Karbondioksida CO Konsentrasi CO

dan olahraga 1,5 m 2 penduduk Rifai, 1989 dalam Dahlan, 2004, sedangkan Soeseno 1993 dalam Dahlan 2004 menetapkan 40 m 2 penduduk kota. Sementara Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378 tahun 1987 menetapkan luasan ruang terbuka hijau kota untuk fasilitas umum adalah 2,53 m 2 jiwa dan untuk penyangga lingkungan kota sebesar 15 m 2 jiwa. c. Berdasarkan Isu Penting. Suatu kota yang memiliki masalah kekurangan air bersih, misalnya luasan hutan kota yang harus dibangun di daerah tangkapan air semestinya ditetapkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Kota dengan penduduk yang padat dan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luasan hutan kota yang dibangun harus berdasarkan kemampuan hutan kota dalam menjerap dan menyerap polutan. Sedangkan kota yang kurang dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut sementara jumlah kendaraan, industri besar , menengah, dan kecilnya sangat banyak yang kesemuanya itu membutuhkan oksigen, maka penetapan luasan hutan kota harus berdasarkan analisis kebutuhan oksigen. 2. Pendekatan global Pendekatan ini menganggap bahwa semua wilayah administratif kota dan kabupaten sebagai areal wilayah hutan kota dan penggunaan lahan seperti : pemukiman, industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan, olahraga, dan kesenian serta keperluan lainnya dianggap sebagai enclave yang harus dihijaukan agar fungsi hutan kota dapat terwujud secara nyata.

G. Karbondioksida CO

2 Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dengan rumus kimia CO 2 molekulnya terdiri dari atas satu atom karbon dan dua atom oksigen, yang merupakan bahan pembentuk udara paling banyak ke empat Neiburger,1995. Prawirowardoyo 1996 menyatakan bahwa karbondioksida yang masuk ke atmosfer dapat berasal dari dua sumber yaitu : 1. Sumber alami Sumber alami yang paling penting adalah proses pernapasan mahluk hidup, baik di darat maupun di lautan dan perubahan bahan organik. 2. Sumber buatan Sumber buatan adalah karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil, industri semen, pembakaran hutan dan perubahan tata guna lahan. Dahlan 2004 menyatakan bahwa kegiatan diperkotaan baik bergerak maupun tidak bergerak seperti: kendaraan bermotor, rumah tangga, hotel, industri, dan kegiatan lainnya membutuhkan energi penggerak dan pemanas yang sebagian besar diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil seperti : bensin, solar, minyak tanah dan batubara, proses pembakaran ini akan menghasilkan gas CO 2 . Tabel 2. Jumlah Emisi Gas CO 2 yang dihasilkan oleh Beberapa Macam Bahan Bakar. No Jenis Kegiatanbahan bakar Emisi CO 2 Satuan 1 Briket batubara 2920 grkg 2 Batubara tua 3008 grkg 3 Bensin 2333 grlt 4 Solar 2639 grlt 5 Minyak tanah 2575 grlt 6 LPG 2337 grm 3 7 Gas alam 1777 grm 3 Sumber: DEFRA 2001. Manusia yang hidup juga menghasilkan gas CO 2 . Rerata manusia bernapas 12 kali dalam semenit. Sebanyak 500 ml udara dihirup pada setiap tarikan napas Republika , 2005a. Setiap hembusan napas mengandung gas CO 2 sebanyak 4 Republika , 2005b. Jumlah gas CO 2 yang dihasilkan dari pernapasan manusia sebanyak 3,96 gr CO 2 jam Republika, 2005c.

H. Konsentrasi CO

2 di atmosfie r Penelitian oleh climate monitoring diagnostics laboratory dipuncak gunung Mauna Loa menunjukan konsentrasi CO 2 saat ini adalah 378 ppm Republika , 2005 meningkat sebesar 9,6 dari tahun 1999 yang menunjukan bahwa konsebtrasi CO 2 itu sekitar 345 ppm Kondratyev, 1999. Konsentrasi CO 2 diudara akan terus mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya yaitu sebesar 1,8 ppm atau 0.5 tiap tahunnya Wardoyo, 1996. Peningkatan konsentrasi dari beberapa dekade disajikan pada tabel berikut : Tabel 3. Konsentrasi CO 2 di Atmosfer No Tahun Konsentrasi ppm 1 1860 293 2 1950 306 3 1960 313 4 1970 321 Sumber : Anonim 1974 dalam Bernatzky 1978

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian