Perbedaan Efektivitas,Toksisitas,dan Kualitas Hidup pasien kanker servik stadium IIB-III Karsinoma Skuamosa pada kemoterapi BOMP dan Paclitaxel Carboplatin.

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PERBEDAAN EFEKTIVITAS, TOKSISITAS DAN KUALITAS HIDUP

PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM II B – III

KARSINOMA SEL SKUAMOSAPADA KEMOTERAPI BOMP DAN

PACLITAXEL CARBOPLATIN

TAHUN KE 2 DARI RENCANA 2 TAHUN

TIM PENELITI :

Ketua :

Prof. Dr. dr. Ketut Suwiyoga, Sp.OG (K) / (NIDN : 0015075305)

Anggota :

Putu Ayu Indrayathi, SE.,MPH / (NIDN : 0031037703)

Rini Noviyani, S.Si., M.Si., Apt / (NIDN : 0004117705)

Dibiayai oleh : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai

dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 56/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

NOVEMBER 2015

Kode/Nama Rumpun Ilmu:

274/Kebidanan dan Penyakit Kandungan   


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Perbedaan Efektivitas, Toksisitas dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Stadium IIB-III Karsinoma Skuamosa pada Kemoterapi BOMP dan Paclitaxel Carboplatin

Peneliti / Pelaksana

Nama Lengkap : Prof.Dr.dr.Ketut Suwiyoga, Sp.OG (K)

NIDN : 0015075305

Jabatan Fungsional : Guru Besar / IVE

Program Studi : Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Nomor HP : 08123940320

Surel (e-mail) : ketut_suwiyoga@yahoo.com

Anggota Peneliti (1)

Nama Lengkap : Putu Ayu Indrayathi, SE., MPH

NIDN : 0031037703

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Anggota Peneliti (2)

Nama Lengkap : Rini Noviyani, S.Si.,M.Si.,Apt.

NIDN : 0004117705

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Institusi Mitra (jika ada)

Nama Institusi Mitra : -

Alamat : -

Penanggung Jawab : -

Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

Biaya Tahun Berjalan : Rp.57.000.000

Biaya Keseluruhan : Rp. 123.250.000

Mengetahui Denpasar, 12 November 2015

Dekan Fak. Kedokteran Ketua Peneliti

Universitas Udayana

Prof. Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes. Prof.Dr.dr. Ketut Suwiyoga, SpOG(K) NIP. 19530131 198003 1 004 NIP. 19530715 198003 1 009

Menyetujui

Ketua LPPM Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. NIP. 196408071992031002


(3)

Data tentang biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pasien atau keluarga pasien selama menjalani perawatan kesehatan di Rumah Sakit harus selalu disertakan dalam setiap pengambilan keputusan klinis oleh dokter maupun farmasis terutama bagi pasien-pasien mereka sehingga penggunaan obat yang rasional dapat tercapai dan pasien mendapatkan manfaat yang optimal.

Dalam penelitian ini ingin diketahui tentang biaya- biaya apa saja yang harus dikeluarkan oleh pasien, berapa besar biaya-biaya tersebut dari kemoterapi pada pasien kanker serviks stadium II B-III B karsinoma skuamosa dengan regimen Paklitaksel Karboplatin dan regimen BOMP (Bleomycin, Oncovin, Mitomycin dan Platinum), hal tersebut dilakukan dengan melakukan observasi selama pasien menjalani rawat inap, wawancara mendalam kepada pasien maupun keluarga pasien dan menggunakan data rekam medis pasien. Hasil pengumpulan data diolah lebih lanjut dengan program statistik untuk menjawab manakah yang lebih efektif ditinjau dari segi biaya dan kualitas hidup pasien, sehingga hasilnya dapat digunakan bagi para klinisi untuk memilih alternative terapidengan biaya yang lebih rendah untuk setiap outcome atau luaran terapi yang diperoleh dan dilakukan analisa kualitas hidup pasien dengan menggunakan kuesioner EORTC QLQ C-30.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang menjalani kemoterapi regimen Paklitaksel karboplatin adalah biaya medis, biaya non medis dan biaya produktivitas

2. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang menjalani kemoterapi regimen BOMP adalah biaya medis, biaya non medis dan biaya produktivitas.

3. Pasien yang menjalani kemoterapi regimen paklitaksel karboplatin mengeluarkan : rata-rata biaya medis sebesar 15577027,27, rata-rata biaya non medis sebesar 763818,18 dan rata-rata biaya produktivitas 520000.

4. Pasien yang menjalani kemoterapi regimen BOMP mengeluarkan : rata-rata biaya medis sebesar 8172545,45, rata-rata biaya non medis sebesar 1270545,45 dan rata-rata biaya produktivitas 1338386,82.

5. Kemoterapi dengan regimen BOMP dikatakan lebih efektif daripada regimen Paklitaksel carboplatin karena rata-rata biaya medis yang dikeluarkan oleh pasien BOMP yaitu 8172545.45 adalah lebih kecil daripada biaya yang dihabiskan oleh pasien paklitaksel carboplatin yaitu sebesar 15577027.27, jika efektivitas biaya ditinjau dari biaya non medis, diketahui bahwa nilai t=4.38; p=0.00 dimana p< 0.05 artinya terdapat perbedaan bermakna antara biaya non medis pasien BOMP dengan Paklitaksel Karboplatin.yang berarti bahwa rata-rata penegluaran pada pasien BOMP lebih besar daripada pasien Paklitaksel karboplatin dan bila efektivitas biaya dilihat dari biaya produktivitas menunjukkan nilai t = 1.93;p=0.068, artinya adalah tidak terdapat perbedaan bermakna karena nilai p> 0.05, namun dilihat dari biaya produktivitas diatas terlihat bahwa biaya produktivitas pasien maupun keluraganya dengan regimen BOMP lebih tinggi daripada regimen Paklitaksel karboplatin.

6. Pemberian kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin dapat terjadi peningkatan kualitas hidup pasien kanker serviks pada item 1-28, sedangkan pada pemberian kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin terjadi penurunan kualitas hidup pasien kanker serviks untuk item 29 dan 30 yang menilai kualitas hidup secara umum, sedangkan pada pemberian kemoterapi dengan regimen BOMP, terjadi penurunan kualitas hidup baik pada item 1-28 maupun pada item pertanyaan 29 dan 30.

Masih diperlukan evaluasi terus menerus terhadap biaya medis yang ditanggung oleh BPJS dalam kaitannya untuk memberikan kemoterapi yang cost-effective bagi pasien kanker serviks

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kemajuan penelitian ini tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


(4)

1.  Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana, yang mempercayakan pelaksanaan penelitian ini kepada kami sekaligus mendanai penelitian ini. 2.  Dekan Fakultas Kedokteran dan Fakultas MIPA Universitas Udayana yang telah

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dilakukannya penelitian ini

3.  Kepala RSUP Sanglah Denpasar beserta seluruh staff medis khusunya di Bagian Poli Kebidanan dan Kandungan yang telah memberikan dukungan dalam melakukan penelitian ini

4.  Mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas MIPA yang telah bergabung bersama-sama dalam penelitian ini.

Akhirnya, kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan kepada kami. Semoga laporan penelitian ini memberikan manfaat dan sumbangan berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, November 2015 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... 1

HALAMAN PENGESAHAN ... 2

RINGKASAN ... 3

PRAKATA ... 4

DAFTAR ISI ... 5

DAFTAR GAMBAR ... 6

DAFTAR TABEL ... 6

DAFTAR LAMPIRAN ... 7

BAB I PENDAHULUAN ... 8

1.1 Latar Belakang ... 8

1.2 Rumusan Masalah ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kanker Serviks ... 10

2.2 Penatalaksanaan Terapi ... 10

2.3 Evaluasi Farmakoekonomi ... 11

2.4Cost of Illness (COI ) ... 14

2.5 Pengukuran dan Perkiraan Biaya ... 21

2.6 Studi Pendahuluan yang Pernah Dilakukan ... 24

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 25

3.1 Tujuan Khusus ... 25

3.2 Urgensi (Keutamaan) Penelitian ... 25

3.3 Manfaat Penelitian ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Rancangan Penelitian ... 27

4.2 Sampel Penelitian ... 27

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 27

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.5 Bahan dan Alat ... 29

4.6 Lokasi Penelitian … ... 29

4.7 Prosedur Kerja ... 29

4.8 Luaran dan Indikator Capaian ... 31

4.9 Skema Kerja ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 33

5.2 Jenis Biaya ... 38

5.3 Besaran Biaya ... 39

5.4 Efektivitas Biaya dari Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin dan regimen BOMP ... 53

5.5 Uji Validasi Kuesioner EORTC QLQ C30 ... 55

5.6. Uji Reliabilitas Kuesioner EORTC QLQ C30 ... 56

5.7 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Sebelum dan Sesudah Kemoterapi Seri Ketiga Regimen Paklitaksel -Karboplatin dengan Regimen BOMP ... 56

5.8 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Sebelum dan Sesudah Kemoterapi Seri Ketiga Pasien Kemoterapi Regimen BOMP .... 58

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1 Simpulan ... 65

6.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 71

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Skema Kerja ... 32


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Empat Tipe Dasar Analisis Farmakoekonomi (Vogenberg, 2001) 14 Tabel 2.2 Contoh Tipe Kategori Biaya (Bootman etal, 2005) ... 23 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Kemoterapi Regimen Paklitaksel – Karboplatin

... 34 Tabel 5.2 Karakteristik Responden Kemoterapi Regimen BOMP ... 35 Tabel 5.3 Biaya Medis Pasien Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin

... 39 Tabel 5.4 Biaya Medis Pasien Kemoterapi Regimen BOMP ... 40 Tabel 5.5 Biaya Non-Medis Pasien Kanker Serviks Regimen Paklitaksel Karboplatin

... 41 Tabel 5.6 Biaya Non-Medis Pasien Kanker Serviks Regimen BOMP ... 42 Tabel 5.7 Biaya Produktivitas Pasien Pasien Kemoterapi Paklitaksel-Karboplatin

... 49 Tabel 5.8 Biaya Produktivitas Pasien Pasien Kemoterapi BOMP ... 50 Tabel 5.9 Hasil Analisis Efektivitas Biaya Kemoterapi Regimen Paklitaksel

Karboplatin dan regimen BOMP ditinjau dari biaya medis ... 53 Tabel 5.10 Hasil Analisis Efektivitas Biaya Kemoterapi Regimen Paklitaksel

Karboplatin dan regimen BOMP ditinjau dari biaya non medis .. 53 Tabel 5.11 Hasil Analisis Efektivitas Biaya Kemoterapi Regimen Paklitaksel

Karboplatin dan regimen BOMP ditinjau dari biaya produktivitas ... 54 Tabel 5.12 Hasil Uji Validasi 30 Pertanyaan Pada Kuesioner EORTC QLQ C30

... 55 Tabel 5.13 Hasil Uji Reliabilitas 30 Pertanyaan Pada Kuesioner EORTC QLQ C30

