Eksplorasi Komitmen Identity Diffusion Identity Foreclosure

21

e. Kesepian

Menurut Hicks dan Connolly dalam Santrock, 2003 : 353 bahwa kesepian kerap dikaitkan dengan jenis kelamin individu, riwayat kedekatan dengan orang lain, rasapercaya diri, dan keterampilan diri. Kurangnya waktu bersama teman-teman perempuan, bagi individu laki- laki maupun perempuan dihubungkan dengan kesepian. Remaja yang kesepian tidak diintegrasikan secara adekuat dengan system teman sebayanya dan mungkin tidak memiliki teman akrab. Santrock 2003 : 353 mengemukakan bahwa individu yang merasa kesepian cenderung memiliki hubungan yang buruk dengan orang tuanya. Pengalaman dini akan adanya penolakan dan kehilangan seperti orang tua yang sudah meninggal dapat menimbulkan efek merasa kesepian yang berlangsung lama. Individu kesepian sering memiliki rasa percay diri yang rendah, dan cenderung secara berlebihan menyalahkan diri sendiri akan ketidakmampuan mereka. Kesepian juga cenderung tidak memiliki keterampilan sosial.

4. Empat Status Identitas

Marcia dalam Santrock, 2007 : 193 menggunakan eksplorasi dan komitmen untuk mengklasifikasikan individu menurut empat status identitas.

a. Eksplorasi

Periode pengambilan keputusan sadar yang berhubungan dengan formasi identitas. Eksplorasi merupakan suatu perkembangan identitas 22 dimana individu berusaha melakukan eksplorasi terhadap berbagai alternatif yang bermakna.

b. Komitmen

Bagian dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan investasi pribadi mengenai hal-hal yang hendak dilakukan Marcia dalam Anita, 2009 : 107 membagi perkembangan empat status identitas, yaitu identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, identity achievement. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat status identitas yang dikemukakan oleh Marcia :

a. Identity Diffusion

Tidak terfokus, kebingungan seseorang tentang siapa dirinya dan apa yang dikehendakinya. Terjadi bila individu tidak mengeksplorasi opsi apapun atau tidak komitmen terhadap tindakan apapun. Mereka tidak mencari kesimpulan tantang siapa dirinya atau apa yang ingin mereka lakukan dengan hidupnya, mereka tidak memiliki arah yang tegas. Agoes Dariyo 2004 : 85 menekankan pada kemampuan komunikasi antara orang tua dengan anak dalam bentuk interaksi, bercakap-cakap, berbicara yang bersifat dialog sangat diperlukan sangat diperlukan untuk membantu perkembangan kepribadian remaja. Kemampuan ini didasari dengan aspek penerimaan, empati, keterbukaan, kejujuran, ketulusan, kepercayaan dan rasa tanggungjawab

b. Identity Foreclosure

Penerimaan pilihan hidup orang tua tanpa mempertimbangkan berbagai pilihan atau disebut juga komitmen tanpa eksplorasi. Marcia dalam 23 Santrock, 2003 : 344 menjelaskan bahwa status ini sering terjadi ketika orang tua menyerahkan komitmen kepada remaja yang biasanya dengan cara yang otoritarian. Remaja menjadi tidak memiliki kesempatan yang kuat untuk mengeksplorasi pendekatan-pendekatan, ideology dan pekerjaan yang berbeda-beda dengan cara mereka sendiri. Akibatnya menurut Desmita 2009 : 216 mereka mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang dicita-citakan oleh orang tua mereka terhadap dirinya dan apa yang mejadi cita-citanya sendiri. Agoes Dariyo 2004 : 84 menyatakan bahwa remaja yang berada dalam identitas ini seringkali banyak angan-angan yang ingin dicapainya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan masalah yang dihadapinya. Akibatnya jika dihadapkan dengan masalah realitas, tidak mampu mengadapinya dengan baik.

c. Identity Moratorium

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN INTELEGENSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

1 13 48

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP N 24 SURAKARTA Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp N 24 Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp N 24 Surakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU KEDISIPLINAN PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 6 14

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU DISIPLIN AKADEMIK PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGANPRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 Hubungan antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMP Negeri 2 Pekalongan.

0 0 15

Hubungan antara pola pengasuhan orang tua dan tingkat kemandirian clubbers usia remaja.

0 3 156

Antara Sahabat dan Ego docx

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Orangtua Dengan Perfeksionisme Maladaptif Pada Siswa Sma Negeri 7 Surakarta

0 1 9