BAB III PROSES DAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT
PADA PERBANKAN DI INDONESIA
A. Proses dan Tata Cara Pengajuan Kredit
Adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kredit perbankan sehingga merupakan rambu-rambu yang harus dipatuhi
mengingat kredit mengandung resiko kegagalan atau kemacetan pelunasan, maka kegitan perkreditan perlu dikelola secara baik. Oleh karena itu diperlukan
adanya pola pengelolaan kredit yang baik sehingga lazim disebut sebagai manajemen kredit yang mencakup berbagai aspek antara lain:
43
1. Organisasi dan tata kerja perkreditan bank
Organisasi perkreditan pada bank mencakup kedudukan dan fungsi satuan kerja bagian kredit pada perbankan, uraian pekerjaan, batas kewenangan dan
sebagainya. Satuan kerja dibidang perkreditan dapat meliputi satuan kerja pemberian kredit, satuan kerja administrasi kredit dan satuan kerja pengawasan
kredit dan penanganan kredit bermasalah. Pemisahan perangkat kerja tersebut umumnya disesuaikan dengan kondisi kantor masing-masing perbankan maupun
tingkat penyaluran kredit yang diberikan 2.
Perencanaan Kredit Bank harus membuat suatu perencanaan kredit yang baik sesuai dengan
kondisi bank. Perencanaan kredit yang dimaksudkan meliputi target kredit, target
43
M Bahsan, Op Ct Hal 112-117
Universitas Sumatera Utara
nasabah serta target penyaluran dan penanganan kredit bermasalah serta sektor ekonomi mana yang akan menjadi fokus dalam pembiayaan
3. Proses Penilaian dan Keputusan Kredit
Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur harus segera diproses melalui penilaian untuk selanjutnya diberikan keputusannya oleh bank.
Penilaian terhadap kelayakan tersebut diwujudkan dalam suatu analisis kredit yang memenuhi ketentuan ataupun peraturan internal dari masing-masing
perbankan tersebut. Analisis kredit memuat penilaian tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan calon debitur, diantaranya adalah aspek hukum, teknis produksi,
pemasaran, keuangan, manajemen dan organisasi, sosio ekonomi, lingkungan hidup dan jaminan serta resiko. Analisis kredit tersebut merupakan pedoman bagi
perbankan dalam mengukur jenis kredit, kelayakan debitur dan sebagainya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, bank kemudian dapat
memberikan keputusan kepada calon debitur apakah menolak atau menyetujui permohonan kredit yang diajukan tersebut. Pemberian keputusan persetujuan
ataupun penolakan harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang memutus dan segera diberitahukan kepada calon debitur. Apabila keputusan yang diberikan
berupa persetujuan, maka harus segera ditindaklanjuti pelaksanaannya. Dalam hal kelayakan penilaian kualitas debitur, maka terdapat beberapa
prinsip yang dilakukan oleh bank. Prinsip-prinsip tersebut dikenal dengan nama prinsip 5 C yang terdiri atas Character karakter, Capacity kemampuan
mengembalikan total
keseluruhan pinjamanutang yang telah disyaratkan, Collateral jaminan, Capital modal, dan Condition situasi dan
Universitas Sumatera Utara
kondisi.
44
Bagi perbankan, nasabahdebitur yang memenuhi kriteria 5C adalah orang yang sempurna untuk mendapatkan Pembiayaan. Bank melihat orang yang
mempunyai karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman bagaikan
melihat sebuah mutiara. Orang seperti ini adalah nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau orang yang layak mendapatkan penyaluran kredit. Singkatnya
debitur yang mempunyai 5C yang baik adalah manusia yang ideal, menurut kriteria bank.
45
a. Character
Adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga
maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan
willingness to pay. Untuk mengetahui watak seseorang dapat diketahui dengan mengetahui
ciri-ciri debitur tersebut seperti misalnya apakah termasuk peminum minuman keras, suka berjudi, suka menipu dan lain sebagainya. Untuk itu petugas analisis
wajib mencari berbagai informasi mengenai watak debitur misalnya dengan cara mencari informasi ke tetangga ataupun kepala desa setempat. Meskipun analisa
dari berbagai aspek, bank perlu juga memperhatikan watak debiturnya karena watak debitur yang jelek maka resiko kredit juga akan semakin besar karena
44
Hendi Hidayat dalam http:ngenyiz.blogspot.com200902prinsip-pemberian-kredit- 5c-principle.html
45
Syamsu Iskandar, Op Cit Hal 121
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan kredit tersebut akan dipergunakan tidak sesuai dengan tujuan perjanjian kredit.
b. Capacity
Merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha business record,
sejarah perusahaan yang pernah dikelola pernah mengalami masa sulit atau tidak, dan bagaimana mengatasi kesulitan. Capacity ini merupakan ukuran dari ability
to pay atau kemampuan dalam membayar. Debitur yang baik akan selalu memikirkan mengenai pembayaran kembali hutang-hutangnya sesuai waktu yang
ditentukan. c.
