuran 5-10 GT. Diasumsikan bahwa ke 1.076 kapal mempunyai
GT rata-rata sebesar 20 GT dan yang 21 unit sebesar 7,5 GT, maka GT total semua kapal yang berlabuh di TPI Kamal Muara adalah sebesar 2.310 GT angka dibulatkan.
2
panjang darmaga = d = {n.L + n-1 15,0 + 50,0} m; lebar = 2 B + 30,0 ~ 40,0 m; dimana n = jumlah kapal yang akan ditampung di darmaga, L = panjang kapal, dan B =
lebar Murdiyanto, 2002; panjang Kali Kamal yang dapat dimanfaatkan untuk darmaga sepanjang 400 m, jadi lebar kolam pelabuhan sebesar {2 x 6 + 40} m = 52 m, atau jika
menghitung panjang kapal maka lebar kolam pelabuhan minimal dua kali panjang kapal, yaitu sebesar 56 m.
3
= 8-10 kali lebar kapal Murdiyanto, 2002
4
= panjang Kali Kamal yang diasumsikan dapat dikembangkan menjadi tempat darmaga bongkar
5
= menurut Murdiyanto 2002 kedalaman kolam pelabuhan sebesar {jarak lunas kapal dari dasar kolam 0,8 ~ 1,0 + tinggi draft kapal 2 m + beda pasang tertinggi dan terendah
1,16-0,4+ jarak antara dek kapal dengan lantai darmaga 0,5 ~ 1,5} m = 1,0 + 2 + 1,12 + 1,5 m = 4,62 m, dibulatkan 5 m
6
= kebutuhan air bersih setiap kapal dengan 30 orang ABK untuk beroperasi selama 20 hari per trip adalah 20 x 30 x 5 liter = 3 m
3
, untuk kebutuhan penanganan ikan di tempat pelelangan 100 liter per ton ikan.
Jumlah kapal yang pergi melaut sebanyak 50 , dengan volume hasil tangkap per kapal sebanyak 10 ton ikan. Jadi kebutuhan air per bulan = 50 x 500 x 13 m
3
= 3.250 m
3 7
= jumlah BBM per trip 4.000 liter per kapal, jadi untuk 250 kapal per bulan = 1 jt liter
8
= kebutuhan oli rata-rata per kapal per trip = 35 liter, jadi untuk 250 kapal per bulan = 8.750 liter
9
= menurut Murdiyanto 2002, luas gedung pelelangan diperhitungkan berdasarkan rumus S = NPR
α; dimana S = luas gedung pelelangan; N = jumlah produksi per hari {250 x 10 ton25 hari} = 100 ton; P = faktor daya tampung ruang terhadap produksi, rata-rata
sebesar 11 tonm
2
; α = rasio antara ruang lelang dan gedung pelelangan 0,4; R =
frekuensi pelangan per hari 2 kali per hari. Sehingga luas gedung pelelangan yang diperlukan seluas 1.375 m
2 10
= ruang perbaikan alat penangkapan ikan, diasumsikan sebesar ruang pelelangan, yaitu 1.375 m
2 11
= ruang bengkel workshop dan dockyard diperhitungkan berdasarkan pada laporan Kurniawati 2005 bahwa kapal purse seine rata-rata melakukan docking sebanyak 2,28
kali setahun selama masing-masing 5,82 hari. Dengan jumlah kapal yang ditampung sebanyak 500 kapal, maka jumlah dock yang diperlukan mengikuti rumus Nnlt, dimana
N = jumlah kapal; n = frekuensi perbaikan per hari; l = lama hari docking; dan t = lama hari kerja per tahun, diasumsikan 300 hari kerja. Jadi jumlah dock yang perlu dibangun
harus mempunyai kapasitas untuk 22,12 unit kapal, dibulatkan sebanyak 22. Dengan asumsi dimensi kapal sebagaimana tercantum dalam point 1 di atas, ditambah jarak
antara kapal yang didocking sebesar 2 m, maka luas keseluruhan dock sekitar 5.400 m
2
.
12
= jumlah es balok yang digunakan dalam satu trip diasumsikan sebanyak 500 balok 40 kg
220
13
= diasumsikan 50 dari ikan hasil tangkap bermutu baik dan perlu disimpan di cold storage, sehingga kapasitas cold storage yang tersedia harus sebesar = 50 x 250
kapal x 10 ton = 1.250 ton. Rumus perhitungan GT kapal berdasarkan Kepmen DKP No 102003
GT = a + b0,353; dimana a = volume ruang tertutup di bawah dek; b = volume ruang tertutup di atas dek.
