5. Perhitungan nilai kualitas hidup pasien sebelum menjalani kemoterapi dan sesudah menjalani kemoterapi menggunakan kuesioner EORTC QLQ-C30 tersebut
5. Kesimpulan 6. Penyusunan laporan dan publikasi
4.8. Luaran dan Indikator Capaian 4.8.1. Dari sisi ilmiah :
1. diperoleh data-data tentang biaya-biaya apa sajakah yang harus dikeluarkan oleh pasien selama menjalani kemoterapi dan besarnya biaya-biaya tersebut
2. menghasilkan laporan ilmiah yang dipublikasikan di jurnal internasional atau nasional.
4.8.2. Dari sisi praktis :
1. Sebagai acuan untuk memberikan masukan bagi para dokter maupun praktisi kesehatan lainnya sebelum menjalani rawat inap
2. memberikan informasi kepada masyarakt tentang biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pasien dan kualitas hidupnya.
4.9. Skema Kerja Skema Kerja tahun pertama
Pengurusan izin penelitian dan ethical clearance di RSUP Sanglah Pasien kanker serviks rawat inap di RSUP Sanglah
Kriteria Inklusi Kriteria
Eksklusi Sampel penelitian
Diputuskan untuk Kemoterapi Paclitaxel Karboplatin atau selama 3 seri jeda tiap seri kemoterapi adalah 3 minggu dan dilakukan wawancara
mendalam unt menanyakan biaya dan kuesioner Pemeriksaan kadar antigen SCC dan CEA di laboratorium klinik Prodia serta fungsi hematologi Hb, Leukosit dan
Eritrosit, fungsi ginjal BUN dan creatinin dan fungsi hati SGOT dan SGPT di laboratorium PK-RSUP Sanglkah Sebelum kemoterapi pertama kali
Sesudah akhir kemoterapi seri ketiga
Uji T-Test untuk efektivitas dan toksisitas
Hasil Pengumpulan data efektivitas dan toksisitas
Diperoleh ‐
data tentang nilai SCC, CEA dan Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN,
Creatinin, SGOT dan SGPT ‐
data biaya pasien ‐
data pengisian kuesioner Diperoleh
‐ data tentang nilai SCC, CEA dan
Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN, Creatinin,
‐ data biaya pasien
‐ data pengisian kuesioner
Diputuskan untuk Kemoterapi BOMP selama 3 seri jeda tiap seri kemoterapi adalah 3 minggu dan dilakukan wawancara
mendalam unt menanyakan data biaya dan kuesioner
Pengumpulan data tentang : ‐ Biaya yang dikeluarkan oleh pasien
‐ Biaya kemoterapi dengan Paclitaxel- Karboplatin.
‐ Biaya yang hilang karena menunggu pasien dikemoterapi
‐ Kuesioner kualitas hidup pasien sebelum kemoterapi
Pengumpulan data tentang :
‐
Biaya yang
dikeluarkan oleh pasien ‐ Biaya kemoterapi dengan BOMP
‐
Biaya yang hilang karena menunggu pasiendikemoterapi
‐ Kuesioner kualitas hidup pasien sebelum kemoterapi
ACER dan ICER untuk analisa efektivitas biaya kemoterapi dengan BOMP dan Paclitaxel-Karboplatin
Pengolahan hasil kuesioner menggunakan uji T-Test Pengumpulan data tentang biaya, indikator
efektivitas dan pengumpulan hasil kuesioner Kesimpulan
Pengumpulan data tentang : ‐ Biaya yang hilang untuk perawatan
pasien di rumahsetelah selesai dikemoterapi
‐ Kuesioner kualitas hidup pasien setelah selesai kemoterapi.
Pasien Pulang dari Rumah Sakit
Hasil Kesimpulan
Skema Kerja tahun kedua
Gambar 4.1. Skema Alur Kerja Penelitian
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectionalprospektif untuk mengetahui besar biaya produktivitas dan non-medis pada pasien kanker serviks sel skuamosa yang mendapatkan
kemoterapi regimen Paklitaksel - Karboplatin dan Bleomisin - Oncovin
®
- Mitomisin – Sisplatin di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar selama bulan Pebruari sampai Juni
2015. Penelitian ini telah dinyatakan layak etik dengan dikeluarkannya Ethical Clearance dan izin penelitian oleh Komisi Etik Litbang FK UNUDRSUP Sanglah Denpasar. Sampel
penelitian yaitu pasien kanker serviks yang memenuhi kriteria inklusi dan telah menyatakan kesediaannya untuk bekerjasama dalam penelitian ini serta menandatangani informed consent.