Capital Adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya.
Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari
kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
d. Collateral
Adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan
paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan- pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan
jaminan. Fungsi jaminan juga diperuntukkan untuk memberi hak dan kekuasaan
Universitas Sumatera Utara
kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang jaminan tersebut bilamana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.
e. Condition of economy
Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha
yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon pelanggan. Dengan kata lain
perlu mempertimbangkan antara faktor kondisi ekonomi pada kurun waktu pemberian kredit. Sebagai contoh disaat terjadinya konversi minyak tanah ke gas
dimana sektor rumah tangga sudah jarang menggunakan minyak tanah, maka sangat menimbulkan resiko apabila melemparkan kredit kepada para pengecer
minyak tanah. Selain memperhatikan hal-hal di atas, Munir Fuadi mengemukakan bank
harus pula mengetahui mengenai tujuan penggunaan kredit dan rencana pengembangan kreditnya. Bank dalam memberikan kredit, selain menerapkan
prinsip 5C, juga menerapkan prinsip 7P, antara lain
46
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkahlakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan dalam menghadapi suatu masalah.
46
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996,
Hlm. 14-21
.
Universitas Sumatera Utara
b. Party Para Pihak
Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu bank sebagai pihak pemberi kredit harus memperoleh
suatu kepercayaan terhadap debitur, bagaimana karakternya, kemampuannya, dan sebagainya
c. Purpose Tujuan
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah, dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan dalam suatu
perjanjian kredit. d.
Payment Pembayaran Merupakan ukuran bagaimana cara debitur mengembalikan kredit yang
telah diambil, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diberikan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. e.
Profitability Perolehan Laba Untuk menganalisis bagaimana kemampuan debitur dalam mencari laba.
Bank harus berantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat
menutupi pembayaran kredit. Penilaian profitabilitas laba juga harus melihat kepada aspek biaya opersional usaha karena pada adasarnya laba suatu perusahaan
atau hasil usaha tidak hanya untuk diputar kembali kedalam usaha yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan namun juga mencakup kondisi ekonomi pribadi pemilik usaha tersebut.
f. Protection Perlindungan
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang, atau jaminan asuransi. Dengan adanya perlindungan seperti ini dapat membantu
meminimalisir faktor kerugian pada bank. g.
Prospect Yaitu untuk menilai usaha debitur dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, hal ini penting mengingat jika fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospect, bukan hanya pihak bank yang akan rugi
tetapi juga nasabah. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah juga tetap harus memperhatikan aspek situasi dan pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan
datang. Kegiatan pemberian kredit dalam praktek perbankan juga dikemukakan
Rachmadi Usman, bahwa selain menggunakan prinsip 5C dan 7P dalam memberikan kredit bank juga harus menerapkan prinsip 3R, terdiri dari.
47
a. Returns Hasil Yang Diperoleh
Yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur ketika kredit telah dimanfaatkan
dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur, artinya perolehan hasil tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, dan
sebagainya.
47
Ibid Hal 249
Universitas Sumatera Utara
b. Repayment Pembayaran Kembali
Merupakan kemampuan membayar kembali dari pihak debitur.
pembayaran kembali dari kredit yang diberikan kreditur kepada debiturnya, dengan kata lain merupakan kesanggupan debitur untuk dapat melunasi pinjaman
yang diberikan. c.
Risk Bearing Ability Kemampuan Menanggung Risiko Merupakan kemampuan debitur untuk menanggung risiko jika terjadi hal
diluar antisipasi kedua belah pihak terutama bila dapat menyebabkan kredit macet, oleh karena itu harus dipertimbangkan mengenai jaminan atau asuransi barang
atau kredit apakah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut. 4.
Pengadministrasian Kredit Tahapan selanjutnya setelah adanya keputusan tentang persetujuan kredit
adalah pengadministrasian dan pendokumentasian kredit. Dokumen perkreditan dan berbagai persyaratan kredit tersebut harus diselesaikan terlebihdahulu
sebelum debitur menarik dana yang berasal dari pinjaman kredit tersebut. Pentingnya penyelesaian terhadap pendokumentasian dan pengadministrasian
kredit sangat penting sebagai pengikatan kredit yang diberikan seperti pengikatan agunan, asuransi perkreditan dan sebagainya sehingga bank tidak seharusnya
mencairkan kredit sebelum hal-hal mengenai administrasi kredit telah diselesaikan.
