Determinan HIVAIDS Epidemiologi HIVAIDS

Sehingga yang biasanya diberikan adalah antivirus dengan tujuan untuk memperlambat perkembangan virus Mintarjo, 2009. b. Host Host atau penjamu adalah manusia ataupun makluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Virus HIV yang menyebar di masyarakat saat ini telah menyebar di semua lapisan masyarakat baik itu yang berisiko maupun kelompok masyarakat yang umum. Menurut Depkes, RI 2006 kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik Injecting Drug Use, kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas hubungan seksual dengan banyak mitraseksual, laki-laki yang berhubungan seks dengan sesamanya atau lelaki seks lelaki LSL, narapidana dan anak-anak jalanan, penerima transfusi darah, penerima donor organ tubuh dan bahkan petugas pelayan kesehatan juga mejadi kelompok yang rawan tertular HIV. Berdasarkan data Ditjen PP PL Depkes RI 2014, proporsi penularan HIVAIDS melalui heteroseksual sebesar 81,3, homoseksual 5,1, perinatal 3,5, IDU 3,3, biseksual 1,0, transfusi 0,2, lain-lain 0,8 dan tidak diketahui 4,8. c. Environment Envirmonment lingkungan adalah faktor diluar individu yang berupa lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Faktor lingkungan menjadi faktor yang turut mempengaruhi penyebaran AIDS. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran AIDS seperti riwayat ulkus genitalis, herpes simplek dan STT Serum Test of Syphilis.

2.1.2 Cara Penularan

Pada dasarnya HIV sudah ada dalam tubuh seseorang yaitu dalam darah dan cairan penderita yang telah tertular walaupun penderita yang telah terinfeksi ini belum menunjukkan gejala. Seseorang hanya dapat terinfeksi HIV jika melakukan kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah dari penderita AIDS positif. Menurut Notoatmodjo 2011 penularan HIV melalui 3 cara yaitu : 1. Hubungan seksual, baik itu melalui vagina, oral, maupun anal dengan penderita yang telah terinfeksi. Penularan ini akan lebih cepat apabila seorang penderita yang telah terinfeksi ini memiliki penyakit kelamin seperti herpes, genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Risiko untuk terjadi penularan HIV melalui seks lebih besar melalui anal dibandingkan seks melalui vagina. 2. Kontak langsung dengan darah atau produk darah jarum suntik, seperti melalui transfusi darah atau produk darah yang telah tercemar HIV, pemakaian jarum suntik yang tidak steril atau pemakaian jarum suntik secara bersamaan dan sempritnya pada para pecandu narkotika suntik, dan penularan lewat kecelakaan serta tertusuk jarum pada petugas kesehatan. 3. Penularan secara vertikal yakni dari ibu hamil dengan HIV kepada bayinya baik itu selama kehamilan, saat melahirkan, ataupun setelah melahirkan.

2.1.3 Pencegahan HIVAIDS

Menurut Permenkes No. 21 tahun 2013 pencegahan penularan HIVAIDS dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut : 1. Pencegahan penularan HIVAIDS melalui hubungan seksual. a. Tidak melakukan hubungan seksual abstinensia pada pasangan yang belum menikah. b. Setia dengan pasangan be faithful yang berarti hanya berhubungan dengan satu pasangan saja dan tidak berganti-ganti pasangan. c. Menggunakan kondom secara konsisten condom use. d. Menghindari penyalahgunaan obatzat adiktif no drug. e. Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin Education. 2. Pencegahan penularan HIVAIDS melalui hubungan non seksual yang bertujuan untuk mencegah penularan HIV melalui darah seperti: a. Uji saring darah pendonor. b. Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non medis yang melukai tubuh. c. Pengurangan dampak buruk pada pengguna napza suntik dalam hal ini seperti: - Program layanan alat suntik steril dengan konseling perubahan perilaku serta dukungan psikososial. - Mendorong pengguna napza suntik khususnya pecandu opiat menjalani program terapi rumatan. - Mendorong pengguna napza suntik untuk melakukan pencegahan penularan seksual. - Layanan konseling dan tes HIV. 3. Pencegahan penularan HIVAIDS dari ibu ke anaknya. a. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif. b. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV. c. Pencegahan penularan HIV pada ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungan d. Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya.

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian

Remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri WHO dalam Notoatmojo 2011. Pada sebagian besar masyarakat dan budaya, masa remaja pada umumnya dimulai usia 10- 13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun Notoatmodjo 2011.

2.2.2 Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Sehingga perilaku dan gejala yang tampak pada manusia tersebut dipengaruhi oleh lingkungan ataupun genetik keturunan dan merupakan penentu perilaku manusia. Faktor keturunan yang mempengaruhi perilaku manusia adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku manusia untuk selanjutnya. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme pertemuan antara kedua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar learning process Notoatmodjo, 2011.