Menunggu Waktu Proses Visualisasi
pendek, serta objek berikutnya langit yang dibuat sdedikit mendramatis agar terwujudnya kesan mencekam dengan warna yang kebiru-biruan,didalam lukisan
ini warna hijau mendominasi dengan warna kecoklatan,lukisan ini menekankan pada objek pepohon yang kering kerontang yang sebagian sudah hangus bahkan
terpotong akibat sisa-sisa pembakaran, Pada lukisan ini prinsip penyusunan elemen rupa yaitu pada objek-objek
pepohonan yang sudah hangus terbakar yang membentuk suatu harmoni atau keselarasan pada tiap objeknya dengan komposisi yang tidak beraturan,
keseimbangan terlihat pada objek pohon yang tinggi dikanan dan kiri lukisan agar terlihat tidak berat antara objek satu dengan objek lainya, objek pohon yang tinggi
disisi kanan dan kiri lukisan dibuat agar terwujudnya proporsi pada objek lukisan.sedangkan pada tiga objek pohon besar di kiri lukisan menjadikan point
of interest sebagai point utama pada lukisan ini.sedang pada bagian rumput, terutama bagian rumput yang berada disekitaran pohon yang sudah hangus
tersebut warna nya sedikit kontras karena disekitaran pohon tersebut adanya ranting-ranting yang sudah membusuk menyatu dengan tanah sehingga warnya
nya kecoklat-coklatan. Dalam proses penciptaan lukisan diatas tekhnik yang digunakan sama
seperti lukisan lukisan sebelumnya yaitu menggunakan teknik campuran dengan linseed Oil, untuk objek kayu pelukis menggunakan warna warna gelap u
menciptakan kesan setelah terbakar atau hangus yaitu menggunakan warna Brown Umber, Brunt Sienna,Yellow Ochre dengan sedikit campuran White Thitanium
untuk bagian rumput pelukis menggunakan warna Yellow Ocher,Green,Sap
Green,Yellow dan White Thitanium, untuk warna langit pada lukisan ini dibuat sedikit kontras dengan objek lukisan, warna yang digunakan adalah Prussian
Blue, White Thitanium, sedikit Yellow Ochre, dan Brown Umber. Lukisan ini bertema tentang pepohonan yang sudah hangus terbakar dilahan
yang sangat luas seluas mata memandang pohon yang sudah hangus sisa pembakaran hutan, Disinilah lukisan berjudul Sisa Pembakaran menyuguhkan
deskripsi yang hampir mutlak tentang kepedihan kehilangan unsur kehidupan. Pepohonan menyediakan pasokan udara bersih kepada seluruh manusia dimana
lukisan ini berbicara sebaliknya. Tampak tidak adanya rasa memiliki hutan raya oleh keserakahan berlebih dari manusia. Entah terbakar atau dibakar, tidak ada
yang tahu. Kenyataanya habislah sudah, jika boleh berandai, kita sedang melihat mayat bergelimpangan. Ayolah, apa bedanya dengan korban tsunami atau gempa.
Itu manusia. Tinjauan antroposentris seringkali menjadikan manusia sebagai subjek pelaku, pemerkosa, dan penjambret yang tidak pernah salah soal
memperlakukan alam seenaknya. Berdalih benda mati, lantas membakar dibenarkan untuk sekedar perluasan lahan tanam. Kurang makan rupanya manusia
ini hingga pikirnya abai pada ciptaan yang maha kuasa. Harusnya bersyukur dengan menjaga tapi apalah daya perut lapar dilawan.