Implikasi Keterkaitan Hubungan Antara Pola Pengasuhan dan Ego

82 lain yang memengaruhi identitas. Hal tersebut sesuai dengan penghitungan bahwa variabel pola pengasuhan memberikan sumbangan sebesar 18,9 yang berarti masih ada 81,1 faktor lain yang mempengaruhi ego identity. Santrock 2003 mengemukakan faktor lain yang mempengaruhi ego identity yaitu kelompok dan etnis, gender, keintiman dan kesepian. Selain itu Kroger dalam Papalia, et.al, 2014: 49 menambahkan kepribadian sebagai faktor yang mempengaruhi ego identity

C. Implikasi Keterkaitan Hubungan Antara Pola Pengasuhan dan Ego

Identity pada Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola pengasuhan dan ego identity pada siswa. Hal tersebut juga bisa dilihat dengan adanya keterkaitan antara model pola pengasuhan dan status identitas yang dalam penelitian ini dikategorisasikan berdasarkan status identitas yang dimiliki oleh siswa dengan pola pengasuhan yang diterima dari orang tuanya yaitu identity diffusion paling dominan terdapat pada siswa yang menerima pola pengasuhan permisif tidak peduli, identity foreclosure pada siswa dengan pola pengasuhan permisif tidak peduli, identity moratorium oleh siswa dengan pola pengasuhan atuhoritatif dan identity achievement pada siswa dengan pola pengasuhan authoritatif. Keterkaitan antara kategorisasi silang tersebut dapat diketahui berdasarkan indikator antara jenis pola pengasuhan dan status identitas yang paling dominan dipilih oleh siswa. Dari hasil kategorisasi masih banyak siswa yang berada pada identity diffusion, hal tersebut diindikasikan oleh masih adanya siswa yang cukup tinggi 83 dalam memilih indikator identity diffusion seperti masih kebingungan untuk mengenali diri sendiri, tidak mengetahui apa yang ingin dilakukan dan kebingungan dengan apa yang ingin dilakukan. Selain itu juga ditunjukan adanya identity foreclosure yang masih dialami oleh siswa dan hal tersebut ditunjukan dengan adanya siswa yang masih memilih indikator ketergantungan dengan orang lain dan tidak ada kesempatan untuk mencoba hal baru. Dari indikator tersebut menunjukan rendahnya eksplorasi pada siswa. Pada siswa yang mengalami identity moratorium yaitu ditunjukan dengan kebingungan dengan berbagai pilihan yang akan diambilnya. Dari hasil data pola pengasuhan masih ada siswa yang mengalami pola pengasuhan dengan kehangatan rendah dan atau kontrol yang rendah seperti diacuhkan oleh orang tua, tidak ada pengawasan dari orang tua, tidak adanya pemahaman dari orang tua tentang kegiatan yang akan dilakukan, bahkan sampai orang tua bersikap otoriter, menghukum bahkan sampai tidak ada diskusi yang dilakukan antara siswa dengan orang tua. Hal tersebut memberikan kontribusi pada pembentukan status identitas yang dialami oleh individu pada masa remaja. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru Bimbingan dan Konseling sangatlah penting dalam membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal yaitu dengan memberikan bimbingan dan atau konseling kepada siswa. Sesuai dengan pendapat Rochman Natawijaja dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2011 : 6 bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga 84 dia dapat bertindak secara wajar sesuai dengan norma yang berada di sekolah, masyarakat dan kehidupannya. Berdasarkan permasalahan bimbingan yang diberikan yaitu bimbingan yang terkait dengan pribadi-sosial. Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan 2011: 11 mengemukakan bahwa bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mngembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. Bimbingan dilakukan kepada siswa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk melewati masa eksplorasi agar mampu berkomitmen atas apa yang dialaminya pada masa eksplorasi guna melewati masa remaja menuju masa dewasa. Kemampuan melewati masa eksplorasi dan mampu berkomitmen sangat penting bagi perkembangan individu siswa, karena dengan hal itu siswa mampu memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri yang akan menjadikan siswa memiliki keterampilan yang cakap dalam berperilaku sosial. Bimbingan diberikan kepada siswa yang mengalami permasalahan akan pola pengasuhan yang diterima dari orang tuanya. Pemberian bimbingan diberikan bukan hanya kepada yang mengalami permasalahan tetapi juga kepada siswa yang sudah mencapai identity achievement dan mengalami pola pengasuhan yang sudah sesuai dengan yang diharapkan guna mencapai perkembangan yang lebih optimal. Bimbingan tidak hanya dilakuakan didalam kelas tetapi bisa melalui bimbingan kelompok, pembuatan poster, ataupun papan bimbingan berdasarkan tema yang terkait dengan permaslahan siswa. 