36
kognitif yang diperoleh dari hasil tes tertulis dalam pembelajaran menggunakan Problem Based Learning berbantuan CD Interaktif.
2.1.4 Pembelajaran Matematika
2.1.4.1 Hakekat Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal
itu Karso,2011: 1.40. Reys 2004: 2-3 menyatakan bahwa, “mathematics is a
study of patterns and relationship, a way of thingking, a art,characterized by order and internal consintency
, a language that uses carefully, and a tool”. Dengan kata lain matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Selanjutnya, Johnson dan Risin dalam Suherman, 2003: 17 menyatakan,
bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan telaah tentang pola dan struktur yang
erat kaitannya dengan pola pikir, pengorganisasian dan perlu dibuktikan secara logis, serta didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.
37
2.1.4.2 Pembelajaran matematika di SD
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari Muhsetyo, 2008: 1.26. Menurut Karso 2011: 1.4 matematika bagi siswa SD
berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian.
Hal ini diperkuat dengan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 yaitu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah
dasar untuk membekali siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan bekerja sama serta dapat memecahkan masalah dari ruang lingkup matematika di
SD yang meliputi aspek-aspek bilangan, geometri, pengukuran, dan pengolahan data.
Dalam permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi tingkat SDMI tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa miliki kemampuan
sebagai berikut. a.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dna
tepat dalan pemecahan masalah. b.
Meggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
38
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model metematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika di SD sangat dibutuhkan untuk melatih keterampilan siswa menggunakan konsep matematika dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari. Siswa dibekali dengan berbagai kemampuan seperti kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama serta
memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan.
2.1.4.3 Teori Belajar Matematika
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pembelajaran menurut Bruner dalam pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk aktif terlibat dalam
proses belajar. 2.1.4.3.1
Teori Belajar Bruner Menurut bruner dalam Pitadjeng, 2006: 29 belajar matematika adalah
belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-
39
konsep dan struktur-struktur matematika. Dengan demikian, pemahaman terhadap konsep matematika jika disajikan secara terstruktur sehingga mempermudah
terjadinya transfer. Tahap perkembangan anak menurut Bruner dalam Aisyah, 2007: 1.6-1.7
dijabarkan sebagai berikut. a.
Tahap enaktif Dalam tahap ini, anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi
mengotak-atik objek. Anak akan belajar pengetahuan menggunakan benda- benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
b. Tahap ikonik
Pada tahap ini kegiatan dilakukan berdasarkan pikiran internal dimana pengetahuan disajikan dalam bentuk gambar-gambar atau grafik, berhubungan
dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasi.
c. Tahap simbolis
Pada tahap simbolis, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang- lambang objek tertentu. Anak sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan pada objek yang nyata atau konkret. 2.1.4.3.2
Teori Belajar Piaget Dalam belajar menurut Piaget dalam Pitadjeng, 2006: 27 struktur
kognitif yang dimiliki seseorang terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang
40
langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun akomodasi adalah proses menstruktur kembali.
Menurut Piaget dalam Pitadjeng, 2006: 28, perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap yaitu sebagai berikut.
a. Tahap konkret
Kegiatan yang dilakukan anak pada tahap konkret adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret.
b. Tahap semi konkret
Pada tahap semi konkret sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkter lagi seperti pada tahap konkter, tetapi cukup dengan gambar dari objek.
c. Tahap semi abstrak
Kegiatan yang dilakukan anak pada tahap semi abstrak memanipulasimelihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak.
d. Tahap abstrak
Pada tahap abstrak anak sudah mempu berpikir secara abstrak dengan melihat lambangsimbol atau membacamendengar secara verbal tanpa kaitan dengan
objek konkret. Dari uraian kedua teori belajar diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran
matematika akan lebih mudah dilakukan dengan memanfaatkan benda nyata atau situasi yang nyata sehingga dapat mempermudah anak didik dalam memahami
konsep-konsep matematika. Dalam penelitian ini, menggunakan Problem Based Learning yang akan memakai permasalah sehari-hari atau situasi nyata untuk
41
menyampaikan materi dalam pembelajaran. Dan juga dapat diaplikasikan dalam membuat media CD Interaktif.
2.1.5 Problem Based Learning