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini diperoleh responden sebanyak 22 responden yang terdiri dari 11 responden yang mendapat kemoterapi regimen Paklitaksel - Karboplatin dan 11 responden
yang mendapat kemoterapi regimen BOMP. Adapun karakteristik responden yang telah diteliti adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Kemoterapi Regimen Paklitaksel – Karboplatin
Karakteristik Jumlah
N=11 Persentase
Stadium :
- IIB 4
0.36 - IIIB
7 0.64
Usia :
- 26 - 35 tahun 1
0.09 - 36 - 45 tahun
2 0.19
- 46 - 55 tahun 4
0.36 - 56 - 65 tahun
3 0.27
- 65 tahun ke atas 1
0.09
Usia Menikah :
- 17 - 25 tahun 10
0.91 - 36 - 45 tahun
1 0.09
Daerah Asal Bali :
- Denpasar 3
0.27 - Klungkung
1 0.09
- Badung 2
0.19 - Tabanan
1 0.09
- Buleleng 2
0.19 - Gianyar
1 0.09
- Bangli 1
0.09
Tingkat Pendidikan
- Tidak bersekolah 1
0.09 - SD
2 0.19
- SMP 5
0.45 - SMA
2 0.19
- Akademi 1
0.09
Jenis Jaminan Kesehatan
- BPJS Umum 2
0.19 - JKBM
6 0.54
- BPJS Jamkesmas 2
0.19 - BPJS Askes Wajib
1 0.09
Jenis Pekerjaan
- IRT 3
0.27 - Pedagang
2 0.19
- Buruh 1
0.09 - Karyawan
2 0.19
- Petani 3
0.27
Agama
- Hindu 10
0.91 - Kristen
1 0.09
Keterangan : N jumlah sampel yang digunakan
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Kemoterapi Regimen BOMP
Karakteristik Jumlah
N=11 Persentase
Stadium :
- IIB 7
0.64 - IIIB
4 0.36
Usia :
- 26 - 35 tahun 3
0.27 - 36 - 45 tahun
6 0.54
- 46 - 55 tahun 1
0.09 - 56 - 65 tahun
1 0.09
Usia Menikah
- 17 - 25 tahun 11
1 - 36 - 45 tahun
-
Daerah Asal Bali :
- Denpasar 1
0.09 - Gianyar
1 0.09
- Badung 2
0.19 - Tabanan
2 0.19
- Buleleng 2
0.19 - Klungkung
1 0.09
Dari luar Bali : - NTB NTT
2 0.19
Tingkat Pendidikan :
- Tidak bersekolah -
- SD 2
0.19 - SMP
4 0.36
- SMA 4
0.36 - Akademi
1 0.09
Jenis Jaminan Kesehatan
- BPJS Umum 4
0.36 - JKBM
4 0.36
- BPJS Jamkesmas 2
0.19 - BPJS Askes Wajib
1 0.09
Jenis Pekerjaan
- IRT 1
0.09 - Pedagang
6 0.54
- Petani 1
0.09 - Buruh
2 0.19
- Pegawai Honorer 1
0.09
Agama
- Hindu 8
0.73 - Kristen
1 0.09
- Islam 2
0.19 Keterangan :
N jumlah sampel yang digunakan
Berdasarkan data karakteristik pada pasien kanker serviks yang mendapat kemoterapi regimen Paklitaksel – Karboplatin, pasien lebih banyak terdiagnosa pada stadium IIIB
sedangkan pada pasien yang mendapat kemoterapi regimen BOMP, pasien tersebut lebih banyak terdiagnosa pada stadium IIB. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
datang ke rumah sakit dengan diagnosa kanker serviks berada pada stadium lanjut dengan gejala berupa perdarahan dan nyeri pada abdominal, sehingga kemungkinan kesembuhan dan
harapan hidup pada pasien relatif kecil. Hal ini sangat memprihatinkan karena kurangnya pemahaman sebagian besar perempuan untuk melakukan pendeteksian dini.
