BAB III PELAKSANAAN KEADAAN DIAM STANDSTILL
DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI BALAI HARTA PENINGGALAN MEDAN
A. Kurator
Dengan dijatuhkannya putusan pailit, maka kurator bertindak sebagai pengampu dari si pailit dan tugas utamanya adalah melakukan pengurusan atau
pemberesan terhadap harta budel. Diputuskannya seorang debitor menjadi debitor pailit oleh Pengadilan Niaga, membawa konsekuensi hukum yaitu, bagi debitor
dijatuhkan sita umum terhadap seluruh harta debitor pailit dan hilangnya kewenangan debitor pailit untuk menguasai dan mengurus harta pailitnya. Sedangkan bagi
kreditor, akan mengalami ketidakpastian tentang hubungan hukum yang ada antara kreditor dengan debitor pailit. Untuk kepentingan itulah undang-undang telah
menentukan pihak yang akan mengurusi persoalan debitor dan kreditor melalui kurator.
1. Pengertian Kurator
Terhitung sejak putusan pailit ditetapkan, debitor pailit tidak lagi diperkenankan untuk melakukan pengurusan atas harta pailit sebagaimana diatur Pasal 24
UUKPKPU. Selanjutnya, pengurusan dan atau pemberesan harta pailit itu diserahkan kepada kurator dengan diawasi oleh seorang Hakim Pengawas yang ditunjuk oleh
Hakim Pengadilan Niaga. Pengangkatan Kurator dan Hakim Pengawas ini ditetapkan dalam putusan pernyataan pailit Pasal 15 ayat 1 UUKPKPU. Pelaksanaan tugas
Universitas Sumatera Utara
kurator bersifat seketika dan berlaku saat itu pula, terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan meskipun terhadap putusan pailit itu kemudian diajukan
upaya hukum Kasasi atau Peninjauan Kembali sebagaimana diatur Pasal 16 ayat 1 UUKPKPU.
Tidak semua orang dapat menjadi kurator, sebelum berlakunya Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan yang dapat diangkat menjadi
Kurator adalah Balai Harta Peninggalan. Balai Harta Peninggalan merupakan suatu badan khusus dari Departeman Kehakiman, yang bertindak langsung atau melalui
kantor perwakilannya yang terletak di dalam yurisdiksi pengadilan yang telah menyatakan debitor pailit.
Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, maka dapat dilihat bahwa ketentuan tentang siapa yang dapat menjadi kurator
diperluas, yaitu adanya penyebutan kurator lainnya dalam Pasal 67 A 1 huruf b. Dalam hal pihak yang mengajukan permohonan pailit tidak mengajukan usul
pengangkatan kurator lainnya, maka Balai Harta Peninggalan bertindak selaku kurator sebagaimana diatur Pasal 70 ayat 1 UUKPKPU. Setelah berlakunya
UUKPKPU sebagai ganti undang-undang yang lama, yang dapat menjadi kurator berdasarkan Pasal 70 ayat 1 UUKPKPU adalah :
1. Balai Harta Peninggalan 2. Kurator lainnya.
Pengertian kurator adalah pihak yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit. Kurator ini dapat orang perorangan
Universitas Sumatera Utara
ataupun Balai Harta Peninggalan. Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit
diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan upaya hukum. Kurator harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan kreditor atau debitor, dan
tidak sedang menangani perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari tiga perkara.
79
Penjelasan Pasal 15 ayat 3 mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “independen” dan tidak mempunyai benturan “kepentingan” adalah bahwa
kelangsungan keberadaan kurator tidak tergantung pada debitor atau kreditor dan tidak memiliki kepentingan ekonomis yang sama dengan kepentingan ekonomis
debitor atau kreditor. Menurut Sutan Remy Sjahdeini benturan kepentingan yang dimaksud itu
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : a.
Kurator menjadi salah satu kreditor b.
Kurator memiliki hubungan kekeluargaan sampai derajat ke 3 tiga dengan pemegang saham pengendali atau dengan pengurus dari perseroan debitor.
c. Kurator memiliki saham lebih dari 10 sepuluh persen pada salah satu
perusahaan kreditor atau pada perseroan debitor. d.
Kurator adalah pegawai anggora direksi atau anggota komisaris dari salah satu perusahaan kreditor atau dari perusahaan debitor.
80
Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan penting dalam suatu proses perkara kepailitan. Karena peranannya yang besar dan tugasnya
79
Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
80
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan..., Op. Cit., hlm 209.
Universitas Sumatera Utara
yang berat, tidak sembarangan orang dapat menjadi kurator, karena itu persyaratan dan prosedur untuk dapat menjadi kurator ini oleh Undang-Undang Kepailitan diatur
secara relatif ketat. ”Kurator adalah orang yang memiliki keahlian khusus untuk mengurus
danatau membereskan harta pailit dengan tujuan untuk melakukan pembagian harta kekayaan debitor kepada para kreditornya dengan prosedur serta tata cara tertentu”.
81
Vollmar mengatakan bahwa “De Kurator is belast, aldus de wet, met het beheer en de vereffening van de failliete boedel” Kurator adalah bertugas menurut undang-
undang, mengurus dan membereskan harta pailit.
82
Kurator adalah pihak yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit. “Kurator adalah pihak yang mengurus harta
kekayaan debitor yang pailit”.
83
Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan upaya hukum. Secara umum untuk dapat menjadi seorang kurator, harus memenuhi syarat-
syarat memiliki kemampuan sebagai berikut : 1.
Penguasaan dalam bidang hukum hukum perdata dan hukum pidana yang cukup memadai.
81
Yuhelson, Tugas dan Kewenangan Kurator dalam Proses Kepailitan, Departemen Hukum dan HAM RI. Jakarta, 2006, hlm. 2.
82
Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Peradilan, Jakarta : Prenada Media Group, 2008, hlm. 108.
83
Freddy Haris,
Kurator Dan
Hakim Pengawas,
http:repository.ui.ac.idcontentskoleksi 11f71f0c8074f87af44d2b82d854
7b016e97ca5773.pdf ,
di akses pada tanggal 2 Juni 2010, pukul 11.00 W.I.B.
Universitas Sumatera Utara
2. Penguasaan dalam bidang hukum kepailitan dan perseroan.
3. Penguasaan dalam bidang Manajemen dalam hal debitor pailit merupakan
suatu perusahaan yang masih dapat diselamatkan kegiatan usahanya. 4.
Penguasaan dasar mengenai keuangan.
84
Mengenai tata cara pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.M-01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan
Pengurus yang menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.08-HT.05.10 Tahun 1998 tentang Tata Cara Persyaratan
Pendaftaran Kurator dan Pengurus. Menurut rumusan Peraturan tersebut, pendaftaran dilakukan setelah calon kurator melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan,
selanjutnya pemohon mengajukan permohonan kepada Menteri. Pendaftaran Kurator dan pengurus tersebut dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum. Kemudian, bila semua syarat dan tata cara telah dipenuhi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum mencatat Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus
dalam buku register pendaftaran Kurator dan Pengurus.
2. Tugas dan Kewajiban Kurator
Kurator mulai bertugas sejak kepailitan diputuskan, karena debitor tidak berhak lagi untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaannya. Kurator merupakan
satu-satunya pihak yang akan menangani seluruh kegiatan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Pengangkatan kurator merupakan kewenangan Pengadilan
yang memutus permohonan pernyataan kepailitan, di mana kurator termaksud dapat diajukan baik oleh debitor atau kreditor. UUKPKPU tidak memberikan ketentuan
84
Ibid, hlm. 4-5.
