Tabel 11. Jumlah Karbondioksida yang dihasilkan dari Pembakaran BBM dan BBG di Kota Bogor Tahun 2005-2020 Kg Thn
No Tahun
Bensin KgThn
Solar KgThn
M. Tanah KgThn
M.Diesel KgThn
LPG KgThn
Gas Negara
KgThn 1.
2005 270.366.135
77.598.095 187.063.598 13.916.907 11.675.258 428.769.991
2. 2010
322.359.862 92.520.877 223.037.528 16.593.253 13.920.507
511.226.145 3.
2015 374.353.589
107.443.651 259.011.466 19.269.591 16.165.765 593.682.291
4. 2020
426.347.317 122.366.434 294.985.396 21.945.929 18.411.015
676.138.445
B. Analisis Penentuan Luas Hutan Kota Berdasar Fungsi sebagai Penyerap Karbondioksida CO
2
Berdasarkan data perkiraan jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme manusia dan pembakaran BBM dan BBG, maka dengan
menggunakan metode kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida diperoleh perhitungan kebutuhan luasan hutan kota pada tahun 2005.
Untuk luasan hutan kota yang dibutuhkan kota Bogor pada tahun 2005 adalah sebagai berikut :
L
=
30.863.714+8.858.230+21.354.292+1.588.741+34.878.755+48.946.346+1.332.72 75000
L
=
1970.97
ha Pada tahun 2005 dibutuhkan luasan hutan kota sebesar 1970,97 ha atau
16,63 dari luas wilayah kota Bogor. Untuk tahun-tahun berikutnya dengan cara
yang sama akan didapatkan luasan hutan kota seperti yang tertera pada Tabel 14 . Tabel 12. Luas Hutan Kota di Kota Bogor Tahun 2005-2020
Tahun Total Emisi CO
2
yang dihasilkan gramjam
Total Emisi CO
2
yang dihasilkan Kgtahun
Luas Hutan Kota
ha Persentase Luas
Hutan Kota 2005
147.796.873 1.294.700.607
1.970,97 16,63
2010 176.219.480
1.543.682.645 2.350,01
19,83 2015
204.642.087 1.792.664.682
2.729,04 23,03
2020 233.064.694
2.041.646.719 3.108,08
26,23
C. Optimasi Hutan Kota di Kota Bogor
Dengan meningkatnya jumlah industri, kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan lainnya telah mengakibatkan meningkatnya kandungan gas CO
2
di udara. Peningkatan gas ini di udara bebas akan mengakibatkan terjadinya efek rumah
kaca yaitu terjadinya peningkatan suhu udara. Selain itu juga pencemaran udara oleh gas ini dengan kadar 3 dapat menimbulkan keracunan pada tubuh bila
terisap waktu bernapas dan menyebabkan sesak napas, serta kepala pusing. Bila kadarnya di udara mencapai 10 akan mengakibatkan gangguan pada
penglihatan, pendengaran, tremor dan akhirnya pingsan setelah gas CO
2
berada satu menit di udara Supardi,1994. Dengan demikian keberadaan tanaman di
kawasan perkotaan merupakan suatu hal mutlak. Tanaman akan menyerap gas CO
2
melalui proses fotosintesis yang kemudian menghasilkan gas O
2
yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Agar manfaat yang diharapkan hutan kota
dapat dirasakan secara maksimal tentunya harus diketahui luasan hutan kota yang optimal di suatu wilayah perkotaan.
Penelitian mengenai penentuan luasan hutan kota di suatu wilayah dapat dilakukan dengan pendekatan berdasarkan isu penting. Pendekatan berdasarkan
isu penting dilakukan berdasar permasalahan sentral yang ada di suatu kota yaitu : berdasarkan pemenuhan kebutuhan akan air bersih, pemenuhan kebutuhan
oksigen dan kemampuan hutan kota dalam menyerap dan menjerap polutan. Penentuan luasan dan optimasi luasan hutan kota di kota Bogor
didasarkan pada kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida. Dari hasil perhitungan dengan pendekatan rumus tersebut, jumlah karbondioksida yang
dihasilkan dari penduduk, BBM Bensin, Solar dan Minyak tanah, Minyak diesel dan BBG
LPG dan Gas Negara pada tahun 2005 adalah
1.294.700.607 KgTahun, nilai ini setara dengan 1.970,97 ha hutan kota atau dengan persentase 16,63 dari luas total wilayah kota Bogor. Sedangkan pada
tahun 2020, jumlah karbondioksida yang dihasilkan sebesar 2.041.646.719 Kgtahun nilai ini setara dengan 3.108,08 ha hutan kota atau
dengan persentase 26,23 dari luas total wilayah kota Bogor.
