6
“Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah auditor switching berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia? 2.
Apakah financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang
terdapat di dalam perumusan masalah, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui apakah auditor switching, financial distress, dan debt
defa ult berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.”
Universitas Sumatera Utara
7
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1.
Bagi Peneliti, yaitu dapat digunakan menambah pengetahuan peneliti mengenai auditor switching, financial distress, dan debt default serta
pengaruhnya terhadap opini audit going concern perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Investor, yaitu dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang
ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan berinvestasi, sehingga apabila investor mengetahui
perusahaan memiliki prospek bagus untuk masa yang akan datang maka investor akan menginvestasikan dananya dan mengharapkan deviden dari
perusahaan yang diinvestasikannya. 3.
Bagi Penelitian selanjutnya, yaitu hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai bahan referensi
atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai penambah wacana keilmuan.
4. Bagi Perusahaan yaitu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
bahan masukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan menjadi bahan referensi untuk mengetahui pengaruh auditor switching,
fina ncia l distress, dan debt default terhadap penerimaan opini going
concern .
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan
beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen
diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik
keagenan. Untuk itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Auditor adalah pihak yang
dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal shareholders dengan pihak agen manajer dalam mengelola keuangan perusahaan
Praptitorini dan Putri 2011.
2.1.2 Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen Arens,
et al., 2008:14. Hasil kegiatan audit yang dilakukan auditor atas laporan
keuangan suatu perusahaan akan menyatakan suatu opini yang sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
9 keadaaan perusahaan yang sebenarnya. Opini ini akan dipublikasikan kepada
masyarakat sehingga para investor dapat membuat keputusan investasi.
2.1.3 Opini Audit
Lapoan audit penting sekali dalam menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Paragraf terakhir dalam laporan audit menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini
merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga sering kali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat
auditor opini audit. Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu IAPI,
2011: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion
Pendapat ini diberikan bila laporan keuangan disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku unqualified opinion with
expla na tory la ngua ge. Pendapat ini diberikan bila pendapat auditor sebagian didasarkan atas
laporan auditor independen lain, laporan keuangan menyimpang dari prinsip
akuntansi yang
berlaku umum,
auditor menyangsikan
kelangsungan usaha perusahaan, terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi, data keuangan kuartalan tertentu yang
Universitas Sumatera Utara
10 diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam namun tidak
disajikan atau tidak di-review, auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit tambahan diharuskan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yang
berkaitan dengan informasi tersebut. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion
Pendapat ini diberikan bila tidak ada bukti yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit, auditor yakin bahwa laporan keuangan
berisi penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia. 4. Pendapat tidak wajar adverse opinion
Pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer opinion
Auditor tidak dapat menyatakan suatu pendapat bila tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2.1.4 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya IAI,2001:SA Seksi 341. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
Universitas Sumatera Utara
11 melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan dating.
Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6:
1 Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio
keuangan penting yang jelek. 2 Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau
penjualan sebagian besar aktiva. 3 Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk
mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
4 Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang
– undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
12 membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi, kehilangan
fra nchise , lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok
utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan
pertanggungan yang tidak memadai. IAI2001 dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor
tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1 Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit,
dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh
informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2 Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu pantas, auditor harus: a Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
13 3 Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu yang pantas.
2.1.5 Auditor Switching
Auditor switching merupakan perpindahan auditor KAP yang
dilakukan oleh perusahaan klien. Dalam perkembangnya muncul banyak permasalahan yang mendorong perusahaan untuk menganti auditor.
Beberapa literatur akuntansi menuliskan faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk menganti auditor, antara lain: adanya perubahan
manajemen, adanya keinginan perusahaan supaya laporan keuangannya dapat lebih dipercaya, audit fee dan hubungan kerja yang baik didefinisikan
sebagai respon KAP terhadap kebutuhan klien, ketidakpuasan atas opini auditor dan perubahan akuntansi yang digunakan manajemen Setyorini dan
Ardiati, 2006. Mustarno 2004 meneliti dorongan yang menyebabkan perusahaan tidak
sehat mengganti auditornya: a. Perselisihan pelaporan dan pendapat wajar dengan pengecualian.
Perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan membuat lebih banyak perubahan akuntansi yang menaikkan penghasilan atau laba yang berasal
dari kepentingan manajemen. Manajemen mungkin berusaha untuk menahan penyebaran informasi keuangan keuangan atau mencoba memilih
metode akuntansi yang hanya sementara menutupi keadaan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
14 sebenarnya. Auditor mungkin tidak sependapat mendukung manajemen,
sehingga auditor mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian. Ancaman tersebut dapat menekan hubungan auditor dan klien, dan
akhirnya klien berusaha mencari auditor baru yang lebih kooperatif. b. Pergantian manajemen.