... 56

Tabel 5.14 Perbedaan Kualitas Hidup Sebelum dan Sesudah kemoterapi seri ketiga Pasien Kanker Serviks yang Diberikan Kemoterapi Regimen Paklitaksel – Karboplatin pertanyaan no. 1-28 ... 57 Tabel 5.15 Perbedaan Kualitas Hidup Sebelum dan Sesudah Kemoterapi Seri Ketiga

Pasien Kanker Serviks yang Diberikan Kemoterapi Regimen Paklitaksel – Karboplatin pertanyaan no. 29-30 ... 57 Tabel 5.16 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Sebelum dan Sesudah

Kemoterapi Seri Ketiga Pasien Kanker Serviks Yang Diberikan Kemoterapi Regimen BOMP Pertanyaan 1-28 ... 58 Tabel 5.17 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Sebelum dan Sesudah

Kemoterapi Seri Ketiga Pasien Kanker Serviks Yang Diberikan Kemoterapi Regimen BOMP Pertanyaan 29-30 ... 59


(7)

Tabel 5.18 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Antar Kelompok Pasien Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin dan Kelompok Pasien Kemoterapi Regimen BOMP Pertanyaan 1-28 ... 60 Tabel 5.19 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Antar kelompok Pasien

Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin dan Kelompok Pasien Kemoterapi Regimen BOMP siklus Pertanyaan 1-28 ... 60 Tabel 5.20 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Antar kelompok Pasien

Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin dan Kelompok Pasien Kemoterapi Regimen BOMP Pertanyaan 29-30 ... 61 Tabel 5.21 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Antar Kelompok Pasien

Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin dan Kelompok Pasien Kemoterapi Regimen BOMP siklus Pertanyaan 29-30 ... 61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengolahan Statistik dengan SPSS 71

Lampiran 1. Dukungan Sarana dan Prasarana ... 71 Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas ... 72 Lampiran 3. Luaran Penelitian Berupa Produk ... 73

Lampiran 4. Luaran berupa poster yang telah dipublikasikan pada Seminar International 2nd INAHEA 74

Lampiran 5. Luaran berupa abstrak dan telah dipublikasikan secara oral presentasi pada seminar internasional 6th ICBB 80

Lampiran 6. Luaran berupa artikel ilmiah yang telah diterima untuk dapat dipublikasikan pada jurnalIJCP (Indonesian journal of Clinical Pharmacy)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Penyakit kanker khusunya kanker serviks merupakan salah satu penyakit ganas dengan kasus baru sekitar 500.000 dan terjadi 250.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2013). Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dan penyebarannya terakumulasi di Jawa dan Bali.Kira-kira sebanyak 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian (Rasjidi, 2012). Data yang diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010


(8)

menunjukkan bahwa kanker serviks menjadi penyebab nomor dua (12.8%) setelah kanker payudara untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh Rumah Sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).

Gejala penyakit kanker serviks tidak terlalu terlihat pada stadium awal sehingga diperkirakan lebih dari 70% pasien yang datang ke rumah sakit sudah berada pada stadium lanjut (Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI, 2005).

RS Sanglah yang merupakan salah satu RS pusat rujukan untuk Indonesia bagian timur menerima pasien kanker serviks dari berbagai wilayah di Indonesia Timur seperti NTT dan Lombok, dimana penelitian sebelumnya yang dilakukan menunjukkan bahwa pasien kanker serviks yang datang sudah berada pada stadium lanjut yaitu stadium IIB –IIIB, dengan 70-80% jenis sel kanker yang ditemukan adalah karsinoma skuamosa dengan dua prosedur kemoterapi yaituregimen Paklitaksel Karboplatin dan regimen BOMP (Bleomycin, Oncovin, Mitomycin dan Platinum).

WHO mensyaratkan bagi para dokter dalam memberikan terapi pada pasien hendaknya berdasarkan beberapa pertimbangan salah satunya ialah biaya pengobatan termasuk biaya obat, biaya rumah sakit dan biaya-biaya lain untuk menyelesaikan keseluruhan terapi. Indikator pengobatan yang rasional menurut WHO adalah biaya yang terjangkau oleh masyarakat untuk mencapai pengobatan yang rasional (Food, Medicine and Healthcare Administration and Control Authority, 2012) selain memperhatikan tepat dosis, tepat indikasi, tepat rute pemberian, tepat waktu pmberian dan waspada efek samping. Oleh karena itu menyertakan data-data tentang biaya kesehatan dan kualitas hidup pasienmenjadi salah satu syarat mutlak yang perlu disertakan sebelum memberikan keputusan terapi bagi pasien sehingga pasien dapat mengikuti seluruh proses pengobatan samapi selesai. Penelitian yang dilakukan oleh Noviyani dkk tahun 2014 menunjukkan bahwa pemberian kemoterapi regiman Paklitaksel Karboplatin pada pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB karsinoma sel skuamosa di RSUP Sanglah menunjukkan efektivitas terapi yang ditandai dengan menurunnya massa tumor dari pasien dan tidak terjadi toksisitas pada kadar hemoglobin pasien (Noviyani dkk, 2014), namun hal tesebut tidaklah cukup kuat untuk menunjukkan bahwa pengobatan yang rasional telah tercapai, karena terdapat beberapa pasien yang tidak dapat melanjutkan proses kemoterapi dan bahkan menolak pemberian kemoterapi dengan alasan biaya. Pasien yang berobat di RS Sanglah harus mengeluarkan biaya-biaya non medis selama menjalani kemoterapi di RS Sanglah selain biaya kemoterapi, karena biaya kemoterapi telah ditanggung oleh pihak ketiga seperti asuransi atau jaminan kesehatan yang sudah dimiliki oleh pasien sebelumnya, namun faktor biaya tetaplah menjadi salah satu kendala tertundanya proses pengobatan. Kemoterapi pada pasien kanker serviks membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar, baik biaya medis dan juga biaya non medis yang harus dikeluarkan oleh pasien ketika menjalani pengobatan (Lansky et al, 1983).

Berdasarkan uraian diatas jelas terlihat bahwa faktor biaya menjadi sangat penting untuk disertakan dalam setiap proses kemoterapi sehingga kemoterapi yang diberikan tidak


(9)

hanya memperhatikan efek terapi dan efek toksiksaja namun juga memberikan informasi tentang biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pasien, sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

1.  Biaya-biaya apa sajakah yang dikeluarkan oleh psien selama menjalani kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin di RSUP Sanglah Denpasar

2.  Biaya-biaya apa sajakah yang dikeluarkan oleh pasein selama menjalani kemoterapi regimen BOMP di RSUP Sanglah Denpasar?

3.  Berapakah besar biaya yang dikeluarkan oleh pasien selama menjalani kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin di RSUP Sanglah Denpasar

4.  Berapakah besar biaya yang dikeluarkan oleh pasien selama menjalani kemoterapi regimen BOMP di RSUP Sanglah Denpasar?

5.  Bagaimanakah efektivitas biaya dari kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin dan regimen BOMP?

6.  Apakah terdapat perbedaan nilai kualitas hidup pasien antara kelompok pasien BOMP dengan kelompok pasien Paklitaksel Karboplatin?


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Kanker Serviks 2.1.1.  Kanker Serviks

Kanker serviks atau yang disebut juga kanker leher rahim (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada bagian serviks uterus. Serviks uterus adalah daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak di antara rahim (uterus) dan vagina (Smart, 2010; Adib, 2011).

2.1.2.  Stadium pada Kanker Serviks

Penentuan stadium klinis pada kanker serviks penting untuk memperkirakan penyebaran penyakit dan merupakan faktor kunci dalam menentukan terapi yang tepat. Penentuan stadium klinis yang digunakan adalah dilakukan oleh The International Federation of Gynecologi and Obstetric (FIGO) yang mana pembagian ini telah didasarkan atas pemeriksaan klinik (Williams dan Wilkins, 2001).

2.1.3.  Jenis Kanker Serviks

Ada dua jenis utama kanker serviks, yaitu:

1.  Sel skuamosa (epidermoid) yaitu berasal dari luarbagian leher rahim yang menjorok ke dalam vagina.Sekitar 80 - 90% dari kanker serviks adalahkarsinoma sel skuamosa. 2.  Adenokarsinoma yaitu berasal dari sel-sel yang membentukkelenjar di leher rahim.

Dimulai pada bagian lebih "dalam" serviks, dari jenis yang samadengan sel-sel yang melapisi rahim. Sekitar 10% dari kanker serviks adalah adenokarsinoma.

(Saonere,2010)

2.2.  Penatalaksanaan Terapi

Pemilihan terapi yang diberikan tergantung pada ukuran tumor, stadium klinis, tingkat penyebaran tumor, gambaran histologis, adanya keterlibatan kelenjar getah bening, faktor risiko dari pembedahan atau terapi radiasi, umur, dan kondisi kesehatan pasien itu sendiri (Williams dan Wilkins, 2001; NCI, 2008). Menurut Gynecologic Cancer Foundation (GCF), secara umum tindakan terapi pada kanker serviks, dapat dibagi 3 yaknipembedahan, radioterapi dan kemoterapi.


(11)

Kemoterapi merupakanterapi penggunaan obat–obat sitotoksik yang bertujuan membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi kanker serviks umumnya diberikan secara intravena dan bersiklus yang diselingi dengan waktu istirahat untuk membatasi kerusakan sel-sel sehat(GCF, 2005). Kemoterapi sebenarnya bukan pilihan utama terapi pada kanker yang masih terbatas di daerah pelvis, namun merupakan pilihan utama untuk kanker yang telah menyebar ke luar pelvis (McComick dan Giuntoli, 2011). Kemoterapi dapat menggunakan BOMP (Bleomycin, Oncovin, mitomycin dan Platinum), Paclitaxel-Carboplatin.

2.2.2.  Indikator Efektivitas

Pada beberapa macam tumor, besar atau kecilnya sulit untuk dinilai, sehingga penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada perubahan besar kecilnya produk dari tumor tersebut (hormone, antigen atau antibody).Pengobatan dikatakan berhasil bila jumlah immunoglobulin yang disintesa menjadi berkurang (Boediwarsono, 2006).Beberapa penanda yang dapat digunankan untuk kanker serviks adalah SCC dan CEA.

