Hambatan-Hambatan yang ditemui dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit

C. Hambatan-Hambatan yang ditemui dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit

a. Hambatan Eksternal

Pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dilakukan oleh pihak kurator dan diawasi oleh Hakim Pengawas, tidak selamanya berjalan dengan baik dan benar. ”Hal ini selalu disertai dengan adanya kendala atau hambatan eksternal yang terjadi dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit tersebut”. 167 1. Lambatnya Penetapan Tentang Pernyataan Pailit Debitor Yang Dikirimkan Oleh Pengadilan Niaga Kepada Kurator. Dalam hal lambatnya penetapan tentang pernyataan pailit yang dikirim oleh Pengadilan Niaga kepada kurator Balai Harta Peninggalan sehingga sering penetapan tersebut diambil oleh pihak kurator sendiri ke Pengadilan Niaga untuk menghindari keterlambatan tersebut. ”Keterlambatan tersebut terjadi sampai 6 enam hari, bahkan lambatnya penyerahan penetapan pernyataan pailit dari Pengadilan Niaga kepada kurator pernah terjadi hingga 3 tiga tahun”. 168 Hal tersebut terjadi karena Pengadilan Niaga lalai atau keterlambatan dalam membuat salinan putusan 167 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. 168 Hasil Wawancara dengan M. Sueb Soeparno, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Jakarta, pada tanggal 4 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara oleh Panitera Pengadilan Niaga. 169 Sebenarnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9 UUKPKPU yang menyatakan bahwa, maka pihak kurator dapat melaksanakan ketentuan dari Pasal 41 UUKPKPU yang menyatakan bahwa : a. Untuk kepentingan harta pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. b. Pembatalan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor. c. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 adalah perbuatan hukum debitor yang wajib dilakukan berdasarkan perjanjian danatau karena undang-undang. Mengenai lambatnya penetapan tentang pernyataan pailit debitor yang dikirimkan oleh Pengadilan Niaga kepada kurator, maka dalam hal tersebut pihak kurator berusaha langsung mendatangi Pengadilan Niaga setempat dan mengambil salinan putusan pernyataan pailit tersebut. ”Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pengumuman di Berita Negara dan Surat Kabar Harian berdasarkan ketentuan pasal 15 ayat 4”. 170 2. Ketidakcermatan Pengadilan Niaga Dalam Memeriksa Harta Kekayaan Dari Debitor Pailit 169 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peniinggalan Medan, pada tanggal 05 April 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. 170 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peniinggalan Medan, pada tanggal 15 April 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. Universitas Sumatera Utara Pengadilan Niaga terkadang tidak cermat memeriksa apakah ada atau tidak harta kekayaan dari debitor pailit, sehingga hal tersebut akan menimbulkan kesulitan bagi kurator untuk melaksanakan tugasnya dalam hal penyegelan barang-barang milik debitor pailit yang merupakan bagian dari harta pailit. Dalam hal Pengadilan Niaga tidak cermat atau tidak mengetahui bahwa sebenarnya debitor pailit masih memiliki harta kekayaan, maka penetapan untuk penyegelan tidak akan dikeluarkan oleh pihak Pengadilan Niaga sewaktu pengiriman putusan pernyataan pailit debitor kepada kurator. Namun ternyata, harta kekayaan debitor pailit masih ada sehingga kurator akan meminta kembali penetapan dari pengadilan untuk melakukan penyegelan dan hal ini akan membutuhkan waktu lagi untuk menunggu keluarnya penetapan tersebut. ”Penetapan Pengadilan tersebut bertujuan untuk menunjang tugas kurator yang akan melakukan penyegelan sehingga harta pailit tentunya akan terjaga dari segi kualitas dan kuantitasnya”. 