Pergantian manajemen dapat menghancurkan hubungan antara auditor dengan manajer baru, manajemen yang baru mungkin merasa tidak puas
dengan kualitas jasa yang disediakan auditor terdahulu juga biaya auditnya. Manajemen baru mungkin tidak senang dengan kebijakan
manajemen terdahulu dan auditor lama yang sejalan dengan kebijakan tersebut.
c. Permintaan akan jaminan. Perusahaan yang tidak sehat mempertimbangkan pergantian dari Kantor
Akuntan Publik KAP kecil ke besar guna menyediakan jaminan yang lebih besar pada investor dan kreditur. Selain itu KAP besar menyediakan
jaminan tambahan untuk melawan klaim atas terjadinya kerugian keuangan akibat kegagalan perusahaan.
d. Kesulitan keuangan. Perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan cenderung untuk memiliki
kecondongan untuk melakukan pergantian auditor daripada perusahaan yang lebih sehat.
Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian tidak sesuai dengan harapan perusahaan, perusahaan akan berpindah KAP
Universitas Sumatera Utara
15 yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan
perusahaan. Manajemen akan memberhentikan auditornya sebagai suatu bentuk hukuman atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan
keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah diaturmorepliable. Chow dan Rice 1982 mendapatkan bukti empiris bahwa
perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang
dialakukan oleh Praptitorini dan Januarti 2007 yang menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung tidak menerima opini going concern
ketika mempertahankan auditornya. Krisnan dalam Mustarno 2004 yang meniliti hubungan antara opini audit dan pergantian auditor yang difokuskan
pada proses formulasi opini auditor untuk klien yang melakukan pergantian dan yang tidak melakukan pergantian pada satu tahun sebelum pergantian.
Hasilnya menunjukkan bahwa pergantian auditor lebih dipercepat dengan perlakuan yang konservatif dari pada dikeluarkannya
opini ”qualified”, jadi pergantian lebih tinggi kketika opini ”qualified” didasarkan aplikasi standar
yang konservatif. Perlakuan konservatif yang dilakukan ”switchers” dan ”non
switchers ” mempertimbangkan bahwa klien berusaha membeli opini yang
lebih baik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa opini tidak menjadi lebih baik setelah pergantian
sehingga ”opinion shoopping” gagal. Alasan lain yang mendorong suatu perusahaan harus melakukan
pergantian auditor adalah keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep 20PM2002 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan
Universitas Sumatera Utara
16 No. 17PMK.012008 membatasi penugasan audit paling lama 6 tahun
berturut-turut untuk KAP dan 3 tahun berturut-turut untuk seorang akuntan.
2.1.6 Financial Distress
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan kenyataannya.Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
indikator masalah going concern Purba 2011. Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan dalam
kondisi baik sehat atau dalam kondisi buruk sakit. Perusahaan yang baik sehat mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan
keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah
Purba, 2011. Kondisi keuangan perusahaan dalam hal ini diukur dari tingkat likuiditas.Likuiditas diukur dengan perbandingan antara aset lancar dibagi
dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100. Ukuran likuiditas perusahaan yang
lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan current ra tio
kas terhadap kewajiban lancar. Going concern
dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan.
Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besaraktiva kepada pihak luar
Universitas Sumatera Utara
17 melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan
dari luar dan kegiatan serupa yang lain. Menurut Sartono 1997 dalam puba 2011, analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang.
Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio tersebut
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang cukup rasional,
efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
2.1.7 Debt Default
Salah satu ciri yang berlawanan dengan asumsi going concern adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo IAI, 2001 : SA Seksi 341 paragraf 01. Tamba 2009 mendefenisikan debt defa ult
sebagai kegagalan debitor perusahaan untuk membayar pokok hutang dan bunganya pada waktu jatuh tempo.
Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban utangnya atau default Ramadhany, 2004. SA Seksi 341 paragraf 01 menyatakan bahwa default utang dan retrukturisasi utang sebagai indikator
potensial dalam hubungannya dengan dikeluarkannya opini going concern.
Universitas Sumatera Utara
18 Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat besar
maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan.
Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka kreditor akan memberikan status default.