2.2.3.  Indikator Toksisitas

Dalam menentukan toksisitas yang disebabkan akibat kemoterapi, dapat dilihat melalui perubahan nilai pada fungsi hematologi yaitu kadar Hemoglobin (Hb), Leukosit, eritrosit, fungsi ginjal yaitu kadar BUN, Creatinin dan fungsi hati yaitu SGOT dan SGPT

2.3.  Evaluasi Farmakoekonomi

Analisis Farmakoekonomi merupakan cara yang komprehensif untuk menentukan pengaruh ekonomi dari alternatif terapi obat atau intervensi kesehatan lain. Penilaian efektivitas klinik dari suatu intervensi baru dalam pelayanan kesehatan, termasuk pengobatan sangat penting dalam menentukan peran intervensi tersebut dalam praktek klinik. Pada intervensi farmasi, farmakoekonomi digunakan untuk menilai apakah tambahan keuntungan dari suatu intervensi sepadan dengan biaya tambahan dari intervensi tersebut. Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pada masyarakat atau sistim pelayanan kesehatan. Farmakoekonomi mengidentifikasi, mengukur dan membandingkan biaya dan konsekuensi dari produk dan pelayanan farmasi. Klinisi dan pembuat keputusan dapat menggunakan metode ini untuk mengevaluasi dan membandingkan total biaya dan keluaran (outcome) dari suatu pilihan terapi. Dari gambar 1 dapat dijelaskan, sisi sebelah kiri dari persamaan menunjukkan input (biaya) yang digunakan untuk mendapatkan produk atau pelayanan farmasi. Produk obat atau pelayanan yang akan dinilai diberi simbol Rx. Jika hanya sisi sebelah kiri persamaan yang diukur tanpa menilai outcome,


(12)

sebelah kanan dari persamaan yang diukur tanpa menilai biaya, merupakan studi klinik atau

outcome (bukan analisis ekonomi). Pada analisis farmakoekonomi, kedua sisi pada persamaan diperhitungkan dan dibandingkan.

Gambar2.1. Persamaan Farmakoekonomi Dasar (Rascati, 2009)

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi obat pada sistim pelayanan kesehatan dan masyarakat. Lebih spesifik, studi Farmakoekonomi adalah proses identifikasi, pengukuran, dan membandingkan biaya, risiko, dan manfaat dari program, pelayanan, atau terapi dan menentukan alternatif yang memberikan keluaran kesehatan terbaik untuk sumber daya yang digunakan. Farmakoekonomi mengidentifikasi, mengukur, dan membandingkan biaya (sumber daya yang digunakan) dengan konsekuensi (klinik, ekonomik, humanistik) dari produk dan pelayanan farmasi. Bagi praktisi, diterjemahkan sebagai pertimbangan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan produk atau pelayanan farmasi dibandingkan dengan konsekuensi (outcome) yang diperoleh untuk menetapkan alternatif mana yang memberikan keluaran optimal per rupiah yang dikeluarkan. Informasi ini dapat membantu pengambil keputusan klinik dalam memilih pilihan terapi yang paling cost-effective.

Biaya didefinisikan sebagai nilai dari sumber daya yang digunakan dalam suatu program atau terapi obat. Konsekuensi didefinisikan sebagai efek, output atau outcome dari suatu program atau terapi obat.

2.3.1.  Hubungan Farmakoekonomi dengan Penelitian yang lain

Farmakoekonomi merupakan bidang ilmu yang mengevaluasi perilaku atau kesejahteraan individu, perusahaan dan pasar terkait dengan penggunaan produk obat, pelayanan, dan program, yang difokuskan pada biaya (input) dan konsekuensi (outcome) dari penggunaannya. Farmakoekonomi mengevaluasi aspek klinik, ekonomi, dan humanistik dari intervensi pelayanan kesehatan, baik dalam pencegahan, diagnosis, terapi, maupun manajemen penyakit. Farmakoekonomi merupakan kumpulan teknik deskriptif dan analitik untuk mengevaluasi intervensi farmasi, mencakup pasien secara individu pada sistim pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Farmakoekonomi termasuk ilmu yang relatif baru, istilah tersebut pertama kali muncul di literatur pada pertengahan 1980, namun konsep dan metode ini mengacu dari disiplin dan


(13)

area penelitian yang telah mapan. Farmakoekonomi berhubungan dengan ekonomi kesehatan dan penelitian klinik yang terkait dengan keluaran klinik dan humanistik. Ekonomi kesehatan mencakup berbagai topik, termasuk permintaan dan kebutuhan dari sumber daya kesehatan, pengaruh dari asuransi kesehatan, dan kebutuhan tenaga. Penelitian outcome klinik dan humanistik didefinisikan sebagai cara untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengevaluasi hasil akhir dari suatu pelayanan kesehatan. Dalam hal ini tidak hanya konsekuensi klinik dan humanistik, tetapi juga outcome seperti keadaan kesehatan pasien dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diterima. Farmakoekonomi merupakan salah satu tipe penelitian

outcome, tetapi tidak semua penelitian outcome adalah penelitian farmakoekonomi. Jika penelitian dilakukan dengan mengevaluasi dan membandingkan outcome ekonomi dan klinik dari suatu produk atau pelayanan farmasi maka termasuk dalam penelitian farmakoekonomi.

2.3.2.  Tipe Studi Farmakoekonomi

Tipe studi Farmakoekonomi meliputi cost-minimization analysis, cost-effectiveness analysis, cost-utility analysis, cost-benefit analysis, cost of illness, cost-consequence, dan teknik analisis ekonomi lain yang memberikan informasi yang penting bagi pembuat keputusan dalam sistim pelayanan kesehatan untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Setiap metode mengukur biaya dalam rupiah tetapi berbeda dalam mengukur dan membandingkan

outcome kesehatan.

Tabel 2.1. Empat Tipe Dasar Analisis Farmakoekonomi (Vogenberg, 2001)

Metodologi Unit biaya Unit Outcome

Cost-minimization analysis

(CMA)

Rupiah atau unit moneter

Kelompok yang dibandingkan diasumsikan ekuivalen

Cost-effectiveness analysis

(CEA)

Rupiah atau unit moneter

Unit natural (life years gained,

tekanan darah mmHg, kadar glukosa darah mMol/L)

Cost-benefit analysis

(CBA)

Rupiah atau unit moneter

Rupiah atau unit moneter

Cost-utility analysis (CUA) Rupiah atau unit moneter

Quality-adjusted life year

(QALY) atau utility yang lain

2.4.  Cost of Illness (COI )

Analisis cost-of-illness (COI) merupakan bentuk evaluasi ekonomi yang paling awal di sektor pelayanan kesehatan. Tujuan utama COI adalah untuk mengevaluasi beban ekonomi


(14)

dari suatu penyakit pada masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang dikonsumsi. Studi COI dapat menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan alokasi sumber daya untuk pencegahan atau terapi, tetapi mempunyai keterbatasan dalam menjelaskan bagaimana sumber daya dialokasikan, karena tidak dilakukan pengukuran benefit.

Selain itu, dalam studi ini dikembangkan berbagai metode, yang dapat membatasi perbandingan dari hasil studi. Studi dapat bervariasi berdasarkan sudut pandang, sumber data yang digunakan, kriteria biaya tidak langsung, dan kerangka waktu untuk menghitung biaya.

Studi COI yang komprehensif meliputi baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung mengukur opportunity cost dari sumber daya yang digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu, sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai sumber daya yang hilang karena penyakit tertentu. Meskipun beberapa studi juga memasukkan intangible cost dari nyeri atau sakit, biasanya pada pengukuran kualitas hidup, kategori biaya tidak dihitung karena kesulitan menghitung biaya secara tepat. Biaya medik langsung meliputi pengeluaran pelayanan kesehatan untuk diagnosis, terapi, terapi pemeliharaan, dan rehabilitasi, sedangkan biaya non-medik langsung adalah sumber daya yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kesehatan, misalnya transportasi dari atau ke tempat pelayanan kesehatan, pengeluaran untuk keluarga, dan waktu dari anggota keluarga untuk merawat pasien. Istilah biaya tidak langsung digunakan untuk menilai produktivitas yang hilang terkait dengan penyakit atau kematian. Istilah ini tidak sama artinya jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Dalam akuntansi, biaya tidak langsung mengacu pada aktivitas tambahan atau pendukung yang dibutuhkan unit pengguna, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan istilah biaya produktivitas yang terkait dengan morbiditas dan mortalitas.

Studi COI dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang yang berbeda, dimana masing-masing sudut pandang biaya yang dihitung berbeda. Berdasarkan sudut pandang (perspektif) tersebut dapat diukur biaya masyarakat, sistim pelayanan kesehatan, pihak ketiga, pemerintah, atau pasien.

2.4.1.  Tipe Cost-of Illness

Studi cost-of-illness dapat dilakukan berdasarkan data epidemiologi, yaitu pendekatan prevalensi atau insidensi, metode yang dipilih untuk menghitung biaya, yaitu top down atau

bottom up, dan hubungan antara awal penelitian dan pengumpulan data, yaitu studi retrospektif dan prospektif.


(15)

Studi COI dapat didasarkan pada prevalensi atau insidensi. Studi prevalensi mengacu pada jumlah total dari kasus pada periode waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun), sedangkan insidensi mengacu pada jumlah kasus baru yang muncul dalam periode waktu tertentu. Pendekatan prevalensi memperkirakan biaya penyakit atau kelompok penyakit pada semua kasus yang terjadi dalam periode satu tahun, baik biaya langsung maupun produktivitas yang hilang. Pendekatan insidensi memperkirakan biaya seumur hidup kasus baru dari suatu keadaan atau kelompok keadaan dalam periode tertentu.

Analisis COI yang didasarkan pada prevalensi dapat bermanfaat jika tujuan studi adalah :

1.  Memberikan gambaran kepada pembuat keputusan pada suatu keadaan dimana pengeluaran tidak sesuai dengan biaya riil. Karena terdapat perbedaan numerik antara pendekatan prevalensi dan insidensi, tujuan dari pendekatan prevalensi lebih baik daripada insidensi.

2.  Merencanakan kebijakan cost containment, karena studi ini memberikan gambaran kepada pembuat keputusan pengeluaran secara menyeluruh dan lebih penting lagi komponen biaya utama.

Analisis COI yang didasarkan insidensi khususnya bermanfaat jika tujuannya adalah:

1.  Penilaian terhadap pencegahan. Analisis ini memperkirakan penghematan yang dapat diperoleh jika dilakukan tindakan pencegahan.

2.  Menganalisa manajemen penyakit dari awal terjadinya penyakit sampai sembuh atau meninggal. Pendekatan insidensi menganalisis stage atau keparahan penyakit sehingga menggambarkan bagaimana biaya didistribusikan jika penyakit berkembang. Hal ini dapat membangkitkan, misalnya pengembangan pedoman klinik atau terapi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik manajemen penyakit secara keseluruhan dan untuk setiap tahapan dari clinical pathway.

Studi COI yang didasarkan pada prevalensi lebih sering dilakukan karena data yang diperlukan lebih sedikit dan asumsi yang digunakan lebih kecil dibandingkan insidensi. Data yang diperlukan cukup data satu tahun dan tidak diperlukan asumsi mengenai survival rate dan lama sakit. Lifetime cost dapat dihitung dari biaya per tahun, asumsi steady state insidensi penyakit, perkembangan penyakit, survival rate, dan terapi; tetapi perkiraannya mungkin tidak tepat seperti jika digunakan data riil dari terapi (data longitudinal) pada penyakit tersebut karena kemungkinan dilakukan perubahan terapi.