Model matematika dari hubungan antara jumlah kapal yang dipindah dari TPI Muara Angke ke TPI Kamal Muara dengan pembangunan ketersediaan
fasilitas pelabuhan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: Y
i
= k
i
.X Dimana:
X = bobot kapal dalam GT, untuk kapal ukuran 50 GT
Y = fasilitas pelabuhan di TPI Kamal Muara
i = 1, 2, 3, ...., n, faktor fasilitas pelabuhan yang berubah oleh
bobot kapal. Dengan menggunakan program visual basic, maka model perubahan
fasilitas pelabuhan dikaitkan dengan jumlah kapal yang dipindah dapat dilihat pada Tabel 5.26.
Tabel 5.26 Model perubahan jumlah kapal yang pindah dan fasilitas pelabuhan
yang perlu ditingkatkan
No PRASARANA SARANA PPI
NILAI IDEAL DARI PRASARANASARANA PPI KAMAL MUARA BERDASARKAN TOTAL BOBOT KAPAL YANG HARUS DIPINDAH
2.500 5.000
10.000 15.000
20.000 25.000
1. Lebar alur
masuk
3
m 35,21 37,96 43,47 48,98 54,49
60 2. Panjang
darmaga sandar
4
m 92,60 126,7
5 195,0
6 263,3
76 331,6
9 400
3. Luas kolam
pelabuhan darmaga
2
m
2
1.936, 32
4.387, 84
9.290, 88
14.19 3,92
19.09 6,96
24.00 4. Kedalaman
kolam
5
m 1,03 1,47 2,26 3,24 4,12 5
5. Volume kolam
m
3
2.306, 36
15.38 3,43
41.53 7,57
67.69 1,71
93.845, 86
120.0 00
221
Lanjutan Tabel 5.26
2.500 5.000
10.000 15.000
20.000 25.000
6. Frekuensi keruk
perth 1,01 1,12 1,34 1,56 1,78 2
7. Volume keruk
m
3
803,8 8
11.38 1,23
32.53 5,92
53.69 0,61
74.845, 31
96.00 8. Air
bersih
6
bulan m
3
1.018, 841
1.266, 75
1.762, 56
2.258, 37
2.754,1 9
3.250 9. BBM
7
per bulanton
305,8 6
382,9 9
537,2 4
691,49 845,75 1.000
10. Oli per bulan
8
ton 0,87 1,74 3,49 5,25
7,00 8,75 11. R.
pelelangan
9
m
2
85,89 229,1 2
515,5 9
882,0 6
1.088,5 3
1.375 12. Ruang
perbaikan alat tangkap
ikan
10
m
2
71,01 215,9 505,6
7 795,4
5 1.085,2
3 1.375
13. Dokbengkelan
11
m
2
144,3 8
728,3 4
1.896, 25
3.064, 17
4.232, 09
5.400 14. Es
balok
12
bulan 15.92
1,11 28.04
0,99 52.28
0,74 76.52
0,49 100.7
60,24 125.0
00 15. Cold
storage
13
ton 10,47 148,1
9 423,6
5 699,1
974,5 5
1.250 16. R.penanganan
14
m
2
85,89 229,1 2
515,5 9
802,0 6
1.088, 53
1.375 17. R
pengolahan
14
m
2
85,89 229,1 2
515,5 9
802,0 6
1.088, 53
1.375
Besarnya nilai penurunan akibat dialihkannya ke 299 unit kapal ikan tersebut dapat dihitung sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.27.
Tabel 5.27 Besaran jumlah ikan dan nilai retribusi yang diperkirakan dapat
diperoleh dari operasional 299 unit kapal ikan di TPI Muara Angke data diolah dari Tabel 4.10, Tabel 4..11 dan Tabel 4.12.
PARAMETER 2002 2003 2004
1 Total produksi ikan lokal
8.472.920 8.162.744 8.109.187
2. Nilai retribusi lelang dari total produksi ikan lokal x Rp 1.000
1.235.685,14 1.615.307,18 1.693.584,92
3. Jumlah kapal ikan yang tambat labuh
3.262 3.081 3.527
4. Nilai rata-rata retribusi per kapal ikan
378.812 524.280 480.177
5. Perkiraan nilai retribusi dari 299 kapal ikan
108.340.232 149.944.080 137.330.622
222
Dari Tabel 5.27 di atas dapat dilihat bahwa untuk jumlah kapal ikan sebanyak 286 unit, diperkirakan akan dihasilkan nilai retribusi sebesar Rp 137,33
juta rupiah per tahun untuk tahun 2004. Nilai retribusi bulanannya berarti sebesar Rp 11,44 juta. Secara teoritis, nilai retribusi ini tidak akan hilang dari kas
keuangan daerah Kota Jakarta Utara, karena perpindahan tempat pendaratan kapal dari TPI Muara Angke ke TPI Kamal Muara masih ada dalam suatu wilayah
administrasi. Tetapi dampak ikutan dari proses pembangunan TPI Kamal Muara dan pemindahan kelebihan kapasitas tampung TPI Muara Angke tersebut dapat
memancing kegiatan ekonomi yang lebih besar. Prediksi perubahan jumlah kapal di TPI Muara Angke, TPI Kamal Muara,
dan TPI Dadap menggunakan Stella dapat dilihat pada Gambar 5.9.
