77
makna dan sejarah bahkan sampai saat ini cetok digunakan untuk kegiatan sehari- hari seperti keladang atau ke huma dan lainnya.
6. Epok
Makna yang terkandung dari epok yaitu sebagai simbol “Kalungguhan” atau dalam arti pendiam dari setiap orang yang memakainya, sedangkan jika dikaitkan
dengan kebudayaan yang ada di Kasepuhan Ciptagelar yaitu merupakan suatu sikap yang positif terhadap tatanan yang ada di Kasepuhan Ciptagelar, lain halnya dengan
penggunaannya pada saat ritual panen tiba atau biasa disebut dengan acara mipit. Setiap orang yang panen dihuma pasti membawa epok sebagai tempat menyimpan
hasil petikannya yang bersifat sementara sebelum dipindahkan ketempat yang disediakan. Karena perlakuan terhadap padi sangat di istimewakan di lingkungan
masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar terutama dalam penggunaan epok untuk hal tersebut.
7. Kaneron
Kaneron ditinjau dari segi makna simboliknya, kaneron yang ada di Kasepuhan CIptagelar memang berbeda dengan yang lainnya serta syarat akan
makna dan sejarahnya. Akan tetapi dewasa ini kaneron bisa beralih fungsi kegunaan dari semestinya atau sesuai dengan perubahan zaman. Menurut Ki Andi kriyawan
anyaman kaneron menjelaskan bahwa kaneron merupakan warisan dari leluhur atau para pendahulu mereka, kaneron ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
Berawal dari kebutuhan dari para nenek moyang sebelumnya yaitu untuk keperluan
78
penunjang alat-alat pertanian yang tadinya tas ini hanya terbuat dari karung goni kemudian dengan perkembangan zaman dengan memanfaatkan sumber daya alam
yang ada nenek moyang terdahulu sangatlah kreatif terutama dalam pembuatan kriya yang terbilang sangat rumit mereka mampu membuat tas dengan
memanfaatkan rotan yang ada disekitar hutan kemudian mengolahnya sehingga terbentuklah sebuah tas yang dinamakan kaneron dan terus diwarisi secara turun
temurun kepada generasi-generasi selanjutnya bahkan masih terjaga sampai saat ini. Selain sejarah terlahirnya kaneron ada alasan tersendiri, ternyata kaneron
digunakan atau sebagai lambang jati diri atau identitas orang Sunda pada masa itu bahkan sampai sekarang. Penggunaan kaneron hanya digunakan atau dipakai oleh
kaum pria selain sebagai identitas masyarakat Sunda Kasepuhan Ciptagelar. Kang Yoyo 2016 menjelaskan bahwa dalam wasiat Uga Siliwangi disebutkan bahwa
suatu hari nanti akan ada yang datang dari kawasan Gunung Halimun sosok pemuda yang disebut tukang “ngangon” atau penggembala dengan menggunakan pakaian
yang sederhana dan membawa “kalakai”” atau ranting pohon dan “nyoren” tas kaneron menggunakan tas kaneron. Pemuda tersebut nantinya akan
menyelesaikan semua permasalahan yang sedang dialami oleh Negara kita tercinta ini, dan menyatukan kembali Tatar Sunda dan kembali membentuk kerjaan Sunda
yang sudah terpecah belah selama ratusan tahun. Dengan deimikian tas kaneron sanga
t memiliki peran penting sampai saat ini diyakini suatu saat nanti “budak angon” atau penggembala tersebut bisa diketahui keberadaaannya dan dijadikan
sebagai pembuktian bawa benar adanya yang di tuliskan dalam wasiat Uga Siliwangi. Abah Ugi 2016 juga menyampaikan perihal tentang kaneron yang
79
syarat makna, ternyata kaneron ini mengandung nilai magis yang dipercaya warga setempat bahwa kaneron ini khusunya yang memiliki penutup dapat mengamankan
uang dari pencurian tuyul atau yang berbau magis. Oleh sebab itu warga yang ada di Kasepuhan tersebut memiliki kaneron selain sebagai kebutuhan sehari-hari juga
bentuk identitas diri masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar.
8. Simpay