47
4.2.4 Pengujian Hipotesis Tabel 4.9
Case Processing Summary
Case Processing Summary
Unweighted Cases
a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis
57 100.0
Missing Cases .0
Total 57
100.0 Unselected Cases
.0 Total
57 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa : a.
Jumlah sampel pengamatan sebanyak 57 sampel, dan seluruh sampel telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis.
b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan missing dengan nilai
variabel dummy 1 untuk opini going concern dan 0 untuk opini audit non going concern
. c.
Metode yang digunakan adalah metode enter dimana dengan metode ini seluruh variabel independen disertakan dalam pengolahan data untuk
mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam uji regresi pengaruh antara variabel dependen dan variabel
independen dapat dilihat pada Variables in the Equation, pada kolom significa nt
dibandingkan dengan tingkat alpha 0,05 5. Apabila tingkat signifikansi 0,05, maka hipotesis diterima.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi
Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
Step 1
a
Auditor_Switching .622
.857 .527
1 .468
1.863 Financial_Distress
.330 .450
1.386 1
.239 1.000
Debt_Default 3.687
.919 16.108
1 .020
39.925 Constant
2.992 .854
12.268 1
.000 .050
a. Variables entered on step 1: Auditor_Switching, Financial_Distress, Debt_Default.
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5. Dari pengujian dengan regresi logistik di atas
maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut :
Y= 2.992 + 0,622X
1
+ 0.330X
2
+ 3.687X
3
+ e
Dimana : X
1
: Auditor Switching X
2
: Financial Distress X
3
: Debt Default α : Konstanta
e : Error tingkat kesalahan
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka diperoleh hasil uji regresi logistik yang diperlukan untuk menguji hipotesis yang dikemukakan. Hasil
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut
H1 : Auditor Switching pengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern .
Universitas Sumatera Utara
49 Auditor Switching
pada tabel di atas menunjukkan koefisien positif sebesar 0.622 dengan tingkat signifikansi 0.468 yang nilainya berada di atas tingkat
signifikansi 0,05. Hal ini berarti H1 tidak dapat didukung atau Auditor Switching
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern
. H2
: Financial Distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
. Fina ncia l Distress
pada tabel di atas menunjukkan koefisien positif sebesar 0.330 dengan tingkat signifikansi 0.239 yang nilainya berada di atas tingkat
signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H2 tidak dapat didukung atau Financial Distress tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern. H3 : Debt Default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern Debt Defa ult
pada tabel di atas menunjukkan koefisien positif sebesar 3.687 dengan tingkat signifikansi 0.020 yang nilainya berada di bawah tingkat
signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H3 dapat didukung atau Debt Default berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Penelitian 4.3.1 Pengaruh Auditor Switching terhadap Opini Audit Going Concern
Auditor Switching pada penelitian ini menunjukkan koefisien positif
sebesar 0.622 dengan tingkat signifikansi 0.468 yang nilainya berada di atas
Universitas Sumatera Utara
50 tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa Auditor
Switching tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Hasil penelitian ini mendukung temuan sebelumnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma 2008 yang menyatakan
bahwa opini akuntan tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia untuk berpindah KAP. Sebaliknya penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian Kadir dalam Damayanti dan Sudarma 2008. Hasil pengujian yang tidak menemukan adanya pengaruh signifikan diduga
disebabkan karena pada umumnya perusahaan sampel telah mendapatkan opini unqualified. Selain itu alasan sebuah perusahaan melakukan auditor
cha nges dikarenakan oleh adanya peraturan BAPEPAM Nomor Kep
20PM2002 tanggal 12 Nopember 2002 serta SK Menteri Keuangan Nomor 423KMK-062002 yang berisi pembatasan hubungan auditee dan auditor
paling lama 5 tahun berturut-turut untuk KAP dan 3 tahun berturut-turut untuk seorang akuntan. Peraturan tersebut telah diperbaharui dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 17PMK.012008 membatasi penugasan audit paling lama 6 tahun berturut-turut untuk KAP dan 3 tahun berturut-
turut untuk seorang akuntan.
4.3.2 Pengaruh Financial Distress terhadap Opini Audit Going Concern