171 Pada dasarnya setiap putusan pernyataan pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga terhadap debitor tidak secara terperinci menyebutkan harta kekayaan dari debitor pailit, karena memang putusan pernyataan pailit tersebut hanya didasarkan pada kreditor-kreditor dua atau lebih kreditor yang mengajukan kepailitan terhadap debitor sedangkan kreditor lainnya belum tentu mengajukan gugatan kepailitan, maka dari itu pihak kurator akan berusaha melakukan penyegelan terhadap semua harta kekayaan debitor pailit, baik yang telah disebutkan dalam 171 Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Universitas Sumatera Utara putusan pernyataan pailit ataupun tidak, asalkan harta kekayaan tersebut milik atau kepunyaan dari debitor. Disinilah perlunya eksistensi dari kurator sementara yang berperan aktif dan wajib mengusulkan penyegelan harta kekayaan si debitor pailit. Bila terpaksa dinyatakan pailit bila kurator sementara tidak ada ambtshalve diperintahkan oleh hakim saat pra pernyataan pailit supaya kurator yang ditunjuk dapat lebih berperan serta menyelamatkan budel pailit dengan cara dengan menyerahkan berita acara penyegelan kepada kurator pada saat putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga. Untuk kondisi di atas Pengadilan Niaga yang memeriksa dan memutus permohonan pailit hendaknya lebih cermat dan transparan dalam memeriksa bukti- bukti asset-asset pailit sebelum menetapkan pernyataan pailit sesuai dengan prinsip akuntabilitas, yang menghendaki setiap pelaksana kekuasaan, apakah itu penentuan kebijakan, pengambilan keputusan dan sebagainya, harus dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini penting untuk menghindari adanya penyalahgunaan kekuasaan abuse of power. Prinsip keterbukaan ini menjadi penting untuk meminimalisasi penyalahgunaan kekuasan. Prinsip keterbukaan yang tersirat dalam Pasal 8 ayat 7 UUKPKPU adalah bahwa setiap putusan pernyataan pailit yang diputuskan oleh Pengadilan Niaga harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum agar masyarakat atau siapapun yang berkepentingan dengan putusan pailit tersebut mengetahui akibat yang ditimbulkan Universitas Sumatera Utara dari pailitnya debitor sehingga pihak-pihak yang terkait dengan pailitnya debitor tidak dapat dirugikan. Hal lain dalam masalah pengurusan dan pemberesan harta pailit yang berkaitan dengan instansi terkait khususnya pihak bank selaku kreditor separatis, kadang kala terjadi pihak bank tidak kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan oleh kurator, dalam proses pengalihan asset pailit kepada pembeli yang akan melakukan balik nama ke Badan Pertanahan Nasional yang menetapkan syarat harus adanya surat roya dari pihak bank selaku pemegang Hak Tanggungan. Di satu sisi kurator harus bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang dilakukan seperti menjual asset pailit, dan harus membantu dalam proses penyelesaian administrasinya kepada pihak pembeli sebagaimana diatur oleh ketentuan dan peraturan misalnya harus di roya dengan surat roya dalam sertifikat dalam buku tanah, hal mempermudah dalam proses balik nama sebagaimana disebutkan di atas, tapi adakalanya pihak bank tidak mau mengeluarkan surat tanda pelunasan bahwa kreditnya sudah lunas agar dapat diroya dengan surat roya dalam sertifikat dan buku tanah oleh Badan Pertanahan Nasional sehingga proses balik nama mudah dilakukan sebelum kurator menyerahkan atau membayarkan tagihan pihak bank, sementara kurator baru dapat melakukan pembayaran tagihan kreditor setelah adanya persetujuan dari Hakim Pengawas. Hal-hal seperti ini yang menjadi kendala bagi kurator dalam melakukan tugas pemberesan. Balai Harta Peninggalan harus mencarikan jalan keluar karena jika tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut maka dapat menimbulkan ke tidak Universitas Sumatera Utara percayaan masyarakat, terutama pihak pembeli. Di sini kurator dapat meminta jasa Notaris untuk membuat Cover Note Notaris atau membuat akta Perikatan Jual Beli lunas atau Perikatan Jual Beli langsung agar kurator dapat membantu pembeli dalam proses balik nama. Hal tersebut terungkap dalam hasil wawancara dengan nara sumber yakni Bapak Syuhada, sebagai salah satu kurator pada Balai Harta Peninggalan Medan, yang menyatakan bahwa : Kadang kala dalam hal melakukan pengalihan asset Balai Harta Peninggalan dihadapkan pada masalah birokrasi, misalnya, asset pailit yang dijual dibawah tangan dalam proses balik nama pembeli di persyaratkan adanya surat roya, tetapi disisi lain pihak bank tidak dapat memberikan roya tersebut sebelum pihak Kurator membayarkan tagihan-tagihan bank, sehingga keadaan ini akan menyulitkan bagi Kurator. 