Kedudukan Kreditor Separatis dalam Kepailitan

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR SEPARATIS DALAM

KEADAAN DIAM STANDSTILL

A. Kedudukan Kreditor Separatis dalam Kepailitan

Kreditor separatis adalah kreditor yang memiliki jaminan utang kebendaan hak jaminan, seperti pemegang Hak Tanggungan, hipotik, gadai, fidusia dan lain- lain Pasal 55 UUKPKPU. Bank dapat disebut sebagai kreditor separatis apabila sebagai pemegang jaminan atas hak-hak tersebut diatas. Dikatakan kreditor “separatis” yang berkonotasi “pemisahan”, karena kreditor tersebut memang dipisahkan dari kreditor lainnya, dalam arti dia dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit umumnya. Manfaat diberlakukan keadaan diam standstill adalah dalam masa keadaan standstill tersebut, mencegah debitor melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor, karena dengan dinyatakannya seorang debitor pailit, maka debitor menjadi tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengurus dan memindahtangankan harta kekayaannya yang dengan putusan pailit itu status hukum dari harta kekayaan debitor menjadi pailit. Selama berlangsungnya standstill, debitor Universitas Sumatera Utara tidak pula diperbolehkan untuk melakukan negosiasi dengan kreditor tertentu, tidak boleh melunasi sebagian atau seluruh utangnya terhadap kreditor tertentu saja, selama berlangsungnya keadaan diam, debitor juga tidak diperbolehkan untuk seluruh utangnya terhadap kreditor tertentu saja. Dalam keadaan diam tersebut, debitor juga tidak diperbolehkan mendapat pinjaman baru dari kreditor lain. Sebagaimana disebutkan bahwa kreditor separatis pemegang hak jaminan utang tersebut mempunyai kedudukan yang terpisah dengan kreditor lainnya, dalam hal mengeksekusi jaminan utang kreditor separatis dapat menjual dan mengambil hasil penjualan jaminan utang tersebut seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Bahkan jika diperkirakan hasil penjualan jaminan utang tersebut tidak menutupi seluruh utangnya, maka kreditor separatis dapat memintakan agar kekurangan tersebut diperhitungkan sebagai kreditor konkuren kreditor bersaing. Sebaliknya apabila hasil penjualan asset tersebut melebihi utang-utangnya, maka kelebihan tersebut haruslah diserahkan kepada pihak debitor. Dengan demikian dalam hubungan dengan asset-asset yang dijamin tersebut kedudukan kreditor separatis lebih tinggi dari kreditor yang diistimewakan lainnya Pasal 1139 Juncto 1149 KUH Perdata, kecuali undang-undang menentukan sebaliknya Pasal 1134 angka 2 KUH Perdata. Sekalipun kreditor separatis dapat mengeksekusi haknya atas jaminan utang debitor seolah-olah tidak terjadi kepailitan, namun kreditor separatis tetap tunduk Universitas Sumatera Utara kepada ketentuan mengenai penangguhan eksekusi standstill yang berlaku demi hukum selama masa 90 sembilan puluh hari setelah putusan pernyataan pailit dinyatakan, atau maksimal 270 dua ratus tujuh puluh hari sejak putusan penundaan kewajiban pembayaran utang PKPU. Dalam Penjelasan Pasal 56 ayat 1 mengemukakan bahwa penangguhan standstill yang dimaksud bertujuan antara lain untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, atau memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit, atau memungkinkan kurator untuk melaksanakan tugasnya secara optimal. Jadi standstill bermanfaat bagi kreditor separatis walaupun hak eksekusi kreditor separatis ditangguhkan selama 90 sembilan puluh hari. Peraturan umum lembaga jaminan yang diatur dalam ketentuan pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata pada dasarnya telah memberikan perlindungan terhadap semua kreditor dalam pelunasan piutangnya, namun berlaku sama kepada semua kreditor tanpa ada yang terlebih dahulu didahulukan. Kreditor dalam hal ini hanya berkedudukan sebagai kreditor konkuren yang tidak mempunyai hak mendahulukan dalam pelunasan utang. Hal ini tentunya tidak menimbulkan masalah apabila hanya terdapat satu kreditor yang mempunyai piutang atas diri debitor, dimana debitor tersebut akan memperoleh pelunasan dari harta benda debitor tanpa harus bersaing dengan kreditor lainnya. Keadaan yang demikian, tentunya telah cukup memberikan perlindungan bagi kreditor dalam pelunasan piutangnya apabila debitor wanprestasi. Universitas Sumatera Utara Standstill memberikan perlindungan yang baik bagi kreditor separatis dalam hal terdapat beberapa orang kreditor atas seorang debitor, dimana kreditor harus bersaing dalam memperoleh pelunasan utang debitor menurut besarnya masing- masing piutang. Dalam keadaan demikian, diperlukan perlindungan yang lebih baik di dalam pelunasan piutang untuk dapat didahulukan dari kreditor lain dan agar debitor tidak melunasi utangnya kepada kreditor tertentu saja. Perlindungan tersebut dapat diberikan apabila kreditor memegang hak atas jaminan tertentu milik debitor, yang dapat terbit dari gadai, Hak Tanggungan, fidusia, dimana terdapat benda yang diikat sebagai objek jaminan baik bergerak maupun tidak bergerak. Menurut Pasal 1150 KUH Perdata menyebutkan bahwa : “gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu benda yang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya- biaya mana yang harus didahulukan”. Ketentuan ini menegaskan bahwa apabila debitor wanprestasi, kreditor pemegang gadai mamiliki hak didahulukan dalam mengambil pelunasan dari kreditor lainnya, kecuali terhadap biaya objek jaminan dan biaya untuk menyelamatkan barang gadai. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 1 angka 1 UUHT menyebutkan bahwa : “Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda yang merupakan satu-kesatuan dengan tanah untuk pelunasan utang tersebut yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor-kreditor lainnya”. Atas ketentuan ini undang-undang tidak memberikan penjelasan lebih diutamakan dalam hal apa, tetapi dari penjelasan umum Pasal 6 UUHT dapat diartikan bahwa yang diutamakan adalah kewenangan kreditor pemegang Hak Tanggungan untuk menjual melalui pelelangan dengan hak mendahului dari kreditor lainnya serta mengambil pelunasan piutangnya dari penjualan terlebih dahulu dari kreditor lainnya tersebut. Ketentuan ini menegaskan bahwa apabila debitor wanprestasi maka kreditor pemegang Hak Tanggungan memiliki hak preferen, yaitu hak untuk didahulukan dalam pelunasan piutang terhadap hak eksekusi objek jaminan. Hak jaminan yang dimiliki oleh pemegang Hak Tanggungan dinyatakan pailit. Ketentuan ini ditegaskan dalam Pasal 21 UUHT. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Fidusia menyatakan bahwa: “jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi Universitas Sumatera Utara fidusia sebagai agunan bagi pelunasan tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya”. Ketentuan ini menegaskan bahwa fidusia memiliki hak preferen dalam pelunasan piutang terhadap penjualan objek jaminan apabila debitor wanprestasi. Hak preferen yang dimiliki oleh pemegang fidusia ditegaskan lagi dalam Pasal 27 Undang-Undang Fidusia, dimana hak preferen tersebut tidak hapus karena adanya kepailitan. Ketentuan-ketentuan tersebut diatas yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan melalui lembaga jaminan, jaminan pemegang kebendaan tidak terpengaruh dengan debitor pailit karena adanya hak separatis yang memberikan kedudukan sebagai kreditor separatis. Hak separatis tersebut diberikan kepada kreditor pemegang jaminan kebendaan dengan menempatkan benda yang dibebani dengan jaminan kebendaan tidak termasuk dalam harta pailit. Dengan demikian kreditor separatis sebagai pemegang jaminan kebendaan berhak secara penuh untuk melakukan eksekusi atas hak jaminan seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Oleh karenanya, pemegang jaminan kebendaan tidak boleh dihalangi haknya untuk melakukan eksekusi atas harta kekayaan debitor yang dibebani dengan jaminan kebendaan walaupun dalam keadaan debitor pailit. Penangguhan pelaksanaan hak separatis ini terjadi demi hukum tanpa perlu dimintakan terlebih dahulu apa yang menyebabkan kreditor pemegang jaminan kebendaan tidak dapat mengeksekusi benda yang dibebani dengan hak-hak kebendaan tersebut, yang merupakan ciri dari jaminan kebendaan sebagai jaminan Universitas Sumatera Utara pelaksanaan eksekusinya. Penangguhan pelaksanaan hak separatis sejak putusan pernyataan pailit tersebut mengakibatkan objek jaminan kebendaan berada dalam pengurusan dan pengawasan kurator. Ini dapat diartikan bahwa selama berlangsungnya penangguhan tersebut objek jaminan kebendaan merupakan harta pailit. 162 Sehubungan dengan tidak dilaksanakannya hak eksekusi oleh kreditor pemegang jaminan kebendaan dalam jangka waktu 2 dua bulan sejak insolvensi maka kreditor separatis tidak berwenang lagi mengeksekusi hak jaminannya, dimana kewenangan tersebut diambil alih oleh kurator. Kurator harus menuntut diserahkannya kebendaan yang dijaminkan untuk dijual tanpa mengurangi hak pemegang hak tersebut untuk memperoleh hasil penjualan agunan tersebut. Hal ini sebagaimana ditentukan dalam Pasal 59 ayat 2 UUKPKPU. Undang-Undang Kepailitan di satu sisi mengakui hak separatis dari kreditor pemegang jaminan kebendaan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 56 ayat 1 UUKPKPU, tetapi disisi lain mengurangi hak separatis tersebut dengan penangguhan pelaksanaan hak tersebut selama 90 sembilan puluh hari sejak pernyataan pailit. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas antara Peraturan Lembaga Jaminan Kebendaan dengan Undang-Undang Kepailitan menimbulkan ketidakserasian pengaturan mengenai hak jaminan kebendaan tersebut, padahal seharusnya keduanya harus 162 Hasil Wawancara dengan Bapak Tan Kamello, Dosen dan Guru Besar Tetap pada Universitas Sumatera Utara, pada tanggal 17 Mei 2010. Universitas Sumatera Utara sejalan. Masalah-masalah kepailitan mengenai kedudukan pemegang jaminan kebendaan berdasarkan hukum kepailitan yang berlaku haruslah memperhatikan asas- asas jaminan kebendaan dan asas-asas hukum perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata, karena KUH Perdata masih mendasari hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, suatu peraturan kepailitan seyogyanya menganut falsafah dan memuat asas yang mengakui hak separatis dari kreditor pemegang jaminan kebendaan, asas eksekusi dan asas hak untuk didahulukan. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan permasalahan dalam penerapannya bagi pihak- pihak yang berkepentingan khususnya bagi kreditor. 163

B. Kewenangan Kreditor Separatis dalam Mengeksekusi Jaminan Utang