Universitas Sumatera Utara
mengenai bagaimana halnya apabila baik debitor, kreditor atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit terdapat penunjukan kurator yang berbeda
dan tidak mendapatkan kata sepakat untuk menunjuk kurator yang sama. Dalam Pasal 15 ayat 2 UUKPKPU menyatakan pengangkatan kurator adalah wewenang
Pengadilan Niaga jika terdapat penunjukan kurator yang berbeda akan tetapi ketetapan kata akhir berada di Pengadilan Niaga, Pengadilan Niaga yang
menetapkan siapa kuratornya. Pasal 69 UUKPKPU secara tegas menyebutkan bahwa tugas kurator adalah
”melakukan pengurusan danatau pemberesan harta pailit”. Tugas dan pengurusan pemberesan harta atas harta pailit dilakukan sejak tanggal putusan pailit diucapkan
meskipun terhadap putusan itu diajukan Kasasi atau Peninjauan kembali”.
85
Dalam menjalankan tugasnya kurator tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau
menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitor atau salah satu organ debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan
demikian dipersyaratkan. Kurator dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta pailit. Bila dalam melakukan pinjaman kepada
pihak ketiga kurator perlu membebani harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, Hak Tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya maka pinjaman
tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Hakim Pengawas. Untuk menghadap di muka Pengadilan kurator harus terlebih dahulu harus mendapat ijin
85
Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 18 Maret 2010 Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat sebagai Ketua Balai
Harta Peninggalan Medan.
Universitas Sumatera Utara
dari Hakim Pengawas, kecuali menyangkut sengketa pencocokan piutang atau dalam hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 36, 38, 39 dan 5 ayat 3 UUKPKPU:
a. Sengketa pencocokan piutang.
b. Sengketa tentang kepastian kelanjutan pelaksanaan perjanjian timbal balik
yang belum atau baru sebahagian dipenuhi. c.
Sengketa tentang penghentian hubungan sewa yang dilakukan oleh debitor pailit dengan pihak lain.
d. Sengketa tentang pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang
bekerja pada debitor pailit.
86
Sengketa tentang penuntutan penyerahan barang yang menjadi agunan, tanpa mengurangi hak pemegang hak tersebut untuk memperoleh hasil penjualan agunan
tersebut. Untuk menghadap di muka Pengadilan kurator harus terlebih dahulu harus mendapat ijin dari Hakim Pengawas, kurator harus menyampaikan laporan kepada
Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 tiga bulan sekali. Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan tugas pengurusan atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
87
Tugas kurator adalah melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit, tugas mana diuraikan lebih rinci dalam bagian-bagian lain dalam
Undang-Undang Kepailitan, kurator wajib memastikan bahwa setiap tindakannya adalah untuk kepentingan yang terbaik bagi harta pailit.
“Dalam menjalankan tugasnya, kurator baik Kurator Pemerintah Balai Harta Peninggalan ataupun Kurator Non Pemerintah kurator swasta dalam melaksanakan
86
Hasil Wawancara dengan Syahril Sofyan, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Makasar, pada tanggal 05 Juni 2010.
87
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
pekerjaannya harus menghindari adanya benturan kepentingan. Kurator hanya dapat menjalankan tugasnya jika pada setiap waktu tidak memiliki benturan kepentingan
dalam penugasan tersebut, diantaranya kurator tidak menjadi salah satu kreditor, tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan pemegang saham dari perseroan yang
dinyatakan pailit dan bukan dalam posisi sebagai pegawai, dewan komisaris ataupun direksi perseroan yang pailit. Balai Harta Peninggalan sebagai kurator Pemerintah
dan kurator swasta dan dilarang untuk menyewa jasa seorang pengacara untuk beracara di Pengadilan karena seorang kurator dalam melaksanakan tugasnya dituntut
untuk dapat beracara di Pengadilan. “Apabila Balai Harta Peninggalan atau kurator swasta menyewa seorang Pengacara maka biaya pembayaran jasa Pengacara tidak
boleh diambil dari budel pailit akan tetapi menjadi tanggungan secara pribadi oleh Balai Harta Peninggalan atau kurator swasta tersebut”.
88
Jadi, apabila kita ringkas maka tugas kurator dalam kepailitan adalah sebagai berikut :
a. Pengurusan dan pemberesan harta pailit.
b. Mengumumkan putusan hakim tentang pernyataan pailit dalam berita
negara dan surat kabar yang ditetapkan Hakim Pengawas. c.
Menyelamatkan harta pailit. d.
Menyusun inventaris harta pailit. e.
Menyusun daftar utang dan piutang harta pailit. f.
Melanjutkan usaha debitor ijin kreditor. g.
Berwenang membuka surat yang ditujukan pada si pailit yang berkaitan dengan harta pailit.
h. Menerima pengaduan mengenai si pailit.
88
Hasil Wawancara dengan Syahril Sofyan, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Makasar, pada tanggal 21 Juli 2010, dengan menunjuk Pasal 24 Stb. 1872166 sebagai rujukannya.
Universitas Sumatera Utara
i. Berwenang memberi uang nafkah bagi si pailit atas ijin hukum pengawas.
j. Memindahtangankan harta pailit.
89
k. Menyimpan harta pailit.
l. Membungakan uang tunai.
90
m. Berwenang untuk membuat perdamaian.
n. Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga.
o. Kurator harus menyampaikan laporan bersifat terbuka untuk umum
kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 tiga bulan.
91
Dalam melakukan pengurusan dan pemberesan kurator mempunyai hak untuk menjual asset pailit dengan persetujuan Hakim Pengawas. Penjualan harta pailit
tersebut dipergunakan untuk membayar biaya-biaya kepailitan,
92
“Sepanjang untuk meningkatkan harta pailit, kurator dapat saja menyimpan dan membungakan uang
tunai dengan melakukan penyimpanan uang di bank atau di depositokan di bank.”
93
Selama menjalankan tugasnya kurator dapat diganti dengan kurator lain setiap waktu oleh pengadilan dimana pengadilan terlebih dahulu memanggil dan mendengar
keterangan kurator tersebut. Syarat utama penggantian kurator adalah kurator diaudit
89
Semata-mata untuk meningkatkan nilai asset dan juga untuk memenuhi kebutuhan biaya kepailitan dengan ijin Hakil Pengawas dapat menjual harta pailit.
90
Membungakan uang tunai ke Bank dengan Giro oleh Kurator atas nama kepailitan si debitor yang di kelola oleh Balai Harta Peninggalan. Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin,
Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 25 Juni 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan.
91
Hasil Wawancara dengan Syahril Sofyan, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Makasar, pada tanggal 05 Juni 2010.
92
Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 25 Juni 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat sebagai Ketua Balai
Harta Peninggalan Medan.
93
Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 25 Juni 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta
Peninggalan Medan.
Universitas Sumatera Utara
kerjanya oleh hakim. Pengadilan dapat mengangkat kurator lain dan atau mengangkat kurator tambahan atas :
a. Permohonan kurator sendiri;
b. Permohonan kurator lainnya jika ada;
c. Usul Hakim Pengawas;
d. Permintaan debitor pailit;
e. Berdasarkan rapat keputusan kreditor pengadilan harus memberhentikan
atau mengangkat kurator atas permohonan atau atas usul kreditor konkuren.
94
Kurator bukan bekerja tanpa imbalan, besarnya imbalan jasa kurator ditentukan setelah kepailitan berakhir. Pasal 76 UUKPKPU menentukan besarnya
imbalan jasa yang harus dibayarkan kepada kurator ditetapkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Sebagai pelaksanaan Pasal
76 UUKPKPU tersebut imbalan jasa kurator diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia yaitu 0,25 dari kekayaan perbulan dari aktiva.
Untuk lebih jelasnya dikutipkan selengkapnya besarnya imbalan jasa kurator ditentukan sebagai berikut :
a. Dalam hal kepailitan berakhir dengan perdamaian :
1 Nilai harta kekayaan sampai dengan Rp. 50 lima puluh miliar maka
besarnya jasa imbalan adalah 4 empat persen dari budel kekayaan. 2
Nilai harta kekayaan diatas Rp. 50 lima puluh miliar maka besarnya jasa imbalan adalah 2 empat persen dari budel kekayaan.
