Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

2. Manfaat Praktis Manfaat penelitian lainnya secara praktis diiharapkan dapat menjadi rujukan ataupun referensi bagi para praktisi hukum maupun praktisi perbankan dalam hal menjadi rujukan dalam proses perkreditan maupun penyelesaian kredit bermasalahmacet di Indonesia. Manfaat praktis lainnya juga dapat sebgaai informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang pemberian kredit tanpa agunan KPUM Sumut Sejahtera pada PT Bank Sumut.

D. Keaslian Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini adalah murni hasil karya ilmiah penulis sendiri yang belum pernah dipublikasikan dimanapun juga, meskipun terdapat beberapa karya tulisan lain yang hampir serupa memuat permasalah kredit dan jaminan perkreditan seperti Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Dalam Penyelesaian Sengketa atas Kredit Macet yang Terjadi dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan Karangan Douglas Hutagalung dan Aspek Hukum Kredit Tanpa AgunanKredit Kelayakan Usaha Karangan Fitser HD Simbolon, tetapi isi dan pendekatan yang digunakan berikut analisisnya yang penulis gunakan tentu saja berbeda karena sangat berelevansi dengan beberapa peraturan-peraturan hukum normatif yang menyangkut aspek hukum pemberian kredit dan perbankan diantaranya adalah UU No 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah dirubah oleh UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Penulis juga menggabungkan materi dalam skripsi ini disertai dengan analisa terhadap contoh pemberian kredit perbankan tanpa agunan yang disebut Universitas Sumatera Utara dengan kredit sumut sejahtera di PT Bank Sumut dimana pemberian kredit tersebut ditujukan dengan fokus pada sektor usaha kecil dan diberikan tanpa adanya persyaratan agunan tambahan berupa kebendaan. Keunikan lain dari kredit tersebut adalah segmen debitur yang dituju keseluruhannya adalah perempuan. Oleh karena itu skripsi ini adalah asli dan apabila ditemukan karya ilmiah lainnya yang memiliki kesamaan satu sama lainnya maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan Kepustakaan atau kepustakaan study adalah suatu terdahulu yang berkenaan atau memiliki hubungan dengan topik yang ada secara relevan dengan menggunakan berbagai literatur atau bacaan dalam studinya. Adapun tinjauan kepustakaan ini mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1. Memberitahu khalayakpembaca tentang studi-studi atau penelitian terkait berkenaaan dengan studi topik yang sedang dilaporkan. 2. Menghubungkan suatu studi dengan dialog yang lebih luas dan berkesinambungan tentang suatu topik dalam pustaka yang diperuntukkan untuk mengisi kekurangan dan memperluas studi-studi sebelumnya. 3. Memberikan kerangka bagi suatu studi dalam pembahasan ataupun penjelasannya secara ilmiah Universitas Sumatera Utara 4. Sebagai landasan untuk membandingkan suatu studi dengan temuan-temuan lain. 11 Adapun kini yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan tentang karya ilmiah aspek hukum pemberian kredit ini terbagi dalam 3 sub bagian yaitu: 1. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Pengertian kredit menurut undang-undang No. 7 Tahun 1992 Sebagaimana yang telah dirubah oleh UU No 1 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Adapun perjanjian kredit oleh beberapa sarjana hukum dikuasai dan merujuk pada ketentuan-ketentuan KUH Perdata Bab XIII Buku III Tentang Pinjam Meminjam. Hal ini dikarenakan perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam meminjam uang menurut Pasal 1754 KUH Perdata yang menyatakan bahwa pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis pakai dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama mulai dari jenis maupun mutu yang sama pula. 12 11 Achmad Djunaedi, Penulisan Tinjauan Pustaka dalam http:www.mpkd.ugm.ac.idweblamahomepageadjsupportmaterimetlit-ia05-metlit-tinjauan- pustaka.pdf Tangal akses 06 Mei 2011 12 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung; Alfabeta, 2005 Hal 97-98 Universitas Sumatera Utara 2. Pengertian AgunanJaminan Dalam Kredit Agunan pada perkreditan di Bank menurut UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 Angka 23 adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 13 Disebut sebagai jaminan tambahan karena pada pelaksanaan pemberian jaminan bukan merupakan satu-satunya faktor dalam pemberian kredit oleh perbankan. Karakter debitur dan kelayakan usaha merupakan faktor utama dan oleh karenanya agunan sering disebut juga sebagai pengaman terakhir dalam pemberian dan pelunasan kredit. 14 Adapun bentuk-bentuk agunan lainnya berdasarkan peraturan bank Indonesia atau PBI No 9 Tahun 2007 Pasal 46 dapat berupa surat berharga atau efek di Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai, tanah atau gedung tempat tinggal yang diikat dengan hak tanggungan, mesin-mesin yang satu kesatuan dengan tanah dan juga diikat dengan hak tanggungan, pesawat udara atau kapal laut yang diikat dengan hak hipotek, kendaraan bermotor yang diikat dengan fidusia dan resi gudang yang diikat dengan hak jaminan. Bentuk-bentuk agunan sesuai dengan penjelasan Pasal 8 UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yng dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya berdasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petruk dan lain lain yang sejenis. 15 3. Resiko Perkreditan dan upaya Penyelesaian Sengketa 13 UU Republik Indonesia No 1 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 angka 23 14 M Bahsan,.O p Cit Hal 102 15 Peraturan Bank Indonesia PBI No 9 Tahun 2007 Tentang Jaminan Perkreditan Universitas Sumatera Utara Resiko perkreditan merupakan penilaian kualitas kredit yang menjadi kredit bermasalah. Adapun pengertian kredit bermasalah adalah kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit kurang lancar merupakan kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunganyang telah melampau 90 hari sampai dengan 180 hari, sedangkan kredit diragukan doubtful adalah kondisi kredit yang terdapat tunggakan pembayaran bunga dan atau pokok yang telah melampaui 180 hari sanpai dengan 270 hari 9 bulan dan kredit macet merupakan pengertian dari kredit yang terdapat tunggakan pokok telah melampau 270 hari. Didalam bisnis perbankan, kredit bermasalaha disebut juga sebagai Non Performing Loan NPL. 16 Apabila tindakan penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa penyelesaian kredit macet yang terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku atau penghapusan secara bersyarat dan hapus tagih atau penghapusan secara mutlak. Jika kemudian tindakan hapus buku juga tidak berhasil mengembalikan dana kredit yang telah Penyelamatan kredit perbankan dengan tujuan untuk menghindarkan resiko di sektor perbankan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pertama, penyelamatan kredit oleh perbankan dengan jalan penagihan, kedua penyertaan modal di bidang keuangan dan ketiga penyertaan modal sementara pada perusahaan milik debitur. 16 Sutarno, Op Cit Hal 264. Universitas Sumatera Utara disalurkan kepada debitur, maka bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui jalur litigasi proses peradilan maupun jalur non litigasi. 17 Adapun menurut Rachmadi Usman, penyelesaian kredit macet oleh bank dapat dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain penyerahan urusan kredit macet kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN, proses gugatan perdata lewat pengadilan negeri, penyelesaian melalui badan arbitrase dan penagihan oleh penagih swasta debt colecctor, sedangkan menurut Daeng Naja penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh dengan jalur litigasi dan non litigasi yang meliputi negosisasi, mediasi dan arbitrase. 18

F. Metode Penelitian