Distribusi dan Frekuensi HIVAIDS

Berdasarkan data dari Ditjen PP PL Depkes RI 2014, tercatat 5494 kumulatif kasus AIDS terjadi di 33 provinsi dan 404 kabupatenkota di seluruh Indonesia. Provinsi dengan kumulatif kasus AIDS tertinggi adalah Jawa Timur 824, Jawa Tengah 740, Bali 727, Papua 493, Nusa Tenggara Timur 389, Sumatera Barat 240, Sumatera Utara 231, Sulawesi Selatan 209, Kalimantan Timur 206 dan Riau 167. c. Berdasarkan Waktu AIDS merupakan penyakit menular yang mengglobal saat ini. Sejak pertama kali ditemukan kasus AIDS di Indonesia tahun 1987, jumlah kasus HIVAIDS yang dilaporkan di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun. Sampai dengan tahun 1990 perkembangan kasus AIDS masih lambat, namun sejak tahun 1991 jumlah kasus AIDS lebih dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Jumlah kasus AIDS di Indonesi sejak tahun 1987 hingga tahun 2013 mencapai 65.790 kasus. Berdasarkan data dari Ditjen PP PL Depkes RI 2014, trend kecenderungan jumlah kasus AIDS senantiasa mengalami peningkatan hingga tahun 2012 dan menurun pada tahun 2013 hingga 2014. Pada tahun 2009 terdapat 6.073 kasus baru, tahun 2010 meningkat menjadi 6.907 kasus baru, tahun 2011 meningkat menjadi 7.312 kasus baru, pada tahun 2012 meningkat menjadi 8.747 kasus baru, pada tahun 2013 mengalami penurunan jumlah kasus AIDS yaitu 6.266 kasus baru, dan hingga tahun 2014 menurun menjadi 5.494 kasus baru.

2. Determinan HIVAIDS

a. Agent Agent sering disebut juga dengan faktor penyebab merupakan suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Agent atau faktor penyebab pada AIDS adalah virus HIV. Hingga saat ini obat untuk membunuh virus HIV sulit ditemuakan. Hal ini dikarena virus HIV sangat mudah mengalami mutasi. Virus ini sangat muda mati ketika berada diluar tubuh atau pada temperatur 60 C selama 30 menit. Perkembangan HIV menjadi AIDS melalui 4 fase. Fase pertama, fase ini berlangsung selama beberapa minggu setelah seseorang terinfeksi virus HIV. Namun pada tes HIV penderita tidak menunjukkan terinfeksi HIV. Fase kedua, merupakan fase terpanjang dari keempat fase. Pada fase ini penderita terlihat sehat-sehat saja namun dalam tubuh penderita virus HIV sedang berkembang. Lama fase ini adalah 5-10 tahun. Virus HIV yang masuk ke tubuh menghancurkan sel CD-4 dalam tubuh yang merupakan sel darah putih yang bertugas untuk menangkal infeksi dan merupakan antibodi untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD-4 dalam darah, sistem kekebalan tubuh akan melemah dan penderita akan semakin sulit menghindari penyakit. Fase ketiga dimulai ketika tubuh penderita telah dikuasai oleh virus. Pada saat kekebalan tubuh menjadi lemah penyakit lain yang sebenarnya dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh dengan mudah menyerang penderitan yang telah terinfeksi. Gejala yang timbul pada fase ini adalah gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, infeksi jamur, diare, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk secara terus-menerus. Pada beberapa kasus dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh ini maka gejala-gejala tersebut semakin parah. Fase keempat, fase dimana penyakit yang paling ringan dapat menjadi berat. Ketika gejala-gejala penyakit menjadi parah maka pada saat itulah penderita terdiagnosa menderita AIDS. Sehingga yang biasanya diberikan adalah antivirus dengan tujuan untuk memperlambat perkembangan virus Mintarjo, 2009. b. Host Host atau penjamu adalah manusia ataupun makluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Virus HIV yang menyebar di masyarakat saat ini telah menyebar di semua lapisan masyarakat baik itu yang berisiko maupun kelompok masyarakat yang umum. Menurut Depkes, RI 2006 kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik Injecting Drug Use, kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas hubungan seksual dengan banyak mitraseksual, laki-laki yang berhubungan seks dengan sesamanya atau lelaki seks lelaki LSL, narapidana dan anak-anak jalanan, penerima transfusi darah, penerima donor organ tubuh dan bahkan petugas pelayan kesehatan juga mejadi kelompok yang rawan tertular HIV. Berdasarkan data Ditjen PP PL Depkes RI 2014, proporsi penularan HIVAIDS melalui heteroseksual sebesar 81,3, homoseksual 5,1, perinatal 3,5, IDU 3,3, biseksual 1,0, transfusi 0,2, lain-lain 0,8 dan tidak diketahui 4,8. c. Environment Envirmonment lingkungan adalah faktor diluar individu yang berupa lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Faktor lingkungan menjadi faktor yang turut mempengaruhi penyebaran AIDS. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran AIDS seperti riwayat ulkus genitalis, herpes simplek dan STT Serum Test of Syphilis.