Jumlah penduduk, tingkat pemakaian BBM dan BBG mengalami peningkatan tiap tahunnya, sehingga jumlah karbondioksida yang dihasilkan juga
meningkat. Besarnya jumlah karbondioksida yang dihasilkan dalam setiap tahunnya sudah cukup memprihatinka n. Kenaikan jumlah karbondioksida di udara
sangat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Jalan untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan pengendalian laju
pertumbuhan penduduk dan penghematan dalam penggunaan bahan bakar. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu pengendalian laju pertumbuhan penduduk
dan penghematan dalam penggunaan bahan bakar sulit untuk dilakukan karena kebutuhan akan bahan bakar selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk, bertambahnya jumlah pemilik kendaraan bermotor, dan bertambahnya industri-industri yang dalam operasinya menggunakan bahan bakar. Oleh karena
itu untuk mengantisipasi hal tersebut upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan fungsi hutan kota dengan cara menambah luasan ataupun dengan
menanam jenis-jenis tanaman yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Widyastama 1991 dalam Dahlan
1992 menyatakan tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO
2
dan penghasil oksigen adalah Damar Agathis alba, Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea,
Lamtoro gung Leucaena leucocephala, Akasia Acacia auriculiformis dan Beringin Ficus benjamina. Menurut Sugiharti 1998 Kaliandra Calliandra sp.,
Flamboyan Delonix regia, dan Kembang merak Caesalpinia pulcherrima merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO
2
dan sekaligus tanaman tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara.
Ditinjau dari luasan, luas hutan kota di kota Bogor saat ini jauh dari mencukupi. Luas hutan kota di kota Bogor saat ini adalah 282,58 ha atau hanya
2,38 dari luas wilayah kota Bogor. Berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 63 tahun 2002 seharusnya kota Bogor menyediakan lahan sebesar 1185 ha
untuk hutan kota, sedangkan berdasarkan perhitungan kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida pada tahun 2005 hutan kota yang dibutuhkan
seluas 1.970,97 ha hutan kota atau 16,63 dari luas total wilayah kota Bogor.
Pada tahun 2020 luas hutan kota yang dib utuhkan adalah sebesar 3.108,08 ha hutan kota atau 26,23 dari luas total wilayah kota Bogor. Untuk mendapatkan
luasan hutan kota yang ideal sesuai dengan metode kemampuan hutan kota dalam menyerap karbondioksida, maka kota Bogor harus menambah luasan hutan kota
yang ada . Tabel 13. Hasil Perhitungan Berbagai Pendekatan untuk Menghitung Luasan
Hutan Kota Luas Hutan Kota
ha Persentase Luas
Hutan kota No
Pendekatan perhitungan berdasarkan :
2005 2020
2005 2020
1. PP No. 63 Tahun 2002 1185
10 2.
Penentuan luas hutan kota berdasar fungsi sebagai
penyerap karbondioksida 1.970,97 3.108,08
16,63 26,23
Pengalokasian lahan untuk ruang terbuka hijau, yang diambil dari lahan terbuka tidak terbangun sebesar 3.271,18 ha atau 29,6 sudah sangat me ncukupi
tidak hanya pada tahun 2005 tapi sampai dengan 2020. Namun demikian menurut PP No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa hutan
kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak,
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Pada Pasal 5 ayat 2 dikatakan penunjukan lokasi dan luas hutan kota dilakukan oleh Walikota
atau Bupati berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan. Jadi, apabila pemerintah kota Bogor telah mengalokasikan lahan untuk hutan kota diharapkan
dapat diperkuat dengan penunjukkan dan penetapan statusnya sebagai hutan kota, sehingga diharapkan pengelolaan hutan kota dapat dilakukan dengan baik dan
fungsi dari hutan kota yang diharapkan dapat berjalan dengan optimal.
D. Hutan Kota di Kota Bogor