172 “Untuk menyikapi hal ini maka dapat diminta kepada Notaris dimungkinkan untuk dibuat akta Pengikatan Jual Beli Lunas sebagai pegangan pembeli akta pengikatan jual beli lunas ini dapat dijadikan dasar kepada kurator untuk meminta ijin khusus dari Hakim Komisaris kepada kurator guna membayarkan lebih dahulu tagihan Bank yang bersangkutan, mendahului lahirnya daftar pembagian yang akan dibuat kurator purna penjualan dimaksud.” 173 Hal-hal tersebut diatas pernah terjadi pada saat Balai Harta Peninggalan Medan selaku kurator melakukan pemberesan terhadap PT. Aneka Surya Agung, dan ini terjadi dengan PT. Bank Negara Indonesia 1946 Cabang Medan sebagai kreditor separatis dalam pailit tersebut. 172 Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum Pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. 173 Hasil Wawancara dengan Syahril Sofyan, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan di Makasar, pada tanggal 16 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara 3. Debitor Tidak Kooperatif Terhadap Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Tidak jarang juga debitor tidak koorperatif terhadap Balai Harta Peninggalan selaku kurator pailit dalam menginventarisir harta pailit. Hal ini mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam menelusuri keberadaan dari harta pailit tersebut. Di samping itu, berkaitan dengan hal tersebut sering juga dijumpai debitor yang melarikan diri pada saat permohonan pailit sedang diproses di Pengadilan Niaga, maupun setelah keluarnya putusan pailit. Dalam hal jika terjadi hal seperti itu, maka Hakim Pengadilan Niaga berhak untuk mengeluarkan keputusan permohonan pernyataan pailit beserta penetapan untuk penahanan sementara bagi debitor pailit sampai proses kepailitan berakhir atau yang biasa disebut dengan paksa badan gijzeling. ”Gijzeling merupakan suatu upaya hukum yang disediakan untuk memastikan bahwa debitor pailit, atau direksi dan komisaris dalam hal yang pailit adalah perseroan terbatas, benar-benar membantu tugas-tugas kurator dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit”. 174 Dalam prakteknya gijzeling tidak dilaksanakan oleh pengadilan mengingat biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit karena “biaya gijzeling biaya penahanan akan dibebankan kepada harta pailit sebagai utang harta pailit” 175 .

b. Hambatan Internal

174 Hadi Shuban, Hukum Kepailitan, Op.Cit, hlm. 179. 175 Pasal 93 ayat 5 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran utang. Universitas Sumatera Utara Selain hambatan-hambatan eksternal yang telah disebutkan sebelumnya, maka pihak Balai Harta Peninggalan juga mempunyai hambatan-hambalan internal dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. 1. Tempat Penyimpanan Harta Pailit Berkaitan dengan penyimpanan harta pailit, maka pihak Balai Harta Peninggalan selaku kurator pemerintah dalam kepailitan sering mengalami kendala dalam hal penyimpanan harta kekayaan debitor pailit sebagai harta pailit karena pihak Balai Harta Peninggalan tidak memiliki tempat khusus untuk penyimpanan tersebut. Sebagai contoh, ”harta pailit tersebut berupa barang-barang bergerak atau alat-alat berat seperti sepeda motor, mobil, bus, truk, traktor, forklift, ekskavator, kontainer, kapal laut, pesawat, helikopter dan sebagainya”. 