10:19 AM Sat, Apr 29, 2006 Page 1
2006.00 2007.00
2008.00 2009.00
2010.00 2011.00
Years 1:
1: 1:
2: 2:
2:
3: 3:
3:
4: 4:
4:
5: 5:
5:
15000 30000
45000
454 1204
1954
15000 30000
10000 20000
100 250
400 1: kplTPI Muara AÉ
2: TPI Dadap 3: TPI Kamal Muara
4: kplpindahdrMA 5: jmlkpl pindahDdÉ
1
1 1
1 1
2
2 2
2 2
3 3
3 3
3
4 4
4 4
4 5
5 5
5 5
Gambar 5.9 Kurva laju perubahan keseimbangan jumlah kapal di TPI Muara
Angke, TPI Kamal Muara, dan TPI Dadap dalam skenario optimasi TPI Kamal Muara
Dari Gambar 5.9 tampak bahwa perubahan jumlah kapal di TPI Muara Angke akan terjadi secara drastis dalam kurun waktu satu tahun pertama, dari
jumlah 815 sekarang ini sampai kembali ke kapasitas awal yang direncanakan sebanyak 500 kapal. Jika dijadwalkan pemindahan kelebihan kapal ikan tersebut
berlangsung selama lima tahun, maka pada tahun pertama dapat dipindah sebanyak 2942 GT, dan secara tetap dapat dipindah sebanyak ini pada tahun-tahun
223
berikutnya. Bentuk kurva pindah kapal dan kapal yang tersisa mempunyai bentuk yang relatif sama. Hanya saja pada tahun pertama tersebut, pemindahan kapal
sebenarnya dapat dilakukan tuntas, hanya saja tergantung pada peningkatan prasarana dan sarana pelabuhan sesuai dengan yang direncanakan. Sementara itu,
pola perubahan jumlah kapal yang dipindahkan dari TPI Dadap dan jumlah yang tersisa bentuknya sama.
Model Stella yang dapat dibuat untuk menggambarkan sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.10, sedangkan persamaannya dicantumkan dalam
Lampiran 6.
Gambar 5.10 Model kualitatif perpindahan sebagian armada penangkapan ikan ke TPI Kamal Muara
224
Salah satu causal loop dari model ini yang diprediksikan dapat terbentuk dicantumkan dalam Gambar 5.11.
Gambar 5.11 Causal loop yang diasumsikan dapat terjadi pada proses pindah kapal ikan dan investasi fasilitas pelabuhan
Dari Gambar 5.11 tampak bahwa bilamana dilakukan pemindahan sebagian kapal ikan dari PPI Muara Angke dan PPI Dadap ke PPI Kamal Muara,
maka yang akan terjadi adalah: 1
Pemda DKI Jakarta harus meningkatkan fasilitas fisik yang berkaitan dengan operasional PPI Kamal Muara;
2 Peningkatan jumlah kapal ikan yang disertai oleh terpenuhinya prasarana
dan sarana serta fasilitas operasional penangkapan ikan dan penanganan hasil tangkapnya akan menghasilkan peningkatan produksi hasil tangkap;
selain itu, fasilitas pelelangan dan pemasaran ikan akan meningkatkan volume ikan yang diperjualbelikan;
3 Dampak langsung dari peningkatan volume produksi dan pemasaran ikan
akan secara otomatis meningkatkan nilai retribusi ke PEMDA DKI Jakarta; 4
Berbarengan dengan hal tersebut, perkembangan kegiatan wisata bahari yang direncanakan di PPI Dadap juga akan menyerap hasil tangkapan ikan
dari PPITPI Kamal Muara, baik oleh restoran seafood, para pengolah produk diversifikasi ikan, maupun pedagang eceran ikan;
+ +
+ +
+ +
+ +
PPITPI KAMAL MUARA
PPITPI MUARA
ANGKE PPITPI
DADAP PEMDA
DKI
PEMBANGUNAN FASILITAS PPITPI
PRODUKSI IKAN PEMDA
TANGERANG
PROGRAM WISATA
BAHARI
+ +
225
5 Peningkatan aktivitas wisata bahari di Dadap yang melibatkan nelayan
pemandu, secara otomatis akan menyebabkan timbulnya efek ganda, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan wisata bahari tersebut, seperti:
penyediaan umpan, peralatan pancing, maupun yang tidak langsung seperti souvenir, sarana parkir, keamanan, rumah makan, dll.