Metode khusus untuk menghitung lifetime cost menggunakan data biaya per tahun berbeda, pendekatan dasar untuk masing-masing metode adalah menggunakan data satu tahun


(16)

sebagai cross-section dari bagaimana biaya didistribusikan berdasarkan umur. Asumsinya adalah biaya secara cross-sectional pada usia yang berbeda menggambarkan perkembangan dari penyakit. Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan perbedaan biaya karena adanya penyakit dan tanpa penyakit berdasarkan usia. Metode ini menggambarkan tambahan per person cost berdasarkan usia , yang dapat digabungkan dengan data jumlah pasien dengan penyakit yang diperkirakan survive pada masing-masing usia untuk memperkirakan lifetime cost. Metode yang lain untuk memperkirakan lifetime cost adalah dengan mengalikan data biaya per unit dalam 1 tahun dengan opini ahli mengenai kurun waktu penyakit. Metode yang ketiga adalah menggunakan data persentase biaya pada tahun pertama untuk memperkirakan

lifetime cost total.

Studi COI khususnya berguna untuk mengukur penghematan potensial dari kasus yang bisa dicegah dari suatu penyakit. Lebih jauh lagi dapat digunakan sebagai data untuk melakukan analisis efektivitas-biaya, analisis cost-benefit atau analisis pencegahan penyakit. Untuk penyakit akut dimana hanya biaya dalam satu tahun yang dihitung, maka pendekatan berdasarkan prevalensi dan insidensi akan memberikan hasil yang sama. Untuk penyakit kronis dimana biaya bisa lebih dari satu tahun, maka studi yang didasarkan pada insidensi memberikan informasi lebih mengenai biaya dari kasus yang bisa dicegah. Studi berdasarkan prevalensi dapat dilakukan untuk penyakit kronis, tetapi diperlukan interpretasi sebagai gambaran dari biaya dalam satu tahun, daripada biaya yang dapat dihemat jika semua kasus penyakit dapat dicegah.

b. Pendekatan Top-down versus Bottom-up

Perbedaan lain antara kedua pendekatan di atas adalah bahwa pada pendekatan insidensi analisis dilakukan secara bottom-up, meliputi semua biaya penyakit selama hidup. Data yang diperlukan lebih detail dibandingkan pendekatan prevalensi. Pendekatan prevalensi dilakukan secara top-down, mengalokasikan total biaya untuk masing-masing kategori penyakit secara umum.

Pada pendekatan bottom-up, perkiraan biaya dapat dibagi menjadi 2 langkah. Langkah pertama, adalah memperkirakan jumlah input yang diperlukan dan langkah kedua adalah memperkirakan unit cost dari input yang digunakan. Biaya diperhitungkan dengan mengalikan

unit cost dengan jumlahnya. Data yang diperlukan akan bervariasi, tergantung dari cakupan penelitian. Pada studi yang komprehensif, biasanya dilakukan survey secara nasional sehingga dapat disajikan data yang sesungguhnya dari sumber daya yang digunakan. COI top down dapat menyebabkan alokasi biaya kurang tepat, pertama disebabkan pengeluaran biaya pelayanan


(17)

kesehatan nasional bisa lebih rendah atau lebih tinggi dari biaya langsung total. Kedua, eksklusi dari kategori biaya tidak dipertimbangkan (misalnya biaya transportasi atau pelayanan informal), sehingga akan menyebabkan bias karena perkiraan biaya berdasarkan kategori penyakit, kategori penyakit yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan biaya non medik. Ketiga, biaya total menggambarkan diagnosis primer. Hal ini akan menyebabkan masalah jika pasien mengalami multiple diagnosis.

c. Cost-of-illness Prospektif vs Retrospektif

COI dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif tergantung dari hubungan antara waktu penelitian dilakukan dan pengumpulan data. Pada studi COI retrospektif, saat studi dilakukan, semua kejadian yang relevan sudah terjadi. Proses pengumpulan data mengacu pada data yang sudah ada, sedangkan pada studi COI prospektif kejadian yang relevan belum terjadi saat penelitian dilakukan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti pasien setiap waktu. COI berdasarkan prevalensi maupun insidensi dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif.

Kelebihan dari COI retrospektif adalah lebih murah dan waktu yang diperlukan lebih pendek dibandingkan prospektif karena data yang diperlukan sudah tersedia saat penelitian dilakukan. Desain retrospektif lebih efisien terutama untuk penelitian pada penyakit yang durasinya panjang dan memerlukan waktu beberapa tahun untuk mencapai end point nya. COI retrospektif bisa dilakukan jika data yang diperlukan tersedia. Sebaliknya, pada COI prospektif, peneliti dapat merancang sistim pengumpulan data yang diperlukan. Data penyakit dan penggunaan sumber daya pelayanan kesehatan dapat diperoleh berdasarkan tujuan dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien dan/atau provider, sehingga dapat diperoleh data yang lengkap untuk setiap intervensi yang dilakukan. Kedua, kepada pasien dapat diberikan buku harian untuk mendapatkan data biaya yang belum tercatat oleh organisasi pelayanan kesehatan. Dengan cara ini dengan mudah dapat dilakukan pengukuran biaya non medik langsung, seperti biaya transportasi. Perkiraan waktu tidak bekerja bisa diperkirakan dengan lebih tepat. Namun demikian, jika penyakit memerlukan waktu yang sangat lama untuk mencapai end point

(misalnya penyakit hepatitis C yang memerlukan waktu terapi sampai 30 sampai dengan 40 tahun), maka kalau dilakukan COI prospektif akan memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang sangat lama. Pada kasus ini, COI retrospektif lebih efisien untuk mengukur beban penyakit.


(18)

COI diperkirakan dengan mengidentifikasi komponen biaya dan menilai dalam unit moneter. Kategori biaya yang dihitung dalam memperkirakan biaya total dari COI adalah biaya langsung dan produktivitas yang hilang.

Metode yang digunakan untuk menghitung biaya pelayanan adalah dengan pendekatan

micro-costing atau gross-costing. Pada metode micro-costing, biaya pelayanan dinilai dengan menjumlahkan masing-masing komponen biaya (input) yang diperlukan untuk pelayanan. Untuk menghitung biaya kunjungan ke rumah sakit, maka dilakukan identifikasi, pengukuran, dan evaluasi terhadap sumber daya seperti misalnya personel, terapi, dan test laboratorium. Dengan kata lain bahwa micro-costing menggunakan pendekatan bottom-up, yaitu perhitungan komponen biaya produksi (input) untuk mendapatkan output. Sebaliknya, dengan pendekatan

gross-costing, biaya pelayanan (misalnya kunjungan ke rumah sakit) dinilai secara top-down,

yaitu dengan cara membagi total biaya pelayanan dengan jumlah total pelayanan yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Kedua pendekatan ini tujuannya adalah untuk menghitung unit cost dari pelayanan, namun demikian tingkat ketepatan dari kedua metode tersebut sedikit berbeda. Hasil dari pendekatan micro-costing menggambarkan biaya pelayanan yang aktual, sedangkan pendekatan gross-costing menghasilkan nilai rata-rata. Pendekatan micro-costing sangat akurat dan merupakan gold standard untuk penilaian biaya, namun demikian pendekatan ini memerlukan biaya yang mahal dan waktu lebih lama. Pendekatan micro-costing direkomendasikan jika tujuan dari analisis adalah untuk menegaskan perbedaan biaya dari suatu pelayanan kesehatan.

Studi COI merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam ekonomi kesehatan sebagai alat untuk membuat keputusan. COI berbeda dengan evaluasi ekonomi yang lain karena tidak membandingkan biaya dan outcome. Tujuan utama dari COI adalah:

1.  Untuk menilai beban ekonomi suatu penyakit dalam masyarakat. Hasil studi dapat digunakan sebagai informasi tentang jumlah sumber daya yang digunakan karena penyakit dan berdasarkan data epidemiologi morbiditas dan mortalitas dapat diketahui peringkat penyakit berdasarkan beban ekonominya.

2.  Untuk mengidentifikasi komponen biaya utama dan biaya total berdasarkan insidensi. Hal ini dapat membantu pembuat kebijakan untuk menetapkan dan/atau membatasi: a.  Kebijakan penetapan biaya pada komponen yang memberikan porsi terbesar dari

total biaya


(19)

3.  Untuk mengidentifikasi manajemen klinik dari suatu penyakit pada tingkat nasional. Hasil evaluasi COI dapat membantu pembuat keputusan dan manajer untuk menganalisa fungsi produksi yang digunakan untuk menghubungkan input dan/atau pelayanan intermediate untuk mencapai output. Pedoman klinik merupakan salah satu contoh hasil akhir pada kasus ini, dapat digunakan untuk identifikasi manajemen penyakit terutama jika dinilai tidak efektif atau sangat beragam.

4.  Menjelaskan variasi biaya. Pada kasus ini dapat dilakukan analisis statistik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variasi biaya dan variabel penyakit (misalnya keparahan), pasien (misalnya variabel demografi) atau penyelenggara pelayanan kesehatan (misalnya rumah sakit pendidikan dibandingkan rumah sakit daerah). Hasil penelitian ini akan membantu manajer untuk membuat perencanaan dengan informasi yang lebih akurat untuk menentukan pelayanan ke depan. Pola dari sumber daya yang digunakan dalam pelayanan sangat penting untuk merencanakan pelayanan kesehatan.

Studi COI mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan memperkirakan nilai maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika penyakit dapat disembuhkan. Pengetahuan COI dapat membantu pembuat kebijakan untuk memutuskan penyakit apa yang diprioritaskan untuk ditentukan kebijakan pelayanan kesehatan dan pencegahannya. Selain itu, studi ini dapat menjelaskan regimen terapi mana pada suatu penyakit yang dapat menurunkan beban penyakit tersebut. Bagi pemegang kebijakan, studi COI dapat menggambarkan pengaruh finansial dari suatu penyakit pada program kesehatan di masyarakat. Bagi manajer, dapat diketahui penyakit apa yang mempunyai pengaruh besar pada biaya. Studi COI menyediakan informasi yang penting untuk cost-effectiveness analysis dan cost benefit analysis, memberikan kerangka kerja untuk perkiraan biayanya.

2.5.  Pengukuran dan Perkiraan Biaya

Biaya dihitung untuk memperkirakan sumber daya (atau input) dalam suatu produksi barang atau jasa. Sumber daya digunakan untuk suatu barang atau jasa yang tidak bisa digunakan untuk yang lain. Berdasarkan teori ekonomi, biaya yang 'sesungguhnya' dari sumber daya adalah opportunity cost (nilai pilihan terbaik yang hilang atau pilihan selanjutnya yang paling baik), tidak harus sejumlah uang yang diterima. Sumber daya yang terkait dengan suatu


(20)

produk atau jasa tidak dapat digunakan untuk produk atau jasa yang lain (opportunities).

Misalnya, jika sukarelawan diminta untuk membantu petugas di klinik yang bam, meskipun tidak dibayar, merupakan opportunity cost karena petugas tersebut akan memberikan pelayanan yang lain jika tidak membantu di klinik bam tersebut. Contoh yang lain, jika klinik baru tersebut membutuhkan Farmasis waktu paruh untuk membantu di klinik sebagai bagian dari tugas Farmasis yang sudah ada. Jumlah jam kerja Farmasis dikalikan dengan jumlah jam kerja di klinik dapat digunakan untuk memperkirakan alokasi biaya dari klinik baru tersebut, meskipun tidak ada tambahan Farmasis paruh waktu. Hal mi disebabkan jika Farmasis tidak bekerja di klinik, dia akan menyediakan jasa atau barang lain, misalnya menyiapkan resep atau memberikan pelayanan klinik kepada pasien rawat inap (pilihan terbaik berikutnya).

2.5.1.  Kategori Biaya

Pada tahun 1980 dan 1990, banyak textbook mengklasifikasikan biaya dalam empat kategori, yaitu biaya medik langsung, biaya non-medik langsung, biaya tidak langsung, dan biaya tidak teraba (Tabel 2). Istilah tersebut tidak digunakan secara konsisten di literatur. Perlu mendapatkan perhatian disini adalah istilah biaya tidak langsung yang mengacu pada hilangnya produktivitas, kadang-kadang masih rancu dengan definisi biaya tidak langsung pada

accounting, yang digunakan untuk overhead. Alternatif metode kategorisasi yang disampaikan oleh Drummond dkk, meliputi biaya pelayanan kesehatan, biaya untuk sektor yang lain, biaya pasien dan keluarga, dan biaya produktivitas.

a. Biaya Medik Langsung

Biaya medik langsung adalah biaya yang paling sering diukur, merupakan input yang digunakan secara langsung untuk memberikan terapi. Misalnya, biaya obat, test diagnostik, kunjungan dokter, kunjungan ke unit gawat darurat, atau biaya rawat inap. Contoh biaya medik langsung untuk kemoterapi meliputi biaya produk kemoterapi, obat lain yang digunakan untuk mengatasi efek samping kemoterapi, alat untuk pemberian intravena, pemeriksaan laboratorium, biaya klinik, dan kunjungan dokter.


(21)

Tabel 2.2 Contoh Tipe Kategori Biaya (Bootman etal, 2005):

Tipe kategori biaya Contoh

Direct medical costs (biaya medik langsung)

Pengobatan Monitoring terapi Administrasi terapi

Konsultasi dan konseling pasien Test diagnostik

Rawat inap Kunjungan dokter

Kunjungan di Unit Gawat Darurat Kunjungan medik ke rumah Jasa Ambulance

Jasa perawat

Direct nonmedical cost (biaya non-medik langsung)

Transportasi untuk mencapai rumah sakit (bis, taxi) Bantuan non-medik karena keadaan pasien

Tinggal di penginapan untuk pasien atau keluarga, jika perawatannya di luar kota

Jasa pelayanan untuk anak-anak pasien.

Indirect cost (biaya tidak langsung) Produktivitas pasien yang hilang Produktivitas dari

caregiver yang tidak terbayarkan

Produktivitas yang hilang karena mortalitas dini

Intangible cost (biaya tidak teraba) Nyeri Lemah Cemas

b. Biaya Non-medik Langsung

Biaya non-medik langsung adalah biaya untuk pasien atau keluarga yang terkait langsung dengan perawatan pasien, tetapi tidak langsung terkait dengan terapi. Contoh dari biaya non-medik langsung adalah biaya menuju atau dari praktek dokter, klinik, atau rumah sakit, jasa pelayanan kepada anak-anak pasien, makanan dan penginapan yang dibutuhkan pasien dan keluarga selama terapi di luar kota.

c. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang disebabkan hilangnya produktivitas karena penyakit atau kematian yang dialami oleh pasien. Indirect benefit, merupakan biaya yang dihemat karena terhindarnya biaya tidak langsung, merupakan peningkatan penghasilan atau produktivitas yang dicapai karena intervensi atau produk obat. Contoh pada kemoterapi, biaya tidak langsung yang disebabkan waktu pasien tidak bisa bekerja untuk mendapatkan terapi atau produktivitas yang berkurang karena pengaruh penyakit atau terapi yang diterimanya. Manfaat tidak langsung mungkin bertambah pada waktu yang akan datang, yaitu peningkatan produktivitas karena keberhasilan terapi dalam menurunkan morbiditas dan memperpanjang lama hidup.


(22)

d. Biaya Tidak Teraba

Yang termasuk dalam biaya tidak teraba antara lain biaya untuk nyeri, sakit, cemas, atau lemah yang terjadi karena penyakit atau terapi suatu penyakit. Intangible benefit adalah

benefit yang disebabkan karena menurunnya nyeri dan sakit karena suatu obat atau intervensi. Pada tipe biaya ini, sulit untuk menilai dan mengukur dalam nilai moneter.

2.6.  Studi Pendahuluan Yang Pernah Dilakukan

TAHUN STUDI

2013-2014 Perbedaan Efektivitas, Toksisitas dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Stadium IIB-IIIB Karsinoma Skuamosa Pada Kemoterapi BOMP dan Paklitaksel Karboplatin


(23)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus Tahun Kedua:

1.  Melakukan wawancara kepada pasien maupun keluaraganya dan penelusuran data rekam medis pasienuntuk mendapatkan data tentang biaya-biaya apa saja yang harus dikeluarkan selama menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar

2.  Membagikan kuesioner EORTC QLQ C-30 untuk mendapatkan data tentang kualitas hidup pasien kanker serviks tersebut

3.  Melakukan analisa deskriptif tentang biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama pasien menjalani kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin di RSUP Sanglah Denpasar

4.  Melakukan analisa deskriptif tentang biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama pasien menjalanai kemoterrapi regimen Paklitaksel Karboplatin di RSUP Sanglah Denpasar

5.  Melakukan analisa efektivitas biaya kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin dan regimen BOMP dibandingkan dengan outcome terapi.

6.  Melakukan analisa kualitas hidup pasien antara kemlompok pasien Paklitaksel Karboplatin dan BOMP

3.2 Urgensi/Keutamaan Penelitian

Menyertakan data-data tentang biaya yang diperoleh melalui metode evaluasi farmakoekonomi penting dilakukan untuk membantu pemerintah dalam menyediakan data-data tentang obat dan pengobatan untuk kemoterapi kanker serviks yang cost effective sehingga dapat digunakan untuk bahan evaluasiterhadap system pembayaran berdasarkan CBG atau kapitasi dalam program JKN dan BPJS, selain itu penting pula bagi klinisi kesehatan dalam upaya memberikan pilihan alternative terapi yang cost effective bagi pasien sehingga pasien mendapatkan terapi yang efektif pada biaya yang terjangkau.

3.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat :

1.  Bagi pemerintah, menyediakan data-data tentang biaya penggunaan obat maupun pengobatan kemoterapi regimen Paklitaksel karboplatin maupun regimen BOMP


(24)

untuk pasien kanker serviks stadium IIB-IIIB karsinoma sel skuamosa untuk menunjang pembiayaan kesehatan melalui system Kapitasi atau CBG dalam program JKN dan BPJS bagi masyarakat

2.  Bagi klinisi atau praktisi kesehatan, menyediakan data-data tentang biaya-biaya kemoterapi untuk pasien kanker serviks yang dapat diinformasikan bagi pasien sebelum memutuskan memberikan kemoterapi bagi pasien dan juga memberikan data pengobatan yang cost effectivr sebagai bahan pertimbangan dalam memilih alternative terapi sebelum mengambil keputusan kliinis bagi pasien.

3.  Bagi pasien, pasien mendapatkan informasi tentang biaya selain informasi klinis sebagai bahan pertimbangan bagi pasien sebelum melakukan prosedur kemoterapi sehingga pengobatan yang rasional dapat tercapai.


(25)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.  Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan,mencatat,analisis,dan menginterpretasikan kondisi kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada sehingga diharapkan dapat menafsir kecenderungan yang akan terjadi pada masa akan datang (Pabundu,2006 dalam Usodo,2013). Penelitian ini akan mendeskripsikan biaya-biaya yang terkait dengan biaya kemoterapi dari pasien kanker serviks selama menjalani kemoterapi di Rumah Sakit, kemudian dilakukan Analisa Efektivitas Biaya dengan membandingkan kedua regimen kemoterapi yaitu Paklitaksel Karboplatin dan BOMP

4.2.  Sampel Penelitian

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sekelompok pasienkanker serviks stadium IIB-III karsinoma sel skuamosa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Adapun kriteria inklusi nya adalah:

1.  Menyetujui informed consent(bersedia untuk ikut serta dalam penelitian) 2.  Pasien dengan kanker serviks

3.  Pasien yang baru pertama kali menjalani kemoterapi

4.  Pasien yang memenuhi persyaratan secara kondisi umum dan pemeriksaaan laboratorium

5.  Pasien yang mendapatkan kemoterapi paklitaksel-karboplatin dan BOMP hingga tiga seri

Adapun kriteria eksklusinya adalah Pasien yang tidak melanjutkan kemoterapi karena alasan biaya dan meninggal dunia

4.3.  Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif, sedangkan sumber data :


(26)

Data yang diperoleh secara langsung dari responden di lokasi penelitian. Data ini dilakukan melalui wawancara dengan dokter, farmasis, perawat, pasien dan keluarga pasien dan pengisian kuesioner EORTC QLQ C-30 oleh pasien.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari rekam medis pasien atau dari pihak/instansi lain yang terkait.

4.4.  Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan pasien secara langsung di RSUP Sanglah Denpasar.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara atau interview sangat mendukung metode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik ini dilakukan secara mendalam (indepth interview), yang merupakan suatu proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian. Melalui wawancara ini akan diperoleh informasi lebih dalam dapat menjawab permasalahan yang dibahas.Digunakannya metode wawancara mendalam pada penelitian ini adalah bertujuan untuk:

1.  Menimbulkan suasana dengan fleksibilitas tinggi, dimana banyak kesempatan untuk merestrukturisasi pertanyanyang diberikan.

2.  Menyiasati waktupelaksanaan wawancara kepada responden, mengingat responden berada pada bagian pelayanan dan pada bagian manajemen yang memiliki kesibukan yang sangat padat.

3.  Menghindari timbulnya rasa canggung responden ketika menjawab pertanyaan dari peneliti, yang mengakibatkan responden menjadi tidak leluasa dan terkesan menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya akibat adanya keinginan menjaga profesionalitas profesi kesehatan dan jabatan.

c. Pencatatan data rekam medis

Pengumpulan data dari rekam medisditerapkan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang biaya-biaya medis yang ditanggung oleh pihak asuransi


(27)

4.5.  Bahan dan Alat a. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data rekam medis, kuesioner EORTC QLQ C-30 dan pedoman wawancara.

b. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah computer untuk menganalisa ststistik, alat tulis, computer dan program statistik untuk mengolah data

4.6.  Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar untuk pengamatan pasien selama pasien dikemoterapi dan di laboratorium Statistika Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNUD untuk melakukan analisa data

4.7.  Prosedur Kerja

1. Prosedur kerja tahun pertama:

1.  Pemeriksaan, diagnosadan penentuan stadium pasien kanker serviks

2.  Pemberian kuesioner EORTC QLQ- C30 sebelum pasien menjalani kemoterapi dan wawancara mendalam kepada pasien maupun keluarga pasien untuk menanyakan tentang biaya sebelum menjalani / persiapan untuk kemoterapi tersebut

3.  Pemberian kemoterapidan pemantauan pasien pada setiap kemoterapi 1. Kemoterapi siklus pertama:

1. Pasien masuk RS dan dilakukan Pemeriksaan pasien oleh dokter dan dinyatakan untuk dikemoterapi dengan BOMP atau Paklitaksel-Karboplatin

2. Pengambilan sampel darah pasien untuk dilakukan pemeriksaan awal sebelum kemoterapi yaitu SCC, CEA, Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN, Creatinin, SGOT dan SGPT

3. Proesedur pemberian kemoterapi BOMP atau Paklitaksel KArboplatin siklus I 4. Pasien diperbolehkan pulang


(28)

1. Pasien masuk RS dan dilakukan Pemeriksaan pasien oleh dokter dan siap untuk dilakukan kemoterapi

2. Proesedur pemberian kemoterapi BOMP atau paklitaksel-Karboplatin siklus II 3. Pasien diperbolehkan pulang

3. Pemberian kemoterapi siklus ketiga:

1. Pasien masuk RS dan dilakukan Pemeriksaan pasien oleh dokter dandinyatakan siap untuk menjalan kemoterapi siklus ke III

2. Proesedur pemberian kemoterapi BOMP atau paklitaksel-KArboplatin siklus ketiga

3. Pengambilan sampel darah pasien setelah menjalani ketiga siklus kemoterapi tersebut yaitu SCC, CEA, Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN, Creatinin, SGOT dan SGPT

4. Pasien diperbolehkan pulang.

5. Pengumpulan data seluruh hasil pemantauan dan pemeriksaan laboratorium SCC, CEA, Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN, Creatinin, SGOT dan SGPTsebelum kemoterapi dan sesudah kemoterapi

6. Analisa data tentang efektivitas dan toksisitas

7. Kesimpulan manakah yang lebih efktif dengan toksisitas lebih rendah 8. Penyusunan laporan dan publikasi

2. Prosedur kerja tahun kedua:

1.  Pemberian kuesioner EORTC QLQ-C30 kepada pasien sebelum dan setelah kemoterapi seri ketiga.

2.  Wawancara mendalam kepada pasien ataupun keluarga pasien untuk menanyakan tentang biaya sebelum dan setelah kemoterapi seri ketiga tersebut di rumah pasien atau di RSUP Sanglah Denpasar.

3.  Pengumpulan data seluruh hasil pengisian kuesioner EORTC QLQ-C30dan hasil wawancara mendalam dengan pasien tentang biaya kemoterapi sebelum dan sesudah kemoterapi

4.  Analisa data dengan menggunakan program SPSS, dilakukan dengan cara: 1. Pengumpulan data biaya–biaya yang terkait untuk kemoterapi BOMP

2. Pengumpulan data biaya–biaya yang terkait untuk terapi Paclitaxel Carboplatin 4. Perhitungan efektivitas biaya kemoterapi pasien kanker serviks yang mendapat


(29)

5. Perhitungan nilai kualitas hidup pasien sebelum menjalani kemoterapi dan sesudah menjalani kemoterapi menggunakan kuesioner EORTC QLQ-C30 tersebut

5.  Kesimpulan

6.  Penyusunan laporan dan publikasi

4.8.  Luaran dan Indikator Capaian 4.8.1.  Dari sisi ilmiah :

1.  diperoleh data-data tentang biaya-biaya apa sajakah yang harus dikeluarkan oleh pasien selama menjalani kemoterapi dan besarnya biaya-biaya tersebut

2.  menghasilkan laporan ilmiah yang dipublikasikan di jurnal internasional atau nasional.

4.8.2.  Dari sisi praktis :

1.  Sebagai acuan untuk memberikan masukan bagi para dokter maupun praktisi kesehatan lainnya sebelum menjalani rawat inap

2.  memberikan informasi kepada masyarakt tentang biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pasien dan kualitas hidupnya.


(30)

4.9.  Skema Kerja

Skema Kerja tahun pertama

Pengurusan izin penelitian dan ethical clearance di RSUP Sanglah

Pasien kanker serviks rawat inap di RSUP Sanglah

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel penelitian

Diputuskan untuk Kemoterapi Paclitaxel Karboplatin atau selama 3 seri (jeda tiap seri kemoterapi adalah 3 minggu) dan dilakukan wawancara

mendalam unt menanyakan biaya dan kuesioner

Pemeriksaan kadar antigen SCC dan CEA (di laboratorium klinik Prodia) serta fungsi hematologi (Hb, Leukosit dan Eritrosit), fungsi ginjal (BUN dan creatinin) dan fungsi hati (SGOT dan SGPT) (di laboratorium PK-RSUP Sanglkah

Sebelum kemoterapi pertama kali Sesudah akhir kemoterapi seri ketiga

Uji T-Test untuk efektivitas dan toksisitas

Hasil

Pengumpulan data efektivitas dan toksisitas Diperoleh

‐ data tentang nilai SCC, CEA dan Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN, Creatinin, SGOT dan SGPT ‐ data biaya pasien

‐ data pengisian kuesioner

Diperoleh

‐ data tentang nilai SCC, CEA dan Hb, Leukosit, Eritrosit, BUN, Creatinin,

‐ data biaya pasien ‐ data pengisian kuesioner

Diputuskan untuk Kemoterapi BOMP selama 3 seri (jeda tiap seri kemoterapi adalah 3 minggu) dan dilakukan wawancara

mendalam unt menanyakan data biaya dan kuesioner

Pengumpulan data tentang :

‐ Biaya yang dikeluarkan oleh pasien ‐ Biaya kemoterapi dengan Paclitaxel-

Karboplatin.

‐ Biaya yang hilang karena menunggu pasien dikemoterapi

‐ Kuesioner kualitas hidup pasien sebelum kemoterapi

 

Pengumpulan data tentang : ‐ Biaya yang dikeluarkan oleh pasien

‐ Biaya kemoterapi dengan BOMP

‐ Biaya yang hilang karena menunggu pasiendikemoterapi

‐ Kuesioner kualitas hidup pasien sebelum kemoterapi

ACER dan ICER untuk analisa efektivitas biaya kemoterapi dengan BOMP dan Paclitaxel-Karboplatin

Pengolahan hasil kuesioner menggunakan uji T-Test

Pengumpulan data tentang biaya, indikator efektivitas dan pengumpulan hasil kuesioner

Kesimpulan

Pengumpulan data tentang : ‐ Biaya yang hilang untuk perawatan

pasien di rumahsetelah selesai dikemoterapi

‐ Kuesioner kualitas hidup pasien setelah selesai kemoterapi.

 

Pasien Pulang dari Rumah Sakit

Hasil

Kesimpulan

Skema Kerja tahun kedua 

Gambar 4.1. Skema Alur Kerja Penelitian  


(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectionalprospektif untuk mengetahui besar biaya produktivitas dan non-medis pada pasien kanker serviks sel skuamosa yang mendapatkan kemoterapi regimen Paklitaksel - Karboplatin dan Bleomisin - Oncovin® - Mitomisin – Sisplatin di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar selama bulan Pebruari sampai Juni 2015. Penelitian ini telah dinyatakan layak etik dengan dikeluarkannya Ethical Clearance dan izin penelitian oleh Komisi Etik Litbang FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Sampel penelitian yaitu pasien kanker serviks yang memenuhi kriteria inklusi dan telah menyatakan kesediaannya untuk bekerjasama dalam penelitian ini serta menandatangani informed consent.

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini diperoleh responden sebanyak 22 responden yang terdiri dari 11 responden yang mendapat kemoterapi regimen Paklitaksel - Karboplatin dan 11 responden yang mendapat kemoterapi regimen BOMP. Adapun karakteristik responden yang telah diteliti adalah sebagai berikut :


(32)

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Kemoterapi Regimen Paklitaksel – Karboplatin

Karakteristik Jumlah

(N=11) Persentase (%) Stadium :

-  IIB 4 0.36

-  IIIB 7 0.64

Usia :

-  26 - 35 tahun 1 0.09

-  36 - 45 tahun 2 0.19

-  46 - 55 tahun 4 0.36

-  56 - 65 tahun 3 0.27

-  65 tahun ke atas 1 0.09

Usia Menikah :

-  17 - 25 tahun 10 0.91

-  36 - 45 tahun 1 0.09

Daerah Asal

Bali :

-  Denpasar 3 0.27

-  Klungkung 1 0.09

-  Badung 2 0.19

-  Tabanan 1 0.09

-  Buleleng 2 0.19

-  Gianyar 1 0.09

-  Bangli 1 0.09

Tingkat Pendidikan

-  Tidak bersekolah 1 0.09

-  SD 2 0.19

-  SMP 5 0.45

-  SMA 2 0.19

-  Akademi 1 0.09

Jenis Jaminan Kesehatan

-  BPJS Umum 2 0.19

-  JKBM 6 0.54

-  BPJS Jamkesmas 2 0.19

-  BPJS Askes Wajib 1 0.09

Jenis Pekerjaan

-  IRT 3 0.27

-  Pedagang 2 0.19

-  Buruh 1 0.09

-  Karyawan 2 0.19

-  Petani 3 0.27

Agama

-  Hindu 10 0.91

-  Kristen 1 0.09

Keterangan :

N (jumlah sampel yang digunakan)


(33)

Karakteristik Jumlah

(N=11) Persentase (%) Stadium :

-  IIB 7 0.64

-  IIIB 4 0.36

Usia :

-  26 - 35 tahun 3 0.27

-  36 - 45 tahun 6 0.54

-  46 - 55 tahun 1 0.09

-  56 - 65 tahun 1 0.09

Usia Menikah

-  17 - 25 tahun 11 1

-  36 - 45 tahun 0 -

Daerah Asal

Bali :

-  Denpasar 1 0.09

-  Gianyar 1 0.09

-  Badung 2 0.19

-  Tabanan 2 0.19

-  Buleleng 2 0.19

-  Klungkung 1 0.09

Dari luar Bali :

-  NTB / NTT 2 0.19

Tingkat Pendidikan :

-  Tidak bersekolah 0 -

-  SD 2 0.19

-  SMP 4 0.36

-  SMA 4 0.36

-  Akademi 1 0.09

Jenis Jaminan Kesehatan

-  BPJS Umum 4 0.36

-  JKBM 4 0.36

-  BPJS Jamkesmas 2 0.19

-  BPJS Askes Wajib 1 0.09

Jenis Pekerjaan

-  IRT 1 0.09

-  Pedagang 6 0.54

-  Petani 1 0.09

-  Buruh 2 0.19

-  Pegawai Honorer 1 0.09

Agama

-  Hindu 8 0.73

-  Kristen 1 0.09

-  Islam 2 0.19

Keterangan :

N (jumlah sampel yang digunakan)

Berdasarkan data karakteristik pada pasien kanker serviks yang mendapat kemoterapi regimen Paklitaksel – Karboplatin, pasien lebih banyak terdiagnosa pada stadium IIIB


(34)

sedangkan pada pasien yang mendapat kemoterapi regimen BOMP, pasien tersebut lebih banyak terdiagnosa pada stadium IIB. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien datang ke rumah sakit dengan diagnosa kanker serviks berada pada stadium lanjut dengan gejala berupa perdarahan dan nyeri pada abdominal, sehingga kemungkinan kesembuhan dan harapan hidup pada pasien relatif kecil. Hal ini sangat memprihatinkan karena kurangnya pemahaman sebagian besar perempuan untuk melakukan pendeteksian dini.