176 “Di Medan tempat penyimpanan harta pailit belum ada.” 177 Dalam hal ini, seandainya pihak Balai Harta Peninggalan membuat atau menyediakan tempat khusus untuk barang-barang bergerak tersebut, maka akan timbul masalah bagaimana biaya yang akan dikeluarkan untuk penyimpanan atau penyediaan tempat khusus tersebut. ”Jika biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan atau penyediaan tempat khusus tersebut ditambah lagi biaya perawatan tempat penyimpanan khusus tersebut dibebankan kepada harta pailit, maka biaya tersebut 176 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. 177 Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 18 April 2010. Universitas Sumatera Utara jumlahnya begitu besar dan ditakutkan akan menimbulkan kerugian pada harta pailit karena pembagian harta pailit tidak akan mencukupi lagi untuk para kreditor”. 178 Pengantisipasian hambatan internal diatas mengenai tempat penyimpanan harta pailit tersebut, maka pihak kurator bisa memanfaatkan rumah tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik negara yang berada di Lembaga Permasyarakatan setempat atau tempat lainnya yang dianggap bisa untuk menampung benda-benda bergerak yang merupakan harta pailit dan juga bisa memanfaatkan gudang atau gedung ataupun rumah yang juga merupakan asset atau harta kekayaan milik debitor pailit yang dimanfaatkan untuk hal tersebut. Hanya saja untuk pengamanan gudang atau gedung ataupun rumah yang merupakan harta pailit dan sekaligus dijadikan tempat penyimpanan benda-benda bergerak dari harta pailit dikeluarkan biaya untuk hal tersebut. 179 2. Sulitnya Pengawasan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Mengenai pengawasan harta pailit oleh Balai Harta Peninggalan selalu berkaitan dengan masalah tempat penyimpanan harta pailit. Hal ini dikarenakan sering dijumpai harta pailit tersebut seperti barang-barang bergerak yang letaknya jauh dari kantor Balai Harta Peninggalan sehingga mengakibatkan akan sulit untuk 178 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. 179 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 25 Juni 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. Universitas Sumatera Utara mengawasinya. ”Seandainya Balai Harta Peninggalan mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan barang-barang bergerak tersebut, tentu akan lebih mudah mengawasinya sehingga kuantitas dan kualitas dari barang-barang bergerak tersebut akan lebih terjaga”. 180 Sementara untuk jenis harta pailit berupa barang-barang tidak bergerak seperti rumah, tanah, gedung, pabrik dan sebagainya, maka untuk barang-barang tidak bergerak tersebut memang harus ditinjau langsung ke tempat dimana lokasi barang- barang tidak bergerak itu berada. Untuk hal tersebut dibutuhkan biaya yang cukup besar dan kurator Balai Harta Peninggalan untuk mengawasi dan mengurus harta pailit yang lokasinya berada jauh dari kantor Balai Harta Peninggalan. Dalam hal tersebut, sering terjadi pencurian terhadap asset pailit seperti rumah yang materialnya hilang sebagai contoh pintu, atap, jendela, pagar dan sebagainya. ”Dengan demikian, maka untuk itu dibutuhkan tenaga pengamanan dari pihak lain untuk menjaga asset pailit tersebut dan hal itu pasti membutuhkan biaya yang cukup besar”. 181 Pengantisipasian hambatan internal mengenai pengawasan harta pailit oleh Balai Harta Peninggalan selaku kurator pemerintah dalam kepailitan, maka hal tersebut identik dengan pengamanan seluruh asset atau harta pailit dan hal ini dipercayakan pihak kurator kepada pihak lain seperti pihak Kepolisian dan Satuan 180 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. 181 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. Universitas Sumatera Utara Pengaman dengan membayar biaya atau upah pengamanan. Jadi pada dasarnya untuk menjaga agar asset atau harta pailit tersebut tidak hilang, maka biaya pengawasan atau pengamanan harus tetap dikeluarkan. 3. Sulitnya Penjualan Harta Pailit Dalam melakukan pemberesan, Balai Harta Peninggalan juga mengalami kendala yang berkaitan dengan penjualan harta pailit. Berdasarkan Pasal 185 UUK PKPU, bahwa penjualan harta pailit pertama sekali dilakukan secara lelang oleh pihak kurator dengan melakukan pengumuman di 2 dua Surat Kabar Harian Nasional. Dan hal tersebut akan membutuhkan biaya yang cukup besar, karena untuk 1 satu objek harta pailit yang mau dilelang dan dicantumkan di 1 satu Surat Kabar Harian Nasional membutuhkan biaya paling kecil sebesar Rp. 3.000.000,- tiga juta rupiah, jadi untuk 2 dua Surat khabar Harian Nasional membutuhkan biaya Rp. 6.000.000,- enam juta rupiah, apabila lelang pertama tidak berhasil maka akan dilakukan lelang ulang, dan lelang ulang dilakukan sampai 3 tiga kali lelang, sehingga akan menghabiskan dana Rp. 18.000.000,- delapan belas juta rupiah hanya untuk biaya iklan di Surat Kabar saja. 182 Sementara jika asset pailit tersebut dijual secara di bawah tangan, maka akan sulit mendapat harga yang diharapkan atau melebihi harga pasar, dan jika asset pailit tersebut dijual di bawah dari harga pasar maka dapat mengakibatkan kerugian budel 182 Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 18 April 2010. Universitas Sumatera Utara pailit, dalam hal ini juga akan merugikan para kreditor dalam pembagian harta pailit bagi para kreditor. ”Penjualan harta pailit baik secara lelang maupun secara di bawah tangan juga berkaitan erat dengan moral dari kurator Balai Harta Peninggalan”. 183 Dalam menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit berlaku asas bersikap sebagai bapak yang baik terhadap harta pailit. Hal ini berarti bahwa Balai Harta Peninggalan harus terus berusaha untuk mendapat harga yang pantas untuk kepentingan kreditor. Namun karena harta pailit tersebut dinilai oleh pihak penaksir, maka terkadang hal ini menimbulkan kesempatan untuk melakukan suatu penyimpangan dalam bentuk permainan harga terhadap budel pailit. Dalam hal tersebut, Hakim Pengawas tidak dapat mengawasi sepenuhnya jalan atau proses penjualan harta pailit baik secara lelang atau secara di bawah tangan. ”Dan oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa penjualan budel pailit atau harta pailit tersebut berkaitan erat dengan moralitas atau kejujuran dari pihak kurator atau Balai Harta Peninggalan”. 184 Dengan demikian, dari beberapa hambatan yang telah diutarakan di atas, maka hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit oleh Balai Harta Peninggalan antara lain: 183 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. 184 Hasil Wawancara dengan Syuhada, Anggota Teknis Hukum Pada Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 29 Maret 2010. Universitas Sumatera Utara 1 Keputusan pailit terlambat disampaikan kepada kurator oleh Pengadilan NiagaNegeri. Keterlambatan ini mengakibatkan keterlambatan beberapa hal yaitu: a. Terlambat pengumuman pailit di surat kabar dan berita negara; b. Terlambat rapat kreditor dan verifikasi; c. Tidak Melaksanakan penyegelan dan penyitaan terhadap asset-asset pailit. Jika demikian akan memberi kesempatan kepada debitor pailit mengalihkan asset-asset pailit kepada pihak lain yang dapat merugikan kreditor. 2. Dalam mencari dan data asset-asset pailit, kurator selalu mengalami kesulitan dikarenakan hampir semua pailit yang ditangani dan diselesaikan, debitor pailit sangat sulit kerjasama dengan kurator, bahkan debitor sulit dicari dan dihubungi dan pada umumnya pergi meninggalkan kediaman atau tempat tinggalnya. Dan tidak sedikit yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang DPO. 3. Kurator dalam melaksanakan pelelanganpenjualan asset-asset pailit banyak mengalami kesulitan, antara lain: a. Kalau dilakukan melalui pelelangan oleh kantor lelang negara, pejabat lelang kurang memahami peraturan-peraturan kepailitan dengan demikian terlambat untuk pelaksanaan lelang. b. Jika dilakukan penjualan di bawah tangan atau di hadapan Notaris, maka Notaris sebagai pembuat akte, juga kurang memahami dan menguasai peraturan-peraturan kepailitan, sehingga Notaris