Latar Belakang Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja di Daerah Perbatasan Indonesia-Timor Leste Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016.
Timor Tengah Utara TTU. Prevalensi kasus HIVAIDS di kedua Kabupaten ini cukup tinggi dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tingginya kasus HIVAIDS
di daerah perbatasan pada umumnya dikarenakan adanya penyelundupan barang, orang, dan napza narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dapat
berdampak pada terjadinya penyebaran HIV, yaitu melalui hubungan seksual maupun penggunaan napza suntik Hetli, dkk., 2013. Adanya penyelundupan
barang, orang, dan napza narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di daerah perbatasan dapat terjadi juga di daerah perbatasan Indonesia-Timor Letste mengingat
bahwa batas administrasi yang langsung antara Indonesia dan Timor Leste. Prevalensi kasus HIVAIDS di Kabupaten Belu berdasarkan Data Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi NTT, pada tahun 2014 tercatat jumlah kasus HIVAIDS di Kabupaten Belu sebanyak 471 kasus. Dibandingkan tahun 2013 jumlah
kasus HIVAIDS di Kabupaten Belu ini mengalami peningkatan yang cukup tajam. Dimana pada tahun 2013 jumlah kasus HIVAIDS di Kabupaten Belu baru mencapai
106 kasus P2P, Provinsi NTT, 2014. Sejak tahun 2010 dilaporkan jumlah penderita HIVAIDS lebih banyak berada
pada usia produktif yakni 20-29 tahun. Jumlah Penderita HIVADS pada usia produktif pada tahun 2010 tercatat 43,81 diantaranya penginap AIDS dan 33,81
penginap HIV KPAD NTT, 2010. Jumlah kasus penderita HIVAIDS pada usia produktif ini terus meningkat hinga tahun 2013 KPA NTT, 2013.
Tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Belu, jumlah kasus AIDS di Kabupaten TTU tertinggi pada kelompok usia produktif yaitu antara usia 20
– 29 tahun. Dimana
selama bulan Januari hingga September 2015 terdapat 16 kasus AIDS baru. Hal ini berarti penderita AIDS tersebut telah terinfeksi HIV dari usia remaja mengingat
perjalan HIV menjadi AIDS membutuhkan waktu yang tergolong lama sekitar 5-10 tahun. Oleh karena itu, remaja merupakan kelompok yang memiliki risiko yang
sangat besar terhadap terinfeksinya HIV terutama disebabkan karena pergaulan yang bebas atau penggunaan napza suntik dan penyalahgunaan obat-obat terlarang.
Melihat dari jumlah kasus HIVAIDS yang tinggi di kalangan remaja terutama pada remaja di daerah sekitar perbatasan dan besarnya risiko remaja tertular
HIVAIDS cukup tinggi serta belum ada penelitian serupa di daerah perbatasan khususnya di Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU, maka hal ini perlu untuk
dilakukan penelitian pada remaja di Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU Provinsi NTT tahun 2016.