94
Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
b. Dalam hal kepailitan berakhir diluar perdamaian :
1 Nilai harta kekayaan sampai dengan Rp. 50 lima puluh miliar maka
besarnya jasa imbalan adalah 8 delapan persen dari budel kekayaan. 2
Nilai harta kekayaan sampai dengan Rp. 50 lima puluh miliar maka besarnya jasa imbalan adalah 4 empat persen dari budel kekayaan.
c. Dalam hal pernyataan pailit ditolak ditingkat kasasi atau Peninjauan
Kembali PK maka besarnya jasa imbalan adalah 1 satu persen dari harta debitor apabila debitor sebagai pemohon, dan 1 satu persen dari
tagihan apabila kreditor sebagai pemohon.
95
Pasal 1466 KUH Perdata menyebutkan untuk biaya akta jual beli dan biaya tambahan lainnya dipikul oleh pembeli kecuali kalau diperjanjikan sebaliknya.
3. Balai Harta Peninggalan Sebagai Kurator Pemerintah
a. Sejarah Keberadaan Balai Harta Peninggalan
Lembaga Balai Harta Peninggalan Wees-en Boedelkamer adalah suatu lembaga yang berasal dari Pemerintahan Belanda. Masuknya Belanda ke Indonesia
pada tahun 1596 pada mulanya mereka datang sebagai pedagang tetapi karena mereka datang ke Indonesia bersaing dengan pedagang Cina, Inggris dan Portugal yang
mempunyai armada-armada yang besar maka kemudian untuk mengahadapi persaingan tersebut orang-orang Belanda mendirikan suatu perkumpulan dagang yang
95
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Hukum
dan Hak Asai Manusia.
Universitas Sumatera Utara
disebut “Vereenigde Oost Indische Compagnie” disingkat V.O.C., oleh bangsa kita disebut “Kompeni”.
96
V.O.C didirikan pada tahun 1602 direstui dan disahkan oleh Pemerintah Belanda serta diperbolehkan membentuk angkatan perang untuk berperang dan
memerintah daerah yang ditaklukkannya, demikianlah V.O.C sebagai penjajah di Indonesia tidak hanya mengambil hasil bumi Indonesia, tetapi juga merubah sistem
hukum yang berlaku di Indonesia yaitu Sistem Hukum Adat dan Sistem Hukum Islam, yang kemudian bertambah lagi Sistem Hukum Belanda. “Berlakunya Sistem
Hukum Belanda tersebut di Indonesia berdasarkan asas Konkordansi yaitu terhadap orang-orang Belanda di Indonesia tetap diberlakukan Hukum Belanda”.
97
Dengan semakin meluasnya kekuasaan V.O.C di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bagi para anggotanya khusus untuk mengurusi harta-harta yang
ditinggalkan oleh mereka demi kepentingan para ahli waris yang berada di Nederland, anak-anak yatim piatu dan sebagainya, untuk menanggulangi kebutuhan-
kebutuhan itulah oleh Pemerintah Belanda dibentuk suatu Lembaga yang diberi nama Wees-en Boedelkamer Balai Harta Peninggalan pada tanggal 1 Oktober 1624,
berkedudukan di Jakarta. “Pada waktu didirikannya lembaga tersebut hanya mengurusi harta warisan dari orang-orang Belanda yang tidak ada pengurusnya, serta
96
Republik Indonesia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peninggalan Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman, Jakarta, Buku I, tanpa
tahun, hlm. 9.
97
Amri Marjunin, Makalah Peranan Dan Pengampuan Dan Segala Permasalahan Yang Ada Serta Penyelesaiannya, Balai Harta Peninggalan Medan, 2004, hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
menyangkut kepentingan dari anak-anak orang Belanda yang masih di bawah umur”.
98
Namun dalam perkembangan selanjutnya, tugas Balai Harta Peninggalan tidak hanya mengurusi kepentingan anak-anak orang Belanda yang belum dewasa saja,
melainkan tugas dari lembaga ini menjadi lebih luas lagi yaitu mengurusi harta kekayaan bagi orang-orang yang ditempatkan di bawah pengampuan, juga mengurusi
harta kekayaan bagi orang-orang yang tidak hadir afwezig, serta mengurusi harta kekayaan dari orang-orang yang dinyatakan pailit.
Sebagai penuntun tugasnya sehari-hari, terhadap Balai Harta Peninggalan diberikan dasar hukum yang dituangkan dalam bentuk suatu Instruksi. Di Dalam
Weeskamer Balai Harta Peninggalan tersebut dikenal 4 empat instruksi, antara lain:
1. Tanggal 16 Juli 1625 terdiri dari 49 pasal yang mengatur organisasi dan tugas-
tugas Weeskamer Balai Harta Peninggalan.
99
2. Tahun 1642, pada perlakuan kodifikasi yang mengatur organisasi pertama hukum
Indonesia, yang isinya kira-kira sama dengan tugas-tugas Weeskamer Balai Harta Peninggalan.
100
98
Ibid.
99
Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman, Op. Cit. hlm. 9.
100
Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Stb. 1818 No. 72, yang dibuat setelah pemulihan kembali kekuasaan Belanda di
Indonesia sesudah pemerintahan tentara Inggris, juga dalam hal ini tidak banyak perbedaan dengan yang terdahulu.
101
4. Stb. 1872 No. 166 yang didasarkan pada berlakunya perundang-undangan baru
Indonesia pada tahun 1842 dan masih berlaku sampai sekarang.
102
Disamping intruksi tersebut diatas, juga mempunyai aturan rumah tangga atau peraturan jabatan yang disebut “Huishoudelijk Reglement Op Dienstreglement” dan
hingga kini masih berlaku, ditetapkan dengan besluit pada tanggal 30 Maret 1903 Nomor 14, Bijblad Nomor 5849. Pengaturan keuangan yang berlaku bagi Balai Harta
Peninggalan diatur dalam Stb. 1897231, yaitu guna mengatur pelaksanaan pengurusan terhadap segala uang pihak ketiga gelden van derde personen yang
berada dalam pengurusannya, yaitu “Vereeniging tot eene massa van de kassen der Weeskamers en der Boedelkamers en regeling van het beheer dier kassen”, yang
terjemahannya adalah “Penyatuan menjadi satu massa dari kas-kas Balai Harta Peninggalan dan Balai-Balai Budel dan peraturan tentang pengurusan kas-kas itu”,
Ordonansi tanggal 19 September 1897, mulai berlaku tanggal 1 Januari 1898.
103
Pendirian Balai Harta Peninggalan di berbagai wilayah Indonesia tergantung kepada kemajuan teritorial yang dicapai VOC di Indonesia. Dapat dicatat bahwa
Balai Harta Peninggalan Banda sudah ada sejak tahun 1678, di Ambon tahun 1695, di
101
Ibid
102
Ibid
103
Ibid, hlm 10.