Pasien yang mendapat kemoterapi regimen Paklitaksel – Karboplatinlebih banyak berusia 46 – 55 tahun sedangkan untuk pasien yang mendapat kemoterapi regimen BOMP, usia
pasien terbanyak sebesar 36 – 45 tahun. Secara teoritis, meskipun kanker serviks dapat terdiagnosa pada perempuan yang baru berusia dua puluh tahunan dan pada saat remaja,
perkembangan risiko kanker serviks mulai meningkat setelah umur 25 tahun Spencer, 2007. HPV merupakan virus yang menyebabkan terjadinya kanker serviks. Adanya
perubahan sel dalam leher rahim akibat adanya kontak seksual dapat menyebabkan penularan HPV Pazdur, 2001; Sjamsuddin, 2001.Secara keseluruhan pasien kanker serviks dalam
penelitian ini memiliki status telah menikah. Sesuai dengan literatur, 85 wanita yang aktif secara seksual, akan terinfeksi HPV setelah 3 tahun sejak pertama kali aktif secara seksual
McCormick and Robert, 2011.Sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan yang telah melakukan hubungan seksual memiliki risiko lebih besar untuk menderita kanker serviks yang
disebabkan oleh penularan virus HPV yang lebih mudah. Pasien kanker serviks pada penelitian sebagian besar berasal dari daerah Bali. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyaknya penderita kanker serviks yang berasal dari daerah Bali sendiri, sehingga memberikan penyuluhan mengenai pencegahan, deteksi dini, dan bahaya
kanker serviks bagi masyarakat khususnya kaum perempuan di Bali menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pemerintah.
Tingkat pendidikan pada pasien Paklitaksel – Karboplatinyang paling banyak adalah SMP, sebagian besar pasien tinggal di pedesaan sehingga tidak banyak yang melanjutkan ke
SMA, sedangkan untuk pasien BOMP, tingkat pendidikan SMP adalah sama banyak dengan jumlah pasien dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 5 orang . Pendidikan
mempunyaihubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks dengan kata lain penderita kanker serviks yangberpendidikan rendah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya kanker serviks, hal ini disebabkan karena pendidikan yang rendah cenderung diikuti dengan status sosial ekonomi yang rendah yang akan berpengaruh terhadap kebersihan,
sanitasi, dan pemeliharaan kesehatan yang masih kurang dan akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan risiko
terjadinya kanker, tingkat pendidikan yang rendah cenderung terjadi keterlambatan dalam upaya diagnosis dini ke pelayanan kesehatan akibat kurangnya paparan informasi Hidayat,
2001. Pada penelitian ini secara keseluruhan pasien kanker serviks yang menjalani
pengobatan di RSUP Sanglah Denpasar telah menggunakan jaminan kesehatan milik pemerintah yang menanggung seluruh biaya pengobatan pada pasien kanker serviks di rumah
sakit. Sehingga pasien tidak perlu merasa khawatir dengan biaya yang cukup besar untuk pengobatan di rumah sakit. Memiliki tanggungan jaminan kesehatan sangat penting dewasa
ini, terutama bagi penderita kanker. Penyakit kanker memerlukan terapi yang sangat mahal dimana berhubungan dengan radioterapi, kemoterapi yang menggunakan obat-obat sitostatika
serta pembedahan. Sebagian besar pasien kanker serviks dalam penelitian ini merupakan wanita yang masih
produktif. Di Indonesia, kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita usia produktif. Pada usia produktif 30-50 tahun perempuan yang sudah kontak seksual
akan berisiko tinggi terkena kanker serviks Fitriani dan Ambarini, 2012. Hal ini akan berkaitan erat dengan kehilangan biaya produktivitas pada pasien kanker serviks.
Pasien kanker serviks dalam penelitian ini sebagian besar beragama Hindu. Hal ini terkait dengan alamat asal pasien yang kebanyakan yaitu sejumlah 20 pasien dari 22 pasien,
berasal dari wilayah Bali dimana diketahui bahwa mayoritas penduduk di Bali beragama Hindu dan hanya dua pasien yang berasal dari luar wilayah Bali yaitu NTB dan NTT, hal ini karena
RSUP Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pusat rujukan untuk Indonesia Timur yang berada di Provinsi Bali. Bagi kepercayaan umat Hindu, menghaturkan banten setiap hari adalah
salah satu cara untuk mengucap syukur kepada Yang Kuasa sehingga hal ini akan sangat berkaitan erat dengan biaya ekstra yang harus dikeluarkan oleh pasien kanker serviks yang
beragama Hindu selama menjalani pengobatan di rumah sakit khususnya selama menjalani rawat inap di rumah sakit.
5.2 Jenis Biaya