6 Berkembangnya kegiatan ekonomi di Dadap secara otomatis harus juga
dapat meningkatkan PAD Kabupaten Tangerang. Jumlah kapal ikan di TPI Kamal Muara meningkat secara tajam setelah
tahun pertama. Hal ini terjadi karena adanya kapal yang masuk dari TPI Muara Angke dan TPI Dadap. Bentuk kurva yang menaiki tajam sampai akhir tahun
kedua diduga karena jumlah unit kapal sebenarnya lebih banyak dari yang tercatat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya proses penyesuaian diri antara jumlah kala
dengan ketersediaan fasilitas yang tersedia. Artinya persiapan pengembangan fasilitas di TPI Kamal Muara memang memerlukan waktu yang cukup lama
sebelum siap untuk menampung kapal-kapal pindahan tersebut. Pertambahan jumlah kapal di TPI Kamal Muara sebagaimana tampak
dalam Gambar 5.9 terjadi secara gradual dalam jangka waktu 5 tahun tersebut, dimana total jumlahnya adalah sebanyak 25.000 GT. Namun demikian,
mengingat saat ini jumlah kapal sebenarnya 2.000 kapal dengan ukuran berat berbeda, maka beberapa strategi pengelolaan kapal penangkap ikan yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut: 1
Berkurangnya sumberdaya ikan di perairan pantai mengharuskan dilakukannya kerjasama kelompok nelayan untuk membentuk suatu unit
armada penangkapan ikan yang lebih besar, baik dari ukuran kapal dan alat penangkapnya maupun daya jangkaunya ke fishing ground.
2 Relokasi dan kapal-kapal ikan yang berukuran kecil, baik ke daerah-daerah
lain yang memiliki sumberdaya ikan di perairan pantai yang masih baik, maupu dialih-fungsikan untuk aktivitas lain yang masih berkaitan dengan
keahlian nelayan, antara lain: kapal pemandu wisata pesisir, untuk layaran, untuk sport fishing, dan juga untuk transportasi antar pulau.
226
3 Melakukan peremajaan kapal ikan yang sudah tidak layak lagi untuk
digunakan, dengan berlakunya persyaratan ukuran kapal sebesar 50 GT. 4
Mengembangan fasilitas pelabuhan TPI Kamal Muara sesuai dengan kapasitas yang direncanakan.
5 Membentuk suatu lembaga pengelolaan terpadu diantara Dinas Teknis
terkait di Kabupaten Tangerang dan di Kota Jakarta Utara. Data perubahan keseimbangan jumlah kapal di TPI Muara Angke, TPI
Kamal Muara, dan TPI Dadap dalam skenario optimasi TPI Kamal Muara selengkapnya dicantumkan dalam Tabel 5.28.
Tabel 5.28. Data pola perubahan keseimbangan jumlah kapal dalam GT di TPI Muara Angke, TPI Kamal Muara, dan TPI Dadap dalam skenario
optimasi TPI Kamal Muara dari tahun 2006-2011 Tahun Jml kapal di TPI
Dadap Jml kapal
di TPI Kamal
Muara Jml Kpl
TPI Muara Angke
Jml kpl pindah dari
TPI Dadap Kplp indah
dr TPI MA
2006 1.954 50
40.750 391
2.492 2007 1.563
15.391 25.800
313 2.492
2008 1.251 18.195
23.308 250
2.492 2009 1.000
20.938 20.816
200 2.492
2010 800 23.630
18.324 160
2.492 2011 640
26.282 15.832
Catatan: nilai dibulatkan. Dari Tabel 5.28 tampak bahwa meskipun direncanakan untuk
memindahkan jumlah kapal dari TPI Muara Angke dan TPI Dadap dalam persentase yang sama untuk tiap tahun selama jangka waktu lima tahun, namun
hasil analisis Stella menunjukkan bahwa perubahan jumlah kapal yang terjadi pada tahun 2011 tidak sebesar yang direncanakan. Pada tahun 2006 menunjukkan
data awal yang ada di setiap TPI, kemudian sudah mulau terjadi proses pindah sebagian kapal dari Muara Angke dan Dadap. Pada akhir tahun 2007, TPI Dadap
akan menisakan jumlah kapal sebanyak 640 GT, dari yang direncanakan sampai jumlah 500 GT, sementara di TPI Kamal Muara jumlahnya mencapai 26.282 GT.
227
Hal ini mungkin terjadi karena adanya perkembangan yang tidak linier dari pembangunan fasilitas, baik yang diperlukan oleh TPI Kamal Muara, maupun
fasilitas pengembangan yang dilakukan di TPI Dadap.
5.4 Skenario pengembangan dan pengelolaan pelabuhan perikanan di