ada yang menolak karena tidak berani untuk membuat akte pengikatan jual beli terhadap asset pailit tersebut. c. Dalam hal penaksiran harga, jika tim atau pihak penaksir berasal dari instansi pemerintah, seperti untuk tanah dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional dan untuk bangunan dilakukan oleh pihak Tata Kota, maka tim atau pihak penaksir dari instansi pemerintah tersebut melakukan proses penaksiran dengan sangat lambat dan tak jarang mereka menolak dengan alasan bahwa hal tersebut tidak ada dalam tugas pokok mereka. Sedangkan apabila penilaian untuk asset pailit tersebut diserahkan kepada pihak swasta atau konsultan penaksir akan memerlukan dana untuk biaya pembayaran konsultan penaksir dan juga biasanya harga penilaian dari konsultan penaksir terhadap asset-asset pailit terlalu tinggi mahal sehingga dalam melaksanakan penjualanpelelangan kurator mengalami kesulitan, karena tidak ada yang sanggup membelinya. Sedangkan kalau harga penjualan di bawah harga taksir maka akan merugikan budel pailit, dan kalau pun Universitas Sumatera Utara dilaksanakan memerlukan persetujuan dari Hakim Pengawas, sehingga ini akan memperlama dalam pemberesan harta pailit. d. Pada umumnya asset-asset pailit berupa barang-barang tetap seperti tanah dan bangunan telah dijadikan jaminan kridit di bank, maka dengan demikian surat-surat kepemilikan asset tersebut dikuasai dan disimpan oleh pihak bank yang bersangkutan dan untuk mendapatkan surat-surat tersebut dari bank tidak mudah memberikannya begitu saja kepada pihak kurator dan hal tersebut memerlukan negosiasi-negosiasi dan usaha-usaha untuk meyakinkan pihak bank. Meskipun sebenarnya dalam ketentuan kepailitan, bank adalah sebagai kreditor separatis. e. Terhadap asset-asset pailit berupa barang bergerak yang dijadikan jaminan seperti jaminan fidusia, gadai, hipotik maupun yang tidak dijaminkan, sulit dikuasai seluruhnya oleh kurator. Hal ini dikarenakan asset-asset tersebut sudah dialihkan kepada pihak lain sedangkan pihak- pihak tersebut tidak dapat ditemui karena tidak diketahui alamat tempat tinggalnya. 185 Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas diharapkan kepada seluruh instansi terkait terutama pihak bank yang sering terkait menjadi kreditor separatis dalam kepailitan dapat memahami ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan di dalam pemberesan yang dilakukan oleh kurator, sehingga permasalahan- permasalahan seperti diatas dapat segera diatasi dan kedepannya tidak terulang kembali atau tidak mempersulit tugas-tugas kurator dalam melakukan pemberesan terhadap harta pailit. Terhadap tidak kooperatifnya debitor pailit, dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit maka Balai Harta Peninggalan sebagai kurator harus melakukan langkah-langkah persuasif, meningkatkan koordinasi dan hubungan yang 185 Hasil Wawancara dengan Amri Marjunin, Mantan Ketua Medan Balai Harta Peninggalan, pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat Wawancara dilakukan masih menjabat Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. Universitas Sumatera Utara efektif dengan instansi terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengurusan dan pemberesan harta pailit dan juga tetap melakukan sosialisasi terhadap instansi-instansi yang selalu berhubungan dengan adanya kepailitan tersebut, sebagai contohnya dengan mengadakan seminar-seminar yang berkaitan dengan kepailitan dan mengundang instansi-instansi tersebut. Demikian hambatan secara eksternal dan internal yang dihadapi oleh Balai Harta Peninggalan selaku kurator dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit yang pada akhirnya menyebabkan tujuan pengurusan harta pailit secara cepat, efisien dan efektif menjadi terhambat dan keadaan diam atau standstill yang ditetapkan dalam jangka waktu 90 sembilan puluh hari jadi tidak dapat dipenuhi.

D. Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Separatis dalam Keadaan Diam Standstill