Universitas Sumatera Utara
Ternate tahun 1695, di Makasar tahun 1696, di Semarang didirikan tanggal 17 Mei 1763, di Padang tahun 1739, di Surabaya tahun 1809, Perwakilan Balai Harta
Peninggalan di Palembang tahun 1691, di Jepara tahun 1727, di Banten tahun 1725, di Cirebon tahun 1739, di Bengkulu tahun 1827. Kemudian dengan besluit Kerajaan
Belanda tanggal 4 Juli 1921 No. 60 Stb. 1921489 ditetapkan bahwa daerah hukum dari tiap-tiap Raad van Justitie dibentuk sebuah Balai Harta Peninggalan yang
tempat kedudukan dan wilayah kerjanya diatur oleh Gubernur Jenderal sekarang oleh Menteri Hukum dan HAM RI. Menurut Stb. 192641 jo. No.127 Balai Harta
Peninggalan ada di Jakarta, Semarang, Surabaya, Padang, Makasar, dan Medan. Balai Harta Peninggalan Bandung, Jogjakarta, dan Malang didirikan dengan Stb.1921575
dan dihapuskan pada tanggal 1 Juni 1926 di mana ditetapkan bahwa Balai Harta Peninggalan di Jakarta, Semarang dan Surabaya masing-masing dalam wilayah
kerjanya meneruskan pekerjaan Balai Harta Peninggalan di Bandung, Jogjakarta dan Malang yang telah dihapuskan. Selanjutnya dengan Stb. 193428 diperintahkan
kepada Balai Harta Peninggalan Medan guna melaksanakan tugas-tugas Balai Harta Peninggalan di Padang Dengan demikian di Indonesia terdapat 5 lima Balai Harta
Peninggalan yaitu berkedudukan di Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar.
104
Secara struktural Balai Harta Peninggalan merupakan unit organisasi sekaligus unit kerja yang berada di bawah dan oleh karenanya bertanggung jawab
104
Republik Indonesia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peninggalan, Op. Cit. hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
langsung kepada Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia melalui Direktorat Perdata.
105
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Balai Harta Peninggalan mengenakan leges atau upah Weeskamerloon dalam pengurusannya, dan mengenakan tarif leges
itu diatur dalam Algameen tarief voor de belooningen der Weeskamers in Indonesie, ditetapkan dengan besluit Gouverneur Generaal tanggal 21 Nopember 1924, mulai
berlaku tanggal 1 Desember 1924, Stb. 1924523 jo.524, yang telah beberapa kali mengalami perubahan, yaitu dengan Stb. 1928210, Stb.1949450 jo.456, Perpu.
Nomor 171960 Lembaran Negara No.196051 berhubungan dengan keputusan Menteri Kehakiman tanggal 26 Juni 1972 Nomor J.S.5516 dan terakhir disesuaikan
dengan PP No. 26 tahun 1999 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Departemen Kehakiman sekarang Kementerian Hukum dan HAM RI.
Struktur Organisasi Balai Harta Peninggalan terdiri dari : a.
Ketua; b.
Sekretaris; c.
Anggota Teknis Hukum; d.
Perwakilan Balai Harta Peninggalan.
105
Pasal 1, Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PR.07.01.80Tahun
1980.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Harta Peninggalan Medan Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor
M.01.PR.07.01.80 Tahun 1980
Ketua Balai
Harta Peninggalan
Perwakilan Balai
Harta Peninggalan
Seksi Harta
Peninggalan Wilayah
II Urusan
Keuangan Urusan
Bendahara Sub
Bagian Tata U h
1 Sekretaris
Anggota
Urusan Umum
Seksi Harta
Peninggalan Wilayah
I Seksi
Harta Peninggalan
Wilayah III
Urusan Keuangan
Urusan HP
Dan Kepailitan
Urusan Tata
Usaha
Universitas Sumatera Utara
Adapun tugas Ketua Balai Harta Peninggalan adalah : Uraian tugas :
1. Menyusun dan mengkordinasikan penyusunan rencana kerja Balai Harta
Peninggalan; 2.
Mengkoordinasikan tindak lanjut yang tertuang dalam Balai Harta Peninggalan bidang administrasi harta peninggalan;
3. Mengkoordinasikan ketata usahaan dilingkungan Balai Harta
Peninggalan; 4.
Melakukan pembinaan dilingkungan Balai Harta Peninggalan; 5.
Menilai dan mengesahkan penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat bawahan;
6. Mengkoordinasikan penyusunan DUK pegawai Balai Harta
Peninggalan; 7.
Melakukan pengawasan melekat dilingkungan Balai Harta Peninggalan; 8.
Mengkoordinasikan anggaran rutin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
9. Mengkoordinasikan pengelolaan perlengkapan Balai Harta Peninggalan;
10. Mengkoordinasikan pengelolaan kebutuhan formasi pegawai Balai
Harta Peninggalan; 11.
Mengkoordinasikan pengadaan administrasi kepegawaian dalam lingkungan Balai Harta Peninggalan;
12. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas teknis sesuai putusan rapat dalam
rangka kelancaran tugas balai; 13.
Mengelola dan mengembangkan uang pihak ketiga sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka melaksanakan tugas
balai; 14.
Melaksanakan penerimaan dan penyetoran uang upah balai ke kas Negara;
15. Mengkoordinasikan pembuatan dan penyusunan laporan Balai Harta
Peninggalan.
106
106
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.01‐KP.09.05 Tahun 1991 Tentang
Uraian Jabatan Di Lingkungan Departemen Kehakiman, mengenai Stuktural Balai Harta Peninggalan,
hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
Sekretaris Tugas Sekretaris :
1. Menyusun dan mengkoordinasikan peyusunan rencana kerja Balai Harta
Peninggalan; 2.
Mengkoordinasikan tindak lanjut petunjuk yang tertuang dalam Balai Harta Peninggalan di bidang administrasi harta peninggalan;
3. Mengkoordinasikan ketata usahaan dilingkungan Balai Harta
Peninggalan; 4.
Melakukan pembinaan dilingkungan Balai Harta Peninggalan; 5.
Menilai dan mengesahkan pelaksanaan pekerjaan pejabat bawahan; 6.
Mengkoordinasikan penyusunan DUK pegawai Balai Harta Peninggalan;
7. Melakukan pengawasan melekat dilingkungan Balai Harta Peninggalan;
8. Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran rutin sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku; 9.
Mengkoordinasikan pengelolan perlengkapan Balai Harta Peninggalan; 10.
Mengkoordinasikan pengelolaan kebutuhan formasi pegawai Balai Harta Peninggalan;
11. Mengkoordinasikan pengendalian administrasi kepegawaian dalam
lingkungan Balai Harta Peninggalan; 12.
Mengkoordinasikan pembuatan dan penyusunan laporan ; 13.
Menyusun rencana kerja per wilayah; 14.
Menangani masalah perwalian sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka pemgawasan harta peninggalan anak dibawah
umur;
15. Menangani masalah pengampuan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam rangka pengawasan harta kekayaan orang yang berada di bawah pengampuan;
16. Menangani masalah ketidak hadiran sesuai perundang-undangan yang
berlaku dalam rangka mewakili kepentingan orang yang dinyatakan tidak hadir;
17. Menangani masalah harta peninggalan tidak ada kuasanya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; 18.
Menangani masalah kepailitan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
19. Mendaftarkan surat wasiat terakhir si pewaris;
20. Menyiapkan dan menyusun laporan pelaksanaan tugas-tugas teknis
107
.
107
Ibid. hlm. 13-14.
Universitas Sumatera Utara
Anggota Teknis Hukum
Uraian Tugas : 1.
Menyusun rencana kerja perwilayah; 2.
Menangani masalah perwalian sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka pengawasan Harta Peningggalan Anak di
bawah umur;
3. Menangani masalah pengamouan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam rangka pengawasan harta kekayaan orang yang berada dibawah pengampuan;
4. Menangani masalah ketidakhadiran sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam rangka mewakili kepentingan orang yang dinyatakan tidak hadir;
5. Menangani masalah harta peninggalan tidak ada kuasanya sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6.
Menangani masalah kepailitan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
7. Mendaftarkan surat wasiat terakhir si pewaris;
8. Menyiapkan dan menyusun laporan pelaksanaan tugas-tugas teknis;
108
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Uraian Tugas :
1. Menyusun rencana kerja Sub bagian Tata Usaha;
2. Mengkoordinasikan pendistribusian, pengelolaan arus surat masuk
dengan sistem kartu kendali utuk memperlancar penerimaan informasi Balai Harta Peninggalan;
3. Mengkoordinasikan pengetikan surat-surat keluar dilingkungan Balai
Harta Peninggalan ; 4.