Manfaat status default sebelumnya telah diteliti oleh Tamba 2009 menemukan hubungan yang kuat antara status default dengan opini going
concern . Semenjak auditor lebih sering disalahkan karena tidak berhasil
mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan
untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan defa ult
, tinggi sekali, karenanya diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk 2006 dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.
Arga 2007 dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern ”. Solikah
2007 deng an judul penelitian “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going ConcerN
“, Ferima 2010 dengan judul penelitian “Pengaruh Corpora te Governa nce
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern ”,
Universitas Sumatera Utara
19 Wahyu dkk 2009 dengan judul penelitian “ Pengaruh Financial Distress, Debt
Defa ult , Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu ini
tercantum pada tabel 2.1.
Tabel. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Tahun Judul
Analisis Penelitian
Variabel Hasil
1 Setyarno
dkk 2006
Pengaruh Kualitas
Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan
,
Opini Audit
Tahun Sebelumny
a, Pertumbuh
an Perusahaan
Terhadap Opini
Audit Going
Concern Regresi
Logistik Independen:
− Kualitas Audit
− Kondisi Keuangan
Perusahaan
− Opini Audit Tahun
Sebelumnya
−Pertumbuha n Perusahaan
Dependen: Opini Audit
Going Concern
− Variabel kondisi
keuangan perusahaan
dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap
penerimaan opini audit
going concern.
− variabel kualitas
audit dan pertumbuha
n perusahaan
tidak menunjukka
n pengaruh yang
signifikan terhadap
penerimaan opini audit
going concern
Universitas Sumatera Utara
20
No Peneliti
Tahun Judul
Analisis Penelitian
Variabel Hasil
2 Arga
2007 Analisis
Faktor Faktor
Yang Mempenga
ruhi Kecenderu
ngan Penerimaan
Opini Audit
Going Concern
Regresi Logistik
Independen: − Kualitas
Audit − Kondisi
Keuangan Perusahaan
− Opini Audit Tahun
Sebelumnya
− Pertumbuhan
Perusahaan
− Ukuran perusahaan
Dependen: Opini Audit
Going Concern
− Kualitas audit,
Kondisi keuangan,
Pertumbuha n
perusahaan dan Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
kecenderun gan
penerimaan opini audit
going concern
− Opini audit tahun
sebelumnya ber-
pengaruh positif
terhadap kecenderun
gan pene- rimaan
opini audit going
concern
3 Solikah
2007 Pengaruh
Kondisi Keuangan
Perusahaan ,
Pertumbuh an
Perusahaan ,
Dan Opini Audit
Regresi Logistik
Independen: - Kondisi
Keuangan Perusahaan
−Pertumbuha n Perusahaan
− Opini Audit Tahun
Sebelumnya Dependen:
−kondisi keuangan
perusahaan ,opini audit
tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan
opini going
Universitas Sumatera Utara
21
No Peneliti
Tahun Judul
Penelitian
Tahun Sebelumny
a Terhadap
Opini Audit
Going Concern
Analisis Penelitian
Variabel
Opini Audit Going
Concern
Hasil
concern −pertumbuh
an perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
penerimaan opini going
concern
4 Ferima
2010 Pengaruh
Corporate Governanc
e Terhadap Penerimaan
Opini Audit
Going Concern
Regresi Logistik
Independen: corporate
governance Opini audit
merupakan opini going
concern dan non going
concern Dependen:
Opini Audit Going
Concern semakin
besar kepemilikan
manajerial maka
perusahaan cenderung
tidak menerima
opini going concern.
Sementara, konsentrasi
kepemilikan ,
keberadaan kepemilikan
keluarga, proporsi
komisaris independen
dan keberadaan
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
penerimaan opini going
concern.
Universitas Sumatera Utara
22
No Peneliti
Tahun Judul
Analisis Penelitian
Variabel Hasil
5 Wahyu dkk
2009 Pengaruh
Financial Distress,
Debt Default,
Auditor Changes
Dan Opini Audit
Tahun Sebelumny
a Terhadap
Opini Audit
Going Concern
Pada Perusahaan
Property And
Real Estate
Yang Terdaftar
Di Bursa
Efek Indonesia
Regresi Logistik
Independen: Financial
Distress Debt Default
Auditor Changes
Opini Audit Tahun
Sebelumnya Dependen:
Opini Audit Going
Concern variabel
auditor changes,
financial distress
yang diproksikan
dengan Z- Score
Altman 1968 tidak
berpengaruh tehadap
opini audit going
concern debt default,
opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap
opini audit going
concern
2.3 Kerangka Konseptual