Karya inspirasi POHON SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN.

Menggambar adalah salah satu cara untuk mempelajari alam. Pada zamannya, Shishkin mendapat julukan sebagai “Titan of the Russian Forest,” “Forest Tsar,” “Old Pine Tree” dan “Lonely Oak,” karena tidak ada satu orang pun pada masa itu yang mampu menggambar pohon dengan sangat realistic, jujur dan tentu saja dengan perasaan yang sangat mendalam sepertinya. “Shiskin – seniman nasional, sepanjang hidupnya ia terus mempelajari tentang Russia, terutama Hutan Utara The Northern Woods, pepohonan dan semak-semak Russia. Ini adalah kerajaannya, dan disini dia tidak memiliki pesaing, dia seseorang yang unik,” Stasov. Russia, dan terutama hutan liarnya menjadi focus abadi dari karirnya yang panjang, sukses dan luar biasa. Karya Shishkin itu dianggap sebagai gambar yang mendefinisikan Russia, yang mempromosikan kegagahan Russia dalam landscape naturalnya. Sebelum Shishkin tidak ada yang menceritakan kecintaannya pada kota asalnya dan keindahan serta kelembutan alam utara. Popularitas karya-karya Shishkin yang luar biasa ini menyebar di seluruh Russia bahkan ke seluruh penjuru dunia. Karyanya menjadi karya klasik lukisan pemandangan Russia. Selama 40 tahun menggeluti dunia seni, Ivan Shishkin telah menghasilkan ratusan lukisan, ribuan studi dan gambar, serta banyak ukiran. Ini adalah contoh utama dari bakat luar biasa yang dimiliki Shishkin, dimana seniman Ivan Karmskoy, mentor ideologis The Itinerants, mengatakan betapa besarnya popularitas karya Shishkin sehingga menjadikannya fenomena sejarah seni rupa. “Dia adalah sekolah bagi dirinya sendiri, sebuah tonggak dalam evolusi landscape Russia.” Ivan Shishkin lahir di sebuah kota kecil di provinsi Yelabuga saat ini Yelabuga telah menjadi Republik Tatarstan. Ayahnya hanyalah seorang pedagang, namun memiliki wawasan yang sangat luas dan mencintai banyak benda-benda antic dan kuno, juga seorang arkeolog amatir dan penyuka cerita rakyat. dalam upaya untuk menumbuhkan minat anaknya mengenai sejarah, ayahnya mengajak Shishkin yang ketika itu masih berusia anak-anak ke penggalian arkeologi dari sebuah kerajaan kuno di Bulgaria Voga, dimana ia membantu Professor Nevostruyev dari Moskow. Pada tahun 1844, Shishkin dikirim ke sekolah Kazan. Disana ia bertemu dengan teman-teman baru yang juga menyukai seni dan gambar. Shishkin mempelajari ilmu-ilmu alam dengan sangat serius namun peraturan sekolah menghambat minat menggambar Shishkin. Hal ini menyebabkan Shishkin tidak lagi bersekolah disana semenjak liburan musim panas pada tahun 1848. Riwayat pendidikan Shishkin memberikan beberapa gambaran mengenai aktivitasnya sebagai seorang pemuda, dimana ia membebaskan diri dari sekolah yang dianggapnya hanya akan menyempitkan pemikirannya, seperti yang ia katakan bahwa ia tidak ingin menjadi pegawai. Shishkin mendapatkan pondasi dasar melukis dan patung yang baik di bawah bimbingan Mokritsky di sekolah lukis dan patung di Moskow. Shishkin selalu tertarik dengan hutan yang berada di dekat Moskow di Sokolniki. “Seorang pelukis alam adalah seorang seniman yang sempurna. Dia merasa lebih dalam dan lebih murni.” Tulis Shishkin dalam buku hariannya. Dari tahun 1856 hingga 1860, Shishkin belajar di St Petersburg Academy of Arts di bawah naungan Vorobiov. Keberhasilan seniman muda ini, dimana dia mendapatkan banyak medali emas dan perak, menguatkan harapan yang diungkapkan oleh mantan mentornya, Mokritsky, ketika ia masuk akad emi “Kami telah kehilangan seorang murid yang sangat baik, pintar, dan berbakat. Namun kita tetap bisa berharap seiring berjalannya waktu, untuk melihat dia berkembang menjadi seorang seniman hebat jika ia terus belajar dengan penuh kecintaan yang sama den gan kecintaan yang ia rasakan dulu saat di Akademi.” Sumbangsih Shishkin untuk kualitas lukisan yang menyerupai potret dalam merepresentasikan alam sudah dibuktikan dalam lukisannya yang berjudul “View of The Environs of St. Petersburg” pada tahun 1856. Pada tahun 1858-1859 Shishkin sering pergi ke pulau Valaam, dimana ia mengambil kursus musim panas. Pemandangan megah pulau Valaam mengingatkan seniman muda ini pada keindahan alam daerah Ural, tempat dimana ia menghabiskan masa kecilnya. Pada tahun 1860, dua lukisan pemandangan pulau Valaam-nya mendapatkan medali emas kelas pertama dan Shishkin juga mendapatkan hak untuk bepergian ke luar negeri. Namun Shishkin tidak terburu-buru untuk pergi ke luar negeri. Di tahun 1861 ia pergi ke Yelabuga, dimana ia melukis banyak lukisan di daerah pedesaan. Shishkin akhirnya pergi ke luar negeri pada tahun 1862. Ia menuju Berlin dan Dresden, dimana akhirnya ia tidak betah disana karena dingin. Shishkin melanjutkan ke tempat selanjutnya, yaitu Praha, tempat dimana ia sangat terkesan dengan gambar-gambar tipe Slavia, karya realis besar Ceko, Joseph Manes, pada tahun 1860-an. Pada 1863 Shishkin berkunjung ke studio pelukis dan pemahat terkenal di kota Zurich, Robert Collier. Disana ia belajar tentang teknik etsa, yang di kemudian hari ia menjelma menjadi master litografi dan etsa berkat hal itu. Pemandangan gunung di Swiss adalah ladang ide baru untuk Shishkin, dimana kemudian ia menghasilkan puluhan sketsa. Pada tahun 1865 Shishkin kembali ke Russia dan menerima gelar akademisi untuk lukisannya yang berjudul “View in the Environs of Düsseldorf.” Shishkin dengan cepat masuk ke dalam lingkaran para seniman ibukota dan menghadiri „the Thursday meetings of the Artists‟ Artel‟. “Shishkin adalah yang terhebat,” kenang Rapin. Lukisa n Shishkin “Tree-Felling” 1867, “At Sunset” 1869 and “Midday in the Outskirts of Moscow” 1869, yang ketiganya mengungkapkan tentang keindahan landscape khas Russia, memberi pertanda tentang perkembangan seni lukis di kemudian hari yang dikembangkan oleh the Society of Itinerants. Pada tahun 1870 Shishkin menjadi salah satu anggota pendiri The Society bersama dengan Karmskoy, Perov, Savrasov, Ghe dan yang lain. Ivan Karmskoy, yang menilai karya Shishkin dengan sangat tinggi dan membantunya, menulis ten tang baik buruknya karya Shishkin, “Shiskin membuat kita takjub dengan pengetahuannya, dan ketika dia menyelesaikan „landscape‟nya, seolah-olah ia berada di dalamnya, dan merupakan sebuah elemen disitu. Dengan berani dan cekatan ia melukis tanpa memikirkan bagaimana, apa dan mengapa. Saya pikir dia adalah satu-satunya diantara kita yang mengetahui alam sevara ilmiah. Shiskin adalah pondasi dalam pengembangan lukisan „landscape‟ Russia, dia layaknya satu sekolah utuh yg terdapat dalam seseorang. BAB III PEMBAHASAN DAN PENCIPTAAN KARYA