85 Pemberian konseling kepada individu yang memiliki permasalahan berkelanjutan setelah dilakukan bimbingan yaitu diutamakan kepada siswa yang mempunyai permasalahan untuk melewati masa eksplorasi dan komitmen serta permasalahan tentang pola pengasuhan yang diterimanya. Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan 2011: 9 mengemukakan bahwa konseling adalah suatu bentuk hubungan yang berupaya untuk membantu individu agar dia mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi berbagai eksplorasi yang dihadapinya. Peran Guru Bimbingan dan Konseling sangatlah penting dalam membantu siswa yang mempunyai permasalahan eksplorasi, komitmen dan pola pengasuhan yang diterimanya. Sesuai dengan pendapat Prayitno dan Erman Anti 1999: 236 peranan Bimbingan dan Konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan yang ada pada individu agar bergerak menuju kematangan dan perkembangannya. Prayitno dan Erman Anti 1999: 246 konselor sekolah diharapkan agar menjembatani program Bimbingan dan Konseling disekolah dengan kebutuhan siswa di keluarga dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah hendaknya mampu mensinkronkan secara harmonis pemenuhan kebutuhan anak di sekolah dan di rumah serta fungsi sekolah dan fungi keluarga terhadap anak. Berdasarkan data penelitian masih banyak diketahui beberapa siswa ada yang menerima pola pengasuhan permisisf tidak peduli dari orang tuanya, dan hal ini memberikan sumbangan terhadap identity diffusion. Dari permasalahan tersebut Guru Bimbingan dan Konseling bisa 86 melakukan home visit pada siswa yang mengalami permasalahan belajar, pribadi dan di lingkungan pergaulannya yang diakibatkan oleh pola pengasuhan permisif tidak peduli. Guru Bimbingan dan Konseling bisa mengklarifikasi, mencari informasi yang lebih mengenai subyek yang mengalami permasalahan tersebut, berkolaborasi dengan orang tuanya langsung ataupun orang-orang terdekat dari siswa tersebut. Berdasarkan penjabaran di atas Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan bisa melaksanakan program layanan terhadap siswa terkait permasalahan eksplorasi, komitmen dan pola pengasuhan yang berdampak buruk terhadap siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan Bimbingan dan Konseling dalam Permendikbud No. 111 tahun 2014 yaitu membantu peserta didik atau konseli agar dapat mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan optimal, memahami dan menerima diri dan lingkungannya, merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang, mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya dan mengaktualiasikan dirinya secara bertanggung jawab.

D. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN INTELEGENSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

1 13 48

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP N 24 SURAKARTA Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp N 24 Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp N 24 Surakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU KEDISIPLINAN PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 6 14

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU DISIPLIN AKADEMIK PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGANPRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 Hubungan antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMP Negeri 2 Pekalongan.

0 0 15

Hubungan antara pola pengasuhan orang tua dan tingkat kemandirian clubbers usia remaja.

0 3 156

Antara Sahabat dan Ego docx

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Orangtua Dengan Perfeksionisme Maladaptif Pada Siswa Sma Negeri 7 Surakarta

0 1 9