5. Pengawasan Kredit
Setelah kredit disetujui dan debitur telah menarikmencairkan kreditnya, maka bank wajib menindaklanjuti dengan melakukan pengawasan terhadap kredit
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk menilai dan menganalisa manfaat kredit tersebut serta kelancaran dalam pelunasan kredit
dengan tujuan untuk mengetahui secara lebih dini permasalahan yang timbulakan timbul dalam hal kelancaran pelunasan kredit.
6. Penanganan Kredit Bermasalah
Kredit yang diberikan apabila telah dilunasi secara lancar oleh debitur dalam waktu yang telah disepakati dalam perjanjian, maka hubungan antara
debitur dan kreditur telah dinyatakan berakhir karena hak dan kewajiban masing- masing pihak telah terpenuhi. Namun pemberin kredit yang dilakukan bank bukan
berarti tidak menanggung resiko dalam hal ini adalah resiko kegagalan pelunasan. Kredit bermasalah dapat saja terjadi pada bank akan berpotensi merugikan bank
yang bersangkutan. Oleh karena itu bank selayaknya memiliki suatu prosedur operasional dalam hal penangana kredit bermasalah tersebut baik dengan jalan
penyelamatan maupun penyelesaian kredit yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank.
Kredit bermasalah dalam istilah perbankan disebut juga Non Performing Loan NPL. Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No
31147KEPDIR Tanggal 12 November 1998 memberkian penggolongan kualitas kredit yaitu sebagai berikut:
a. Lancar yaitu kredit yang pembayaran angsuran poko dan bunga secara tepat
waktu b.
Dalam Perhatian Khusus, yaitu kualitas kredit yang didalamnya terdapat tunggakan pokok dan atau bunga mencapai maksimal 90 hari
Universitas Sumatera Utara
c. Kurang Lancar, yaitu kualitas kredit yang didalamnya terdapat tunggakan
pokok dan atau bunga yang telah mencapai 90 sampai dengan 180 hari. d.
Diragukan, yaitu kualitas kredit yang didalamnya terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunganya yang telah melampau 180 hari sampai
dengan 270 hari. e.
Macet, yaitu kualitas kredit yang didalamnya terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampau 270 hari.
Berdasarkan Pasal 8 UU No 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, maka dalam menjalankan kegiatan
usahanya berupa pemberian kredit, maka bank wajib memiliki: a.
Wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untukmelunasi utangnya sesuai
dengan waktu yang diperjanjikan ayat 1 b.
Memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ayat 2
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas-azas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan
perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan
melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI No. 27162KEPDIR tanggal 31
Maret 1995. Berdasarkan SK Direksi BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris
Universitas Sumatera Utara
bank dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut :
1. prinsip kehati-hatian dalam perkreditan; 2. organisasi dan manajemen perkreditan;
3. kebijakan persetujuan kredit; 4. dokumentasi dan administrasi kredit;
5. pengawasan kredit; 6. penyelesaian kredit bermasalah.
48
Menurut Salim Secara umum prosedur pemberian kredit oleh bank sebagai berikut:
49
a. Pengajuan Berkas-berkas. Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan
permohonan kredit yang dalam suatu proposal, kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya
berisi antara lain; b.
Latar belakang perusahaan atau riwayat hidup singkat seseorang, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan
perusahaan. c.
Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi, serta tujuan lainnya
48
Andira M, Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Perkreditan Bagi Bank Umum dalam http:bankirnews.comindex.php?option=com_contentview=articleid=582:kewajiban-
penyusunan-a-pelaksanaan-kebijaksanaan-perkreditan-bank-bagi-bank- umumcatid=72:perkreditanItemid=105 Tanggal akses 06 Mei 2011
49
Salim HS , Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
d. Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini pemohon menentukan
besarnya humlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya e.
Cara Pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan sacara rinci tentang cara-cara nasabah mengembalikan kreditnya.
f. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko
terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
berkas yang diajukan sudah sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk
segera melengkapinya dan apabila sudah batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka permohonan kredit akan dibatalkan.
3. Wawancara I Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan
langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk menyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.
Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.
4. On The Spot, Merupakan Kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau
beberapa objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan, kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I.
5. Wawancara II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan
Universitas Sumatera Utara
dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran.
6. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah
kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit mencangkup: jumlah uang yang
diterima jangka waktu kredit biaya-biaya yang harus dibayar. 7.
Penandatanganan Akad Kredit Merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan, terlebih dahulu calon nasabah
menandatangani akad kredit, mengikat jaminan atau pernyataan tang dianggap perlu. Penandatangan dilaksanakan: antara bank dengan debitur secara
langsung, atau dengan melalui notaris. 8.
Realisasi Kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan. 9.
Penyaluran atau Penarikan Dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai
ketentuan dan tujuan kredit, yaitu sekaligus atau secara bertahap.
B. Jaminan Dalam Perkreditan