A. Konsep dan Tema Penciptaan Lukisan

1. Konsep Penciptaan Lukisan

Konsep penciptaan lukisan adalah kekaguman, kegelisahan, kemarahan,dan kesedihan terhadap hutan yang pohon menjadi elemen penting dari sebuah hutan yang diekspresikan kedalam lukisan naturalistik menggunakan media cat minyak. Pada proses visualisasi, penulis melukis secara naturalistik, sehingga menjadikan objek pada lukisan terlihat lebih nyata. Untuk mendapatkan bentuk bentuk pohon yang berbagai macam keadaannya, banyak lukisan yang menunjukkan pohon dengan berbagai keadaan, baik itu pohon yang subur, yang sudah terbakar, sudah ditebang bahkan sudah ada yang mati namun masih kembali dengan tunas mudanya, itu semua terlihat pada lukisan guna tercapainya pesan dari penulis kepada masyarakat akan pentingnya sebuah pohon yang merupakan elemen penting dari sebuah hutan. Dari keseluruhan lukisan di dominasi warna yang menunjukkan cahaya gelap kecoklatan namun, pada kondisi tertentu ada beberapa lukisan yang cenderung lebih terang dengan menyesuaikan warna asli pada objek tersebut. Untuk pemilihan objek tergantung pada menarik atau tidaknya objek secara keseluruhan ataupun objek-objek tertentu. Misalkan penulis tertarik pada pepohonan di tebang, yang dijadikan objek utama pada lukisan adalah pepohonan yang sudah tertebang dan tertumpuk dengan latar belakang pepohonan yang masih subur.