Mengkoordinasikan pengiriman surat keluar untuk memperlancar penyampaian informasi Balai Harta Peninggalan;
5. Meneliti konsep pertanggungjawaban penggunaan pengiriman surat dinas,
telex, dan telegram dengan kwitansi resi bukti pengiriman; 6.
Mengklasifikasi arsip dan dokumentasi di lingkungan Balai Harta Peninggalan;
108
Ibid. hlm. 37-38.
Universitas Sumatera Utara
7. Penyelenggarakan urusan kearsipan dan dokumentasi dengan mengatur
kegiatan penyediaan, pelayan memeinjam, penyimpanan dan pemeliharaan arsip dan dokumentasi Kantor Balai Harta Peninggalan;
8. Meneliti dan mengoreksi konsep surat yang berkaitan dengan tugas
kerumah tanggaan yang di ajukan oleh pejabat bawahan; 9.
Menyelenggarakan pemeliharaan kendaraan dinas Balai Harta Peninggalan agar selalu dalam keadaan siap digunakan;
10. Mengatur penggunaan kendaraan dinas untuk menunjang kelancaran
tugas Balai Harta Peninggalan; 11.
Menyelenggarakan adsminitrasi biaya pemeliharaan kendaraan dinas sebagai bahan pertanggung jawaban menggunakan kendaraan dinas Balai
Harta Peninggalan;
12. Menyelenggarakan pemeliharaan alat perlengkapan kantor, gedung kantor
dan rumah dinas sesuai dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan; 13.
Menyelenggarakan pemeliharaan, pemakaian telepon, listrik, air dan kebersihan ruangan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya;
14. Meneliti kas tagihan berkas tagihan pemeliharaan alat perlengkapan
kantor, rumah dinas dan biaya langganan listrik dan telepon untuk mendapatkan penyelesaian pembayaran;
15. Menyelesaikan pelaksanaan penghapusan atau penjualan alat
perlengkapan kantor dan kendaraan dinas sesuai dengan peraturan yang berlaku;
16. Membuat daftar gaji lembur dan rapel pegawai di lingkungan Balai Harta
Peninggalan sebagai bahan untuk melakukan pembayaran gajilembur dan rapel;
17. Melakukan pembayaran gaji pegawai Balai Harta Peninggalan sesuai
dengan daftar gaji; 18.
Mempersiapkan dan menyelenggarakan pengurusan perjalanan dinas dalam rangka kelancaran tugas Balai Harta Peninggalan;
19. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengamanan di lingkungan Balai Harta
Peninggalan; 20.
Mengkoordinasikan penyusunan daftar usulan kegiatan dan daftar usulan proyek sebagai bahan penyediaan dana kegiatan dan dana pembangunan
Balai Harta Peninggalan;
21. Mengkoordinasikan pengelolaan usulan Daftar Usulan Kegiatan dan
Daftar Usulan Proyek sebagai dasar penertiban DIK dan DIP Balai Harta Peninggalan;
22. Menyusun konsep surat tanggapan yang berkaitan dengan anggaran rutin
dan pembangunan dalam rangka meminta data penjelasan lebih lanjut; 23.
Meneliti kelengkapan dan kebenaran konsep SPP beban sejahtera, beban tetap dan SPP belanja pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
24. Melaksanakan pencairan dana berdasarkan SPM yang diterima;
25. Melakukan pembayaran atas tagihan beban anggaran belanja rutin
Universitas Sumatera Utara
26. Melaksanakan pemotongan pajak pada setiap pengeluaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; 27.
Memiliki kelengkapan dan kebeneran konsep register penutupan kas sesuai dengan ketrentuan yang beralaku;
28. Memeriksa dan meneliti surat pertanggung jawaban SPJ penggunaan
rutin maupun proyek sesuai dengan bukti-bukti pengeluaranya; 29.
Menyelenggarakan pembukuan atas SPJ kedalam Buku Kas Umum atau buku-buku pembantu lainnya untuk dilakukan perhitungan dan verifikasi
dengan mengetahui perkembangan realisasi anggaran yang telah disediakan;
30. Menganalisa data kepegawaian dan usul-usul Formasi pegawai sebagai
bahan usulan ke kepala kantor wilayah; 31.
Menyusun nama-nama calon pegawai yang telah memenuhi persyaratan untuk mengikuti latihan pra jabatan;
32. Menganalisa data kepegawaian sebagai bahan usul ke kepala kantor
wilayah untuk mengikuti ujian dinas TK. I dan II ; 33.
Menyusun usul pemberian penghargaan, tanda kehormatan dan bentuk- bentuk penghargaan lainnya untuk diajukan ke kepala kantor wilayah;
34. Melakukan permintaan atau usul pemberian kartu pegawai bagi calon
pegawai yang telah diangkat pegawai negeri sipil kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman;
35. Menyiapkan surat permintaan pengujian kesehatan bagi calon Pegawai
Negeri Sipil kepada Dokter Penguji Kesehatan atau Tim penguji Kesehatan Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil;
36. Menyiapkan surat usul ke kepala Kantor Wilayah tentang pengangkatan
calon pegawai dan mutasi lain pegawai di lingkungan Balai Harta Peninggalan;
37. Menyiapkan penyelenggaraan sumpah Pegawai Negeri dan sumpah
pelantikan jabatan; 38.
Melaksanakan pengusulan kenaikan pangkat di lingkungan Balai Harta Peninggalan;
39. Melakukan pengusulan pengangkatan dalam jabatan stuktural;
40. Melaksanakan pengusulan pemindahan pegawai;
41. Melakukan pengusulan DIKLAT Pegawai di lingkungan Balai Harta
Peninggalan kepada Kepala Kantor Wilayah; 42.
melaksanakan pengusulan pemberhentian dan Pemensiunan; 43.
Melakukan pembinaan pegawai dalam lingkungan Sub Bagian Tata Usaha Balai Harta Peninggalan
109
;
109
Ibid, hlm. 56-57.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Urusan Umum Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kerja Urusan Umum;
2. Melakukan pendistribusian, pengelolaan arus surat masuk dengan sistem
kartu kendali untuk memperlancar penerimaan informasi; 3.
Melakukan pengetikan surat-surat keluar di lingkungan Balai Harta Peninggalan;
4. melakukan pengiriman surat keluar untuk memperlancar penyampaian
informasi; 5.
Meneliti konsep pertanggung jawaban penggunaan pengiriman surat dinas, telex dan telegram sesuai dengan kwitansi atau resi bukti
pengiriman;
6. Mengklasifikasikan arsif dan dokumen di lingkungan Balai Harta
Peninggalan; 7.
Menyelenggarakan urusan kearsifan dan dokumentasi dengan mengatur kegiatan penyediaan, pelayanan, pelayanan peminjaman, penyimpanan
dan pemeliharaan arsip surat-surat dan dokumen kantor;
8. Meneliti dan mengoreksi konsep surat yang berkaitan dengan tugas
kerumah tanggaan yang di ajukan oleh pejabat bawahan; 9.
Menyelenggarakan pemeliharaan kendaraan dinas Balai Harta Peninggalan agar selalu dalam keadaan siap digunakan;
10. Mengatur penggunaan kendaraan dinas untuk menunjang kelancaran
tugas; 11.
Menyelenggarakan adsminitrasi biaya pemeliharaan kendaraan dinas sebagai bahan pertanggung jawaban menggunakan kendaraan dinas;
12. Menyelenggarakan pemeliharaan alat perlengkapan kantor, gedung kantor
dan rumah dinas sesuai dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan; 13.