Pasien yang mendapat kemoterapi regimen Paklitaksel – Karboplatinlebih banyak berusia 46 – 55 tahun sedangkan untuk pasien yang mendapat kemoterapi regimen BOMP, usia pasien terbanyak sebesar 36 – 45 tahun. Secara teoritis, meskipun kanker serviks dapat terdiagnosa pada perempuan yang baru berusia dua puluh tahunan dan pada saat remaja, perkembangan risiko kanker serviks mulai meningkat setelah umur 25 tahun (Spencer, 2007). HPV merupakan virus yang menyebabkan terjadinya kanker serviks. Adanya perubahan sel dalam leher rahim akibat adanya kontak seksual dapat menyebabkan penularan HPV (Pazdur, 2001; Sjamsuddin, 2001).Secara keseluruhan pasien kanker serviks dalam penelitian ini memiliki status telah menikah. Sesuai dengan literatur, 85% wanita yang aktif secara seksual, akan terinfeksi HPV setelah 3 tahun sejak pertama kali aktif secara seksual (McCormick and Robert, 2011).Sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan yang telah melakukan hubungan seksual memiliki risiko lebih besar untuk menderita kanker serviks yang disebabkan oleh penularan virus HPV yang lebih mudah.

Pasien kanker serviks pada penelitian sebagian besar berasal dari daerah Bali. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya penderita kanker serviks yang berasal dari daerah Bali sendiri, sehingga memberikan penyuluhan mengenai pencegahan, deteksi dini, dan bahaya kanker serviks bagi masyarakat khususnya kaum perempuan di Bali menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pemerintah.

Tingkat pendidikan pada pasien Paklitaksel – Karboplatinyang paling banyak adalah SMP, sebagian besar pasien tinggal di pedesaan sehingga tidak banyak yang melanjutkan ke SMA, sedangkan untuk pasien BOMP, tingkat pendidikan SMP adalah sama banyak dengan jumlah pasien dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 5 orang . Pendidikan mempunyaihubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks dengan kata lain penderita kanker serviks yangberpendidikan rendah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks, hal ini disebabkan karena pendidikan yang rendah cenderung diikuti dengan status sosial ekonomi yang rendah yang akan berpengaruh terhadap kebersihan, sanitasi, dan pemeliharaan kesehatan yang masih kurang dan akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan risiko


(35)

terjadinya kanker, tingkat pendidikan yang rendah cenderung terjadi keterlambatan dalam upaya diagnosis dini ke pelayanan kesehatan akibat kurangnya paparan informasi (Hidayat, 2001).

Pada penelitian ini secara keseluruhan pasien kanker serviks yang menjalani pengobatan di RSUP Sanglah Denpasar telah menggunakan jaminan kesehatan milik pemerintah yang menanggung seluruh biaya pengobatan pada pasien kanker serviks di rumah sakit. Sehingga pasien tidak perlu merasa khawatir dengan biaya yang cukup besar untuk pengobatan di rumah sakit. Memiliki tanggungan jaminan kesehatan sangat penting dewasa ini, terutama bagi penderita kanker. Penyakit kanker memerlukan terapi yang sangat mahal dimana berhubungan dengan radioterapi, kemoterapi yang menggunakan obat-obat sitostatika serta pembedahan.

Sebagian besar pasien kanker serviks dalam penelitian ini merupakan wanita yang masih produktif. Di Indonesia, kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita usia produktif. Pada usia produktif (30-50 tahun) perempuan yang sudah kontak seksual akan berisiko tinggi terkena kanker serviks (Fitriani dan Ambarini, 2012). Hal ini akan berkaitan erat dengan kehilangan biaya produktivitas pada pasien kanker serviks.

Pasien kanker serviks dalam penelitian ini sebagian besar beragama Hindu. Hal ini terkait dengan alamat asal pasien yang kebanyakan yaitu sejumlah 20 pasien dari 22 pasien, berasal dari wilayah Bali dimana diketahui bahwa mayoritas penduduk di Bali beragama Hindu dan hanya dua pasien yang berasal dari luar wilayah Bali yaitu NTB dan NTT, hal ini karena RSUP Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pusat rujukan untuk Indonesia Timur yang berada di Provinsi Bali. Bagi kepercayaan umat Hindu, menghaturkan banten setiap hari adalah salah satu cara untuk mengucap syukur kepada Yang Kuasa sehingga hal ini akan sangat berkaitan erat dengan biaya ekstra yang harus dikeluarkan oleh pasien kanker serviks yang beragama Hindu selama menjalani pengobatan di rumah sakit khususnya selama menjalani rawat inap di rumah sakit.

5.2 Jenis Biaya

Biaya yang dikeluarkan oleh Pasien selama menjalani Kemoterapi Regimen paklitaksel karboplatin dan regimen BOMP di RSUP Sanglah Denpasar, diperoleh dari melakukan wawancara mendalam kepada pasien dan dengan menggunakan teknik buku harian kepada pasien maupun keluarganya dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa biaya-biaya yang


(36)

dikeluarkan oleh pasien selama menjalani kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin di RSUP Sanglah Denpasar adalah:

1.  Biaya Medis 2.  Biaya Non Medis 3.  Biaya Produktivitas.

Biaya medis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya obat-obatan dan alat kesehatan, akomodasi, tindakan keperawatan, laboratorium, kemoterapi,visite dokter, pelayanan gizi dikeluarkan oleh pasien selama pasien menjalani tiga siklus kemoterapi.

Biaya non Medis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pasien maupun keluarga pasien selama menjalani tiga siklus kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar yang diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan buku harian. Hasil yang diperoleh adalah bahwa terdapat sepuluh macam biaya non medis yang harus dikeluarkan oleh pasien maupun keluarganaya selama menunggui pasien menjalani tiga siklus kemoterapi yaitu biaya fotocopy, biaya transport, biaya parkir, biaya makanan minuman, biaya sembahyang, biaya pembalut, biaya MCK, biaya laundry, biaya telepon dan biaya lain-lain.

Biaya produktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya kehilangan pendapatan dari pasien karena harus menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar maupun keluarga pasien karena harus menunggui pasien selama menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar.

5.3 Besaran Biaya

Besaran Biaya yang dikeluarkan oleh Pasien selama menjalani Kemoterapi Regimen paklitaksel karboplatin dan regimen BOMP di RSUP Sanglah Denpasar

Berikut di bawah ini adalah penjelasan untuk masing-masing biaya yang dikeluarkan oleh pasien selama menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar baik dengan regimen Paklitaksel Karboplatin maupun regimen BOMP

5.3.1  Biaya Medis Pasien kanker Serviks

Biaya medis diperoleh dengan cara merekap seluruh biaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan medis dan penunjang medis, dimana data-data tersebut terdapat dalam rincian biaya yang dikeluarkan oleh bagian Keuangan RSUP Sanglah Denpasar.

5.3.1.1 Biaya Medis Pasien Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin

Diperoleh hasil dari merekap seluruh data biaya medis selama pasien menjalani tiga siklus kemoterapi regimen Paklitaksel karboplatin di RSUP Sanglah. Adapun hasil rekapan


(37)

tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Biaya Medis Pasien Kemoterapi Regimen Paklitaksel Karboplatin

NO PX RI I RI II RI III TOTAL

1 SOKA 4,818,400.00 5,167,900.00 4,944,600.00 14,930,900.00 2 SURYANI 1,321,000.00 4,153,100.00 5,540,400.00 11,014,500.00 3 SUNADI 4,344,700.00 4,063,300.00 3,873,600.00 12,281,600.00 4 NASA 9,578,100.00 3,988,000.00 3,896,200.00 17,462,300.00 5 LUSIA 5,106,500.00 3,613,400.00 15,507,800.00 24,227,700.00 6 MUNJUK 4,396,500.00 3,738,900.00 3,970,100.00 12,105,500.00 7 HAFSAH A. 10,245,100.00 4,704,100.00 6,460,200.00 21,409,400.00 8 MANTEL 7,959,800.00 4,512,800.00 4,521,600.00 16,994,200.00 9 NIRKI 4,778,800.00 4,142,000.00 4,234,500.00 13,155,300.00 10 JEMPIRING 4,342,800.00 3,847,700.00 3,967,600.00 12,158,100.00 11 SORONADI 3,944,400.00 5,521,900.00 6,141,500.00 15,607,800.00

5.3.1.2 Biaya Medis Pasien Kemoterapi Regimen BOMP

Diperoleh hasil dari merekap seluruh data biaya medis selama pasien menjalani tiga siklus kemoterapi regimen BOMP di RSUP Sanglah. Adapun hasil rekapan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4 Biaya Medis Pasien Kemoterapi Regimen BOMP

NO PX RI I RI II RI III TOTAL

1 SAYUMI 2,153,900.00 2,276,800.00 2,376,800.00 6,807,500.00 2 SUMITI 3,263,700.00 4,381,400.00 1,887,600.00 9,532,700.00 3 JAHMAR 2,881,100.00 1,942,500.00 2,060,400.00 6,884,000.00 4 ROMANA ICE 2,636,600.00 3,301,900.00 4,679,000.00 10,617,500.00 5 KT. SUNARI 2,082,800.00 2,103,600.00 2,683,100.00 6,869,500.00 6 WAHYUNI 2,049,900.00 2,041,500.00 2,058,200.00 6,149,600.00 7 SOARJANI 2,386,400.00 3,479,600.00 2,076,200.00 7,942,200.00 8 RATIP 5,465,000.00 2,841,600.00 3,371,000.00 11,677,600.00 9 NYM. DEWI 1,937,200.00 2,593,500.00 2,561,200.00 7,091,900.00 10 TORPI 2,177,200.00 1,984,100.00 3,179,700.00 7,341,000.00 11 SRINTEG 2,380,700.00 2,862,100.00 3,741,700.00 8,984,500.00

Analisa statistik deskriptif biaya medis

1.  Biaya medis Paklitaksel karboplatin N : 11

Mean : 15577027,27 SD : 4196589,07

2.  Biaya medis BOMP N : 11


(38)

Mean : 8172545,45 SD : 1788819,62

3.  Biaya medis PC dan BOMP N : 22

Mean : 11874786,36 SD : 4926397,70

4.  Biaya medis PC dan BOMP rawat inap I N : 22

Mean : 4102300,00 SD : 2441018,03

5.  Biaya medis PC dan BOMP rawat inap II N : 22

Mean : 3511895,45 SD : 1062415,66

6.  Biaya medis PC dan BOMP rawat inap III N : 22

Mean : 4260590,91 SD : 2836213,69

Biaya Non-Medis Pasien Kanker Serviks

Selain biaya produktivitas yang dikeluarkan oleh pasien dan penunggu pasien, terdapat biaya lain yang juga dikeluarkan oleh pasien kanker serviks adalah biaya non-medis. Biaya non-medis yang diperoleh dalam penelitianbersumber dari buku harian dan wawancara pasien kanker serviks selama kemoterapi regimen Paklitaksel – Karboplatin dan pasien kanker serviks selama kemoterapi regimen BOMP di RSUP Sanglah Denpasar. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

5.3.1.3 Biaya Non-Medis Pasien Kanker Serviks Regimen Paklitaksel Karboplatin


(1)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang menjalani kemoterapi regimen Paklitaksel karboplatin adalah biaya medis, biaya non medis dan biaya produktivitas

2. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang menjalani kemoterapi regimen BOMP adalah biaya medis, biaya non medis dan biaya produktivitas.