2. Tema Penciptaan Lukisan

Tema penciptaan lukisan adalah gambaran tentang keadaan-keadaan jenis pohon seperti kesuburan pohon yaitu pohon yang benar-benar subur pohon yang sudah umurnya tua bahkan lumutpun bisa hidup di permukaan pohon tersebut dengan dedaunan yang kehijau-hijauan juga ranting-ranting pohon yang menjulang kemana-mana. Hal itu mengisyaratkan bahwa pentingnya pohon untuk kelangsungan ekosistem di dalam hutan tersebut, bahkan penulis menuliskan kata- kata untuk menyampaikan pesan terhadap perlakuan kita kepada alam. Jika manusia sudah berbuat jahat kepada alam maka alam akan lebih bisa berbuat jahat kepada manusia. Begitu juga pada lukisan-lukisan selanjutnya penulis lebih menekankan kepada keadaan pohon yang yang sudah ditebang bahkan sebagian dibakar baik sengaja maupun tidak sengaja yang bisa menimbulkan kerusakan hutan pada umumnya terutama pohon sebagai elemen penting dari sebuah hutan. Ini adalah bentuk keprihatinan penulis terhadap pohon yang banyak ditebangi dibakar di rusak baik sengaja maupun tidak sengaja dengan mereka yang tidak peduli akan kelangsungan hidup manusia dan alam. Penulis menggunakan tehnik campuran yaitu menggambungkan tekhnik basah dan tekhnik kering dengan cara menggoreskan kuas secara terus menerus dan perlahan agar terbentuk sempurna, dalam mencampur warna cat terlebih dahulu dicampur pada palet, namun juga kadang dicampur diatas kanvas dan menggunakan Linseed Oil, dengan teknik ini diharapkan menemukan kehalusan bentuk dari goresan kuas.

3. Penyusunan Objek

Dalam penyusunan objek, penulis menggunakan metode observasi langsung menganalisis objek, memotret objek dengan bantuan kamera, kemudian menyeleksi gambar-gambar tersebut lalu mencocokkan dengan konsep dan tema dengan menambahkan, mengurangi, dan menghilangkan bagian-bagian objek yang tidak perlu.

B. Proses Visualisasi

1. Alat, Bahan dan Teknik

Alat, bahan serta teknik atau cara-cara pengerjaan dalam rangka menuangkan ide dan gagasan perupa kedalam sebuah lukisan merupakan hal yang penting demi menunjang proses berkarya. Setiap perupa tentu mempunyai pilihannya sendiri terhadap bahan, alat, serta teknik yang digunakannya, sebab pemilihan tersebut akan menjadi penunjang utama yang menentukan hasil pada karya lukisannya. Gambar 3: Alat dan Bahan Dokumentasi pribadi

a. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam proses penciptaan karya antara lain: 1 Pensil Penggunaan pensil disini yaitu, untuk membuat sketsa pada kertas sebagai acuan dalam mengerjakan lukisan. Pensil yang digunakan berwarna hitam ukuran 2B mempunyai sifat lunak dan tidak terlalu tebal sehingga apabila terjadi kesalahan dalam menyeket, maka akan lebih mudah dalam menghapusnya. 2 Kuas Kuas yang digunakan adalah kuas cat minyak yang memiliki berbagai ukuran, mulai dari ukuran terkecil sampai kuas ukuran besar yang terdiri dari kuas cat tembok. Kuas besar digunakan untuk mengecat dasar kanvas, serta untuk menerapkan blok-blok warna ukuran besar. Kuas ukuran sedang untuk membuat warna yang di blok sedang, dan kecil untuk membuat detail objek atau garis-garis kecil. Gambar 4: Kuas Dokumentasi pribadi 3 Palet Penggunaan palet dalam proses melukis yaitu, sebagai tempat untuk menampung cat yang telah dituangkan dan juga berfungsi untuk mencampur warna-warna cat yang diinginkan perupa. Gambar 5: Palet Dokumentasi pribadi 4 Wadah berisi Bensin Penggunaan wadah yang berisi bensin yaitu, untuk membersihkan kuas pada saat melukis atau setelah selesai melukis, supaya kuas tidak kaku dan tetap bersih sehingga bisa digunakan kembali untuk melukis. 5 Kain Lap Kain lap dalam proses melukis digunakan untuk membersihkan kuas dari sisa cat yang masih menempel pada kuas. Kain lap juga digunakan untuk membersihkan cat atau oil yang tercecer disekitar tempat melukis.