Menyelenggarakan pemeliharaan, pemakaian telepon, listrik, air dan kebersihan ruangan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya;
14. Meneliti kas tagihan berkas tagihan pemeliharaan alat perlengkapan
kantor, rumah dinas dan biaya langganan listrik dan telepon untuk mendapatkan penyelesaian pembayaran;
15. Melakukan pembinaan pegawai dalam lingkungan Urusan Umum;
16. melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai bawahan;
17. Melakukan pengawas melekat dalam lingkungan Urusan Umum;
18. Melaksanakan tindak lanjut petunjuk yang tertuang dalam Balai Harta
Peninggalan di Lingkungan Urusan Umum;
Universitas Sumatera Utara
19. Menyiapkan dan menyusun laporan Bulanan, Triwulan dan Tahunan;
110
Kepala Urusan Kepegawaian Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kerja Urusan kepegawaian;
2. Memeriksa data kepegawaian dan menyiapakan usul formasi pegawai;
3. Menyusun daftar nama-nama calon pegawai yang telah memenuhi
persyaratn untuk mengkuti latihan pra jabatan; 4.
Memeriksa data kepegawaian untuk menyiapkan usul pelaksanaan ujian dinas TK I dan II;
5. Menyusun usul pemberian penghargaan, tanda kehormatan dan bentuk-
bentuk penghargaan lainnya; 6.
Melakukan permintaan atau usul pemberian kartu pegawai bagi calon pegawai yang telah diangkat Pegawai Negeri Sipil;
7. Menyiapkan data kepegawaian untuk bahan pembuatan DUK pegawai di
lingkungan Balai Harta Peninggalan; 8.
Menyiapkan surat permintaan pengujian kesehatan bagi calon Pegawai Negeri Sipil kepada Dokter Penguji Kesehatan atau Tim Penguji
Kesehatan Calon Pegawai yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil;
9. Menyiapkan usul pengangkatan dan mutasi pegawai Balai Harta
Peninggalan; 10.
Menyiapkan penyelenggaraan Sumpah Pegawai Negeri Sipil dan pelantikan jabatan;
11. Melaksanakan pengusulan kenaikan pangkat pegawai Balai Harta
Peninggalan; 12.
Melakukan pengusulan pengangkatan dalam jabatan struktural; 13.
Melaksanakan pengusulan pemindahan pegawai; 14.
Melakukan pengusulan diklat pegawai di lingkungan Balai Harta Peninggalan kepada Kantor Wilayah;
15. Melakukan pengusulan pemberhentian dan pemensiunan;
16. Melakukan pembinaan pegawai dalam lingkungan urusan kepegawaian;
17. Melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan;
18. Melakukan pengawasan melekat dalam lingkungan Urusan Kepegawaian;
19. Menyusun DUK pegawai dalam Lingkungan Balai Harta Peninggalan;
20. Melakukan tidak lanjaut petnjuk yang tertuang dalam laporan hasil
pemeriksaan LHP; 21.
Menyiapkan dan menyusun laporan Urusan Kepegawaian Balai Harta Peninggalan
111
.
110
Ibid, hlm. 66-67.
111
Ibid, hlm. 77-78.
Universitas Sumatera Utara
Kapala Urusan Keuangan
Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kerja urusan keuangan Balai Harta Peninggalan;
2. Membuat daftar gaji atau lembur dan rapel pegawai di lingkungan Balai
Harta Peninggalan sebagai bahan untuk melakukan pembayaran gaji atau lembur dan rapel;
3. Melakukan pembayaran agaji pegawai Balai Harta Peninggalan sesuai
daftar gaji; 4.
Meneliti berkas tagihan pemeliharaan alat perlengkapan kantor Balai Harta Peninggalan, gedung kantor, rumah dinas dan biaya langganan
listrik dan telepon untuk mendapatkan penyelesaian pembayaran;
5. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pengurusan perjalan dinas dalam
rangka kelancaran tugas dalam Balai Harta Peninggalan; 6.
Menyusun daftar usulan kegiatan dan daftar usulan proyek sebagai bahan penyediaan kegiatan dan dana pembangunan Balai Harta Peninggalan;
7. Mengelola daftar usulan kegiatan dan daftar usulan proyek sebagai dasar
penerbitan daftar isian kegiatan dan daftar isian proyek; 8.
menyusun konsep surat tanggapan yang berkaitan dengan anggaran hukum dan pembangunan dalam rangka meminta data penjelasan lebih
lanjut;
9. Meneliti kelengkapan dan kebenaran konsep SPP beban sementara beban
tetap dan SPP belanja pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 10.
Melaksanakan pencarian berdasarkan SPM yang diterima dari Kantor Pembendaharaan Negara;
11. Melakukan pembayaran atas tagihan beban anggaran rutin;
12. Melaksanakan pemotongan pajak pada setiap pengeluaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; 13.
Meneliti kelengkapan dan kebenaran konsep regiater pajak ke Kantor Kas Negara;
14. Memeriksa dan meneliti Surat Pertanggung Jawaban SPJ penggunaan
anggaran rutin maupun proyek sesuai dengan bukti-bukti pengeluarannya; 15.
Menyelenggarakan pembukuan atas SPJ kedalam buku Kas Umum atau buku-buku pembantu lainnya untuk dilakukan perhitungan dan verifikasi
dengan mengetahui perkembangan realisasi anggaran yang telah disediakan;
16. Melakukan pembinaan pegawai dalm Lingkungan Urusan Keuangan;
17. Melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan;
18. Melakukan pengawasan melekat dalam lingkungan Urusan Keuangan;
Universitas Sumatera Utara
19. Melaksanakan tindak lanjaut petunjuk yang tertuang dalam laporan Hasil
Pemeriksaan; 20.
Menyiapkan dan menyusun Laporan Urusan Keuangan;
112
Kepala Seksi Wilayah I Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kerja Seksi harta Peninggalan Wilayah I;
2. Melaksanakan penyelesaian masalah perwalian sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku dalam rangka pengawasan harta peninggalan anak di bawah umur;
3. Melaksanakan penyelesaian masalah pengampuan sesuai dengan
peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka pengawasan harta kekayaan orang yang berada di bawah pengampuan;
4. Melaksanakan penyelesaian masalah ketidakhadiran sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku dalam rangka mewakili kepentingan orang yang dinyatakan tidak hadir;
5. Melaksanakan penyelesaian harta peninggalan tidak ada kuasanya sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku; 6.
Melaksanakan penyelesaian masalah kepailitan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku;
7. Mendaftarkan surat wasiat terakhir si pewaris;
8. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan;
9. Melakukan bimbingan pegawai bawahan;
10. Melaksanakan ke tata usahaan dalam Seksi harta Peninggalan Wilayah I;
11. Melakukan pengawasan Melekat WASKAT
12. Menyusun laporan Seksi Harta Peninggalan Wilayah I.
113
Kepala Seski Wilayah III Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kerja Seksi harta Peninggalan Wilayah II;
2. Melaksanakan penyelesaian masalah perwalian sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku dalam rangka pengawasan harta peninggalan anak di bawah umur;
112
Ibid, hlm. 88-89.
113
Ibid, hlm. 99-100.
Universitas Sumatera Utara
3. Melaksanakan penyelesaian masalah pengampuan sesuai dengan
peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka pengawasan harta kekayaan orang yang berada di bawah pengampuan;
4. Melaksanakan penyelesaian masalah ketidakhadiran sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku dalam rangka mewakili kepentingan orang yang dinyatakan tidak hadir;
5. Melaksanakan penyelesaian harta peninggalan tidak ada kuasanya sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku; 6.