3. Pasien yang menjalani kemoterapi regimen paklitaksel karboplatin mengeluarkan : rata-rata biaya medis sebesar 15577027,27, rata-rata biaya non medis sebesar 763818,18 dan rata-rata biaya produktivitas 520000.

4. Pasien yang menjalani kemoterapi regimen BOMP mengeluarkan : rata-rata biaya medis sebesar 8172545,45, rata-rata biaya non medis sebesar 1270545,45 dan rata-rata biaya produktivitas 1338386,82.

5. Kemoterapi dengan regimen BOMP dikatakan lebih efektif daripada regimen Paklitaksel carboplatin karena rata-rata biaya medis yang dikeluarkan oleh pasien BOMP yaitu 8172545.45 adalah lebih kecil daripada biaya yang dihabiskan oleh pasien paklitaksel carboplatin yaitu sebesar 15577027.27, jika efektivitas biaya ditinjau dari biaya non medis, diketahui bahwa nilai t=4.38; p=0.00 dimana p< 0.05 artinya terdapat perbedaan bermakna antara biaya non medis pasien BOMP dengan Paklitaksel Karboplatin.yang berarti bahwa rata-rata penegluaran pada pasien BOMP lebih besar daripada pasien Paklitaksel karboplatin dan bila efektivitas biaya dilihat dari biaya produktivitas menunjukkan nilai t = 1.93;p=0.068, artinya adalah tidak terdapat perbedaan bermakna karena nilai p> 0.05, namun dilihat dari biaya produktivitas diatas terlihat bahwa biaya produktivitas pasien maupun keluraganya dengan regimen BOMP lebih tinggi daripada regimen Paklitaksel karboplatin.

6. Pemberian kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin dapat terjadi peningkatan kualitas hidup pasien kanker serviks pada item 1-28, sedangkan pada pemberian kemoterapi regimen Paklitaksel Karboplatin terjadi penurunan kualitas hidup pasien kanker serviks untuk item 29 dan 30 yang menilai kualitas hidup secara umum, sedangkan pada pemberian kemoterapi dengan regimen BOMP, terjadi penurunan kualitas hidup baik pada item 1-28 maupun pada item pertanyaan 29 dan 30.


(2)

1.  Masih banyaknya jenis biaya yang harus ditanggung oleh pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi regimen paklitaksel karboplatin dan regimen BOMP hendaknya menjadi perhatian bagi pasien, tenaga kesehatan yang terlibat dan pemerintah RI 2.  Perlunya evaluasi terhadap komponen-komponen biaya medis yang ditanggung oleh

Asuransi BPJS sehingga kepentingan seluruh pihak yang terlibat dalam menangani pasien kemoterapi kanker serviks lebih diperhatikan dan pemberian kemoterapi yang cost-effective dapat tercipta.

3.  Informasi mengenai biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pasien hendaknya diinformasikan terlebih dahulu oleh dokter sebelum pasien menjalani kemoterapi. 4.  Kemoterapi kanker serviks dengan regimen Paklitaksel Karboplatin merupakan salah

satu regimen yang selain memberikan efektivitas lebih baik dengan efek toksik yang lebih ringan juga dapat menurunkan biaya medis, biaya non medis dan biaya produktivitas dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien daripada regimen Bleomisin, Oncovin, Mitomisin dan Platinum (BOMP).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina F.2003. Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Jakarta: Universitas Gunadarma. Andayani T.M. 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Yogyakarta: Bursa Ilmu. Andrijono. 2009. Kanker Serviks. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen Obstetri-Ginekologi

FKUI.

Atagi, S., M. Kawahara, M. Ogawara. 2000. Phase II Trial Of Daily Low-Dose Karboplatin and Thoracic Radiotherapy in Elderly Patients with Locally Advanced Non-Small Cell Lung Cancer. Japanese Journal of Clinical Oncology.Volume 30: 59-64.

Cancer Research UK. 2014. Types of Cervical Cancer. (cited : 2014 Januari 3). Available from:http://www.cancerresearchuk.org/cancer‑help/type/cervical‑

cancer/about/types‑of‑cervical‑cancer.

Cornes, P., Consultant Clinical Oncologist, B. J. Dunn, Cancer Services Pharmacist. 2011. Karboplatin and Paclitaxel Chemotherapy for Ovarian Cancer. Version 1.1.a. ASWCS09 GYN002 : 1-6.

Cromwell I. 2013. Non-Medical Costs From Patients Receiving Oral Cancer Surgery. Canada: University of Toronto. Halaman: 8-11.

Davis K., Sara R. Collins, Michelle M. Doty, Alice Ho, and Alyssa L. Holmgren. 2005. Health and Productivity Among U.S. Workers.

Direktorat Jenderal (Dirjen) Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2005. Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ducel, G., J. Fabry, L. Nicolle. 2002. Prevention of Hospital-Acquired Infections, A Practical Guide. 2nd Edition. World Health Organization: Department of Communicable disease, Surveillance and Response.

Edianto D. 2006. Kanker Serviks. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. 1st. Ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Fitriani N.A. dan Ambarini. 2012. Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Serviks yang Menjalani Pengobatan Radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol. 1 No. 02.

Food, Medicine and Healthcare Administration and ControlAuthority.2012.Manual for Medicines GoodPrescribing Practice. Ethiopia: Food, Medicine and Healthcare Administration and ControlAuthority (FMHACA).


(4)

Hajrah, Asiah Hamzah, Haerani. 2012. Kerugian Ekonomi ( Economic Loss ) Pasien Rawat Inap Usia Produktif pada Lima Penyakit di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju. Jurnal AKK. Vol 1 No 1, hal 1-55.

Hidayat,W.B. 2001. Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan. Jakarta: Medika No. 3 Tahun XXVIII.

Holloway K. and Liset van Dijk. 2011. The World Medicines Situation 2011: Rational Use Of Medicines. Geneva: World Health Organization. 

Houts Peter S., Allan L., Harold A. H., Barbara M., Mary A. S., Richard H. D., Santo L., Homas A., Robert A. G., John Meloy. and Salee L. H. 1984. Nonmedical Costs to Patient and Their Families Associated with Outpatient Chemotherapy. Cancer 53: 2388-2392. Insinga. 2006. Annual productivity costs due to cervical cancer mortality in the United States.

Women's Health Issues.Volume 16, Issue 5, Pages 236-242.

Katzung, Bertram G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. San Francisco : McGraw-Hill.

Kementerian Kesehatan Republik Indnesia (Kemenkes RI). 2013. Jika Tidak Dikendalikan 26  Juta Orang Di Dunia Menderita Kanker. (cited 2013 Desember 5). Available from: URL: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press‑release/1060‑jika‑tidak‑

dikendalikan‑26‑juta‑orang‑di‑dunia‑menderita‑kanker‑.html.

Komite Medik. 2004. Protap Kemoterapi Kanker Serviks. Denpasar: Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.

 

Krol  M., Brouwer  W., Rutten  F. 2013. Productivity Costs in Economic Evaluations: Past, Present, Future. PharmacoEconomics, Volume 31, Issue 7, pp 537-549.

Lansky Shirley B., Janet L. Black, and Nancy U. Cairns. 1983. Childhood Cancer Medical Costs. Cancer.Volume 52, Issue 4, pages 762–766.

Lea J.S., Ken Y. Lin. 2008. Cervical Cancer. Williams Gynecology. 5th. Ed. New York : McGraw-Hill Company.

Lipscomb J. 2008. Estimating the Cost of Cancer Care in the United States: A Work Very Much in Progress. jnci.oxfordjournals.org. Vol. 100, Issue 9.

Mardjikoen, P. 2007. Tumor Ganas Alat Genital. Ilmu Kandungan. Ed.2. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 380-390.

McCormick, C.C., and R.L. Giuntoli. 2011. Johns Hopkins Medicine Patients Guide to Cervical Cancer. United State of America: Jones and Bartlett Publishers. p: 32.

Meerding W.J, W. IJzelenberg, M.A. Koopmanschap, J.L. Severens, A. Burdorf. 2005. Health problems lead to considerable productivity loss at work among workers with high physical load jobs.Journal of Clinical Epidemiology 58, 517–523.


(5)

National Cancer Institute (NCI). 2012. What You Need To Know About™ Cervical Cancer. USA : Department of Health and Human Services. Page 8-9.

Nurwijaya H., Adrijono, Suheimi. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : Gramedia.

Olmsted RN. 1996. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice. St Louis: Mosby.

Orion. 1997. Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic Evaluation. Virginia: Hoesch Marion Rousell Incorporation.

Otto, S.E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 159 dan 339.

Pazdur, Richard. 2001. Medical Oncology A Comprehensive Review Second Edition. Texas: PRR. p: 393-403.

Poliklinik Kebidanan. 2013. Rekapan Harian Pelayanan Medis RSUP Sanglah. Denpasar: RSUP Sanglah.

Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Diva Press.

Rang, HP., Dale’s, Ritter, Flower. 2007. Rang’s and Dale’s Phramacology 6th. Philadelphia. : Elsevier Inc.

Rasjidi. 2012. Kanker Serviks dan Penanganannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sailendra, A.B. 1995. Pengkajian Besaran Biaya Kecelakaan Lalu Lintas Atas Dasar Perhitungan Biaya Korban Kecelakaan Studi Kasus Bandung, Cirebon Dan Purwokerto. Bandung: Puslitbang Jalan dan Jembatan.

Sjamsuddin, Sjahrul. 2001. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran. 133: 8-13.

Smeltzer, S.C. and Bare, G.B. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Smith, D.B. 2012. Chemotherapy Protocol Version 10.0. The Clatterbridge Cancer Centre NHS Foundation Trust.60-65.

Spencer, J.V. 2007. Deadly Diseases and Epidemics: Cervical Cancer. New York: Infobase Publishing. p: 28-37.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&). Bandung: Alfabeta.


(6)

Vogenberg R.F. 2001. Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York: McGraw-Hill. Medical Publishing Division.

Wiebe E., L. Denny, G. Thomas. 2012. Cancer of the cervix uteri. International Journal of Gynecology & Obstetrics. Volume 119: 100–109.

World Health Organization (WHO).2013. Comprehensive  cervical  cancer  prevention  and  control: a healthier future for girls and women. WHO Press.