Melaksanakan penyelesaian masalah kepailitan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku;
7. Mendaftarkan surat wasiat terakhir si pewaris;
8. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan;
9. Melakukan bimbingan pegawai bawahan;
10. Melaksanakan ke tata usahaan dalam Seksi harta Peninggalan Wilayah II;
11. Melakukan pengawasan Melekat WASKAT
12. Menyusun laporan Seksi Harta Peninggalan Wilayah II.
Kepala Seksi Wilayah III Uraian Tugas
1. Menyusun rencana kerja Seksi harta Peninggalan Wilayah III;
2. Melaksanakan penyelesaian masalah perwalian sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku dalam rangka pengawasan harta peninggalan anak di bawah umur;
3. Melaksanakan penyelesaian masalah pengampuan sesuai dengan
peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka pengawasan harta kekayaan orang yang berada di bawah pengampuan;
4. Melaksanakan penyelesaian masalah ketidakhadiran sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku dalam rangka mewakili kepentingan orang yang dinyatakan tidak hadir;
5. Melaksanakan penyelesaian harta peninggalan tidak ada kuasanya sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku; 6.
Melaksanakan penyelesaian masalah kepailitan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku;
7. Mendaftarkan surat wasiat terakhir si pewaris;
8. Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan;
9. Melakukan bimbingan pegawai bawahan;
10. Melaksanakan ke tata usahaan dalam Seksi harta Peninggalan Wilayah
III; 11.
Melakukan pengawasan Melekat WASKAT;
Universitas Sumatera Utara
12. Menyusun laporan Seksi Harta Peninggalan Wilayah III.
114
b. Tugas-Tugas Balai Harta Peninggalan Sebagai Kurator
Pada prinsipnya tugas Balai Harta Peninggalan sebagai kurator tidak berbeda dari kurator lainnya dalam melaksanakan kewajiban sebagai kurator. Tugas Balai
Harta Peninggalan adalah mewakili dan mengurus kepentingan orang-orang yang karena hukum atau Putusan Hakim tidak dapat menjalani sendiri kepentingannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 2, Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01.PR.07.01-80 Tahun 1980.
Mengenai tugas-tugas dapat Balai Harta Peninggalan diperinci sebagai berikut :
1. Pengurusan diri pribadi dan harta kekayaan anak-anak yang belum
dewasa selama belum ditunjuk seorang wali atas mereka Pasal 359 KUH Perdata atau disebut juga Wali Sementara;
2. Sebagai wali pengawas Pasal 356 KUH Perdata;
3. Mewakili kepentingan anak-anak belum dewasa dalam hal ada
pertentangan dengan kepentingan wali Pasal 370 KUH Perdata; 4.
Pengurusan harta kekayaan anak-anak belum dewasa dalam hal pengurusan itu dicabut dari wali mereka Pasal 338 KUH Perdata;
5. Pengampuan atas anak yang masih dalam kandungan Pasal 348 KUH
Perdata; 6.
Pendaftaran dan pembukaan surat-surat wasiat Pasal 41 dan 42 OV dan Pasal 937 dan Pasal 942 KUH Perdata;
7. Pengurusan harta peninggalan yang tidak ada kuasanya onbeheerde
nalatenschappen; Pasal 1126, Pasal 1127, dan Pasa 1128 KUH Perdata demikian pula pengurusan barang-barang peninggalan dari penumpang-
penumpang dan awak kapal yang meninggal dunia, hilang, atau tertinggal pada kapal-kapal Indonesia. Stb. 1886131;
8. Pengurusan budel-budel dari orang-orang yang tidak hadir budel van
afwezigen Pasal 463 KUH Perdata;
114
Ibid, hlm. 110-111.
Universitas Sumatera Utara
9. Pengurusan harta kekayaan orang-orang yang berada di bawah
pengampuan karena sakit jiwa ataupun boros, dalam hal ini adalah bertugas selaku pengampu pengawas Balai Harta Peninggalan Pasal
449 KUH Perdata, akan tetapi jika pengurusan dicabut dari pengampunya, langsung menjadi pengurus harta kekayaan orang yang
berada di bawah pengampuan Pasal 452 jo. Pasal 338 KUH Perdata;
10. Pengurusan harta-harta dari orang-orang yang dinyatakan pailit Pasal
13 Peraturan Kepailitan, Stb. 1905 No. 217, sekarang Pasal 70 ayat 1 huruf a UU NO. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang;
11. Selanjutnya pada awal Perang Dunia II kepada Balai Harta Peninggalan
dibebani tugas untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan pribadi kawula-kawula musuh yang diatur dalam Stb. 1940 No. 135 Besluit
Commissie Rechtsverkeer in Orloogistijd, tanggal 15 Mei 1940 No. 56;
12. Sesudah merdeka, semasa Pemerintahan Republik Indonesia, kepada
Balai Harta Peninggalan dibebani tugas untuk mewakili pemilik-pemilik tanah partikelir yang tidak diketahui pemiliknya atau tempat tinggal
pemiliknya dalam hal likwidasi tanah-tanah partikelir tersebut. Paal 2 ayat2 UU No. 1 Tahun 1958, Lembaran Negara 1958 No. 2;
13. Pekerjaan Dewan Perwalian Voogdijraad yang dibentuk dengan
besluit Goeverneur Generaal van Nederlandsch Indie tanggal 25 Juli 1927 No. 8, Stb. 1927 No. 382, mulai berlaku 5 Agustus 1927;
14. Jabatan atau fungsi dari College van Budelmeesteren menurut
penetapan Gouverneur General van Nederlandsch Indie dari tanggal 31 Maret 1828 N.30 Stb.1828 No. 46, yang dengan Stb. 1873 art.1 diubah
dengan stb. 1895 No. 99 diserahkan kepada Balai Harta Peninggalan dan Perwakilan Balai Harta Peninggalan di Indonesia;
15. Pembuatan Surat Keterangan Hak Waris Bangsa Timur Asing, kecuali
Tionghoa, ditentukan pada ayat 1 dalam Pasal 14 dari Instruksi voor de Gouvernements landmeters dalam Stb. 1916 No. 517.
115
Sementara itu, untuk kewenangan kurator dalam proses kepailitan antara lain, yaitu :
a. Melanjutkan kegiatan usaha atau operational debitor pailit, apabila
dipandang menguntungkan dan memaksimalkan budel pailit.
116
115
Ibid, hlm. 12-13.
116
Pasal 146-Pasal 148 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
b. Melakukan Pencocokan atau verifikasi terhadap utang-piutang.
117
c. Mewakili debitor pailit baik di dalam maupun di luar Pengadilan.
118
d. Melakukan peminjaman dana, apabila diperlukan, yaitu semata-mata
dalam rangka meningkatkan harta pailit.
119
e. Menjual budel pailit semata-mata untuk mempertahankan dan
membayar biaya-biaya kepailitan. Kurator mempunyai hak untuk menjual asset sebelum diadakan rapat para kreditor.
120
f. Melakukan penjualan danatau pelelangan atas asset debitor pailit.
121
g. Membagikan hasil penjualan asset kepada para kreditor.
122
Berkaitan dengan harta pailit, timbul permasalahan tentang tempat penyimpanan. Akan disimpan dimana? Bila harta pailit berupa kapal, bagaimana
biaya penyimpanannya. Belum ada petunjuk teknis tentang penyimpanan harta pailit.
123
Debitor juga kadangkala tidak kooperatif terhadap kurator dalam melakukan inventarisasi harta pailit. Akibatnya timbul kesulitan bagi kurator dalam menelusuri
harta pailit. Balai Harta Peninggalan Medan selaku kurator dalam menangani kasus kepailitan di Medan menghadapi permasalahan baik pada saat permohonan pailit
sedang di proses di pengadilan maupun setelah putusan pailit debitornya telah melarikan diri, dari ke 7 tujuh kasus yang ditangani 6 enam debitornya sudah tidak
117
Pasal 113-Pasal 116 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
118
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
119
Pasal 69 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
120
Pasal 184 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
121
Pasal 185 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
122
Pasal 188-Pasal 192 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
123
Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 01 Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
diketahui keberadaannya, melihat keadaan yang seperti ini maka sistem gijzeling
124
dapat dilaksanakan jika perlu. Apabila terdapat keraguan bawa si pailit akan melarikan diri maka terhadap si pailit dikenakan gijzeling hal ini merupakan
keuntungan dilaksanakannya penahanan atau paksa badan terhadap debitor pailit. Hakim dalam putusan pailit harus menentukan bahwa si pailit dimasukkan dalam
tahanan sementara sampai proses kepailitan ini berakhir. Dalam praktek kepailitan yang ditangani Balai Harta Peninggalan Medan, tidak pernah dijumpai keputusan
hakim yang memutuskan debitor pailit dihukum gijzeling, akibatnya debitor pailit sudah tidak berada ditempat atau melarikan diri. Hal ini menunjukkan bahwa sistem
hukum kepailitan yang pasif tidak mendukung pelaksanaan tugas-tugas kurator.
125
Selama Balai Harta Peninggalan Medan menangani kasus kepailitan ditemui debitornya telah tidak ada atau sudah melarikan diri yaitu PT. Aneka Surya Agung,
Ispara Sakti NasutionLucky, CV. Widya Mandiri, Benny JonoAbeng dan PT. Sumatera Rotanindo hanya To Seng Kiang Wilsen Wijaya yang berada ditempat tapi
ditemui dalam keadaan sakit stroke.
126
Setelah keputusan pailit ditetapkan maka kurator kesulitan untuk mencari dan menelusuri harta pailit, karena dalam permohonan kepailitan dan bahkan dalam
124
Penjelasan Pasal 31 ayat 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Gijzeling adalah paksa badan atau penahanan terhadap
debitor pailit.
125
Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Juni 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat sebagai Ketua
Balai Harta Peninggalan Medan.
126
Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 20 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
keputusan pailit tidak disebutkan secara rinci jumlah harta pailit dan dimana harta pailit itu disimpan. Akibatnya setelah putusan pailit, tugas kurator untuk melakukan
inventarisasi menjadi terhambat. Selain itu dalam permohonan pailit, tidak ada dimintakan penyegelan terhadap harta pailit pada fase sebelum pra terbitnya
pernyataan pailit, dan ini jelas berpengaruh terhadap tugas kurator karena setelah putusan pailit harta pailit sudah tidak ada lagi atau sudah jauh berkurang. Bila
dimintakan penyegelan akan mempermudah tugas kurator, sebab pengadilan akan menunjuk petugas yang akan melakukan penyegelan dengan membuat berita acara
penyegelan dan harta pailit tentu akan dapat terjaga setidak-tidaknya dari segi kuantitasnya dan berita acara penyegelan yang dibuat oleh petugas pengadilan itu
pada gilirannya dapat dijadikan dasar untuk membuat daftar harta benda inventarisatie yang harus dibuat oleh kurator pada fase pasca atau purna terbitnya
keputusan atau ketetapan pailit .
127
Balai Harta Peninggalan Medan selaku kurator mengalami kesulitan untuk mengawasi harta pailit karena harta pailit letaknya jauh dari pengawasan kurator.
Dibutuhkan biaya yang besar dan anggota kurator yang cukup untuk mengurus harta pailit yang lokasinya jauh dari kantor kurator. Akhirnya harta pailit menjadi
berkurang dan tidak cukup untuk membayar piutang kreditor. Contoh terjadi pada kasus kepailitan To Seng KiangWilsen Wijaya dimana assetnya sebidang tanah yang
berada di daerah Dumai yang tidak dapat di eksekusi karena letaknya yang jauh di
127
Hasil Wawancara dengan Syahril Sofyan, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Makasar, pada tanggal 01 Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
daerah pedalaman dan surat-surat masih Surat Keterangan LurahCamat, dimana surat tersebut berada pada pihak ketiga digadaikan.
Dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit, “kurator berupaya agar kreditor dan para pihak yang berkepentingan dapat mengetahui setiap
proses yang dilalui dan tidak merugikan kepentingan para pihak seperti melakukan pinjaman dana untuk meningkatkan harta pailit serta melakukan penguangan aktiva
atau asset untuk membayar atau melunasi utang”.
128
4. Kurator Non Pemerintah
Pasal 70 ayat 1 UUKPKPU menyatakan bahwa, ”Kurator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 adalah Balai Harta Peninggalan atau Kurator lainnya”.
Selanjutnya Pasal 70 ayat 2 UUKPKPU menyebutkan bahwa yang dapat menjadi kurator lainnya adalah :
a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus danatau membereskan harta
pailit;
b. Terdaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai tata cara pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus.
128
Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 22 April 2010.
Universitas Sumatera Utara
Pengangkatan kurator untuk melakukan tugas pengurusan dan atau pemberesan harta pailit dimuat dalam putusan pernyataan pailit bersamaan dengan
pengangkatan hakim pengawas, debitor atau kreditor dapat menunjuk seorang kurator untuk melakukan pengurusan dan pemberesan, jika debitor atau kreditor tidak
mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan maka Balai Harta Peninggalan selaku kurator pemerintah yang bertindak selaku kurator sebagaimana
termuat dalam Pasal 15 ayat 1 UUKPKPU. Kurator yang diangkat tersebut harus independen dan tidak mempunyai
benturan kepentingan dengan debitor atau kreditor sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Pasal 15 ayat 3. Dalam fase pengurusan dan pemberesan kurator swasta
tunduk pada Undang-Undang Kepailitan sama halnya dengan kurator Pemerintah Balai Harta Peninggalan.
Selama menjalankan tugasnya penggantian kurator dapat saja terjadi, kurator dapat diganti dengan kurator lain setiap waktu oleh pengadilan dan pengadilan setiap
saat dapat mengabulkan usul penggantian kurator sesuai dengan tatacara yang telah diatur dalam Pasal 71 UUKPKPU, dimana pengadilan terlebih dahulu memanggil dan
mendengar keterangan di audit kerja kurator tersebut. Pengadilan dapat mengangkat kurator lain dan atau mengangkat kurator
tambahan atas : a. Permohonan kurator sendiri;
b. Permohonan kurator lainnya jika ada; c. Usul Hakim Pengawas;
Universitas Sumatera Utara
d. Permintaan debitor pailit; e. Berdasarkan rapat keputusan kreditor Pengadilan harus memberhentikan
atau mengangkat kurator atas permohonan atau atas usul kreditor konkuren.
129
Dalam hal terdapat pengangkatan kurator lebih dari seorang kurator, maka untuk dapat melakukan tindakan sah dan mengikat memerlukan persetujuan dari
setengah jumlah para kurator, dan jika suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya maka harus mendapat persetujuan Hakim Pengawas, sedangkan bagi kurator yang
mendapat tugas khusus berdasarkan putusan pailit adalah berwenang untuk bertindak sendiri dalam tugasnya sebagaimana diatur Pasal 73 UUKPKPU.
Kurator adalah pengurus harta benda dari orang atau perusahaan yang jatuh pailit. Terhitung sejak kepailitan diputuskan, debitor pailit tidak berhak lagi
melakukan tugas pengurusan atas harta pailit sebagaimana diatur Pasal 24 UUKPKPU. Perlindungan bagi kepentingan debitor pailit, kreditor maupun pihak
ketiga yang berhubungan hukum dengan debitor pailit, dituangkan pengaturannya dalam UUKPKPU yaitu dengan ditunjuknya kurator sebagai satu-satunya pihak yang
melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit. Secara umum, ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 16 UUKPKPU yang menyebutkan bahwa kurator
berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan harta pailit, yang mana ketentuan ini dipertegas oleh Pasal 26 ayat 1 :
129
Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
“Tuntutan-tuntutan hukum yang berpangkal pada hak-hak dan kewajiban- kewajiban yang termasuk harta kekayaan pailit, harus diajukan oleh atau
terhadap kurator”.
B. Pelaksanaan Keadaan Diam Standstill Dalam Pengurusan Dan