Pendekatan Prevalensi vsInsidensi Perbedaan Efektivitas,Toksisitas,dan Kualitas Hidup pasien kanker servik stadium IIB-III Karsinoma Skuamosa pada kemoterapi BOMP dan Paclitaxel Carboplatin.

dari suatu penyakit pada masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang dikonsumsi. Studi COI dapat menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan alokasi sumber daya untuk pencegahan atau terapi, tetapi mempunyai keterbatasan dalam menjelaskan bagaimana sumber daya dialokasikan, karena tidak dilakukan pengukuran benefit. Selain itu, dalam studi ini dikembangkan berbagai metode, yang dapat membatasi perbandingan dari hasil studi. Studi dapat bervariasi berdasarkan sudut pandang, sumber data yang digunakan, kriteria biaya tidak langsung, dan kerangka waktu untuk menghitung biaya. Studi COI yang komprehensif meliputi baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung mengukur opportunity cost dari sumber daya yang digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu, sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai sumber daya yang hilang karena penyakit tertentu. Meskipun beberapa studi juga memasukkan intangible cost dari nyeri atau sakit, biasanya pada pengukuran kualitas hidup, kategori biaya tidak dihitung karena kesulitan menghitung biaya secara tepat. Biaya medik langsung meliputi pengeluaran pelayanan kesehatan untuk diagnosis, terapi, terapi pemeliharaan, dan rehabilitasi, sedangkan biaya non-medik langsung adalah sumber daya yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kesehatan, misalnya transportasi dari atau ke tempat pelayanan kesehatan, pengeluaran untuk keluarga, dan waktu dari anggota keluarga untuk merawat pasien. Istilah biaya tidak langsung digunakan untuk menilai produktivitas yang hilang terkait dengan penyakit atau kematian. Istilah ini tidak sama artinya jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Dalam akuntansi, biaya tidak langsung mengacu pada aktivitas tambahan atau pendukung yang dibutuhkan unit pengguna, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan istilah biaya produktivitas yang terkait dengan morbiditas dan mortalitas. Studi COI dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang yang berbeda, dimana masing- masing sudut pandang biaya yang dihitung berbeda. Berdasarkan sudut pandang perspektif tersebut dapat diukur biaya masyarakat, sistim pelayanan kesehatan, pihak ketiga, pemerintah, atau pasien.

2.4.1. Tipe Cost-of Illness

Studi cost-of-illness dapat dilakukan berdasarkan data epidemiologi, yaitu pendekatan prevalensi atau insidensi, metode yang dipilih untuk menghitung biaya, yaitu top down atau bottom up, dan hubungan antara awal penelitian dan pengumpulan data, yaitu studi retrospektif dan prospektif.

a. Pendekatan Prevalensi vsInsidensi

Studi COI dapat didasarkan pada prevalensi atau insidensi. Studi prevalensi mengacu pada jumlah total dari kasus pada periode waktu tertentu biasanya dalam satu tahun, sedangkan insidensi mengacu pada jumlah kasus baru yang muncul dalam periode waktu tertentu. Pendekatan prevalensi memperkirakan biaya penyakit atau kelompok penyakit pada semua kasus yang terjadi dalam periode satu tahun, baik biaya langsung maupun produktivitas yang hilang. Pendekatan insidensi memperkirakan biaya seumur hidup kasus baru dari suatu keadaan atau kelompok keadaan dalam periode tertentu. Analisis COI yang didasarkan pada prevalensi dapat bermanfaat jika tujuan studi adalah : 1. Memberikan gambaran kepada pembuat keputusan pada suatu keadaan dimana pengeluaran tidak sesuai dengan biaya riil. Karena terdapat perbedaan numerik antara pendekatan prevalensi dan insidensi, tujuan dari pendekatan prevalensi lebih baik daripada insidensi. 2. Merencanakan kebijakan cost containment, karena studi ini memberikan gambaran kepada pembuat keputusan pengeluaran secara menyeluruh dan lebih penting lagi komponen biaya utama. Analisis COI yang didasarkan insidensi khususnya bermanfaat jika tujuannya adalah: 1. Penilaian terhadap pencegahan. Analisis ini memperkirakan penghematan yang dapat diperoleh jika dilakukan tindakan pencegahan. 2. Menganalisa manajemen penyakit dari awal terjadinya penyakit sampai sembuh atau meninggal. Pendekatan insidensi menganalisis stage atau keparahan penyakit sehingga menggambarkan bagaimana biaya didistribusikan jika penyakit berkembang. Hal ini dapat membangkitkan, misalnya pengembangan pedoman klinik atau terapi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik manajemen penyakit secara keseluruhan dan untuk setiap tahapan dari clinical pathway. Studi COI yang didasarkan pada prevalensi lebih sering dilakukan karena data yang diperlukan lebih sedikit dan asumsi yang digunakan lebih kecil dibandingkan insidensi. Data yang diperlukan cukup data satu tahun dan tidak diperlukan asumsi mengenai survival rate dan lama sakit. Lifetime cost dapat dihitung dari biaya per tahun, asumsi steady state insidensi penyakit, perkembangan penyakit, survival rate, dan terapi; tetapi perkiraannya mungkin tidak tepat seperti jika digunakan data riil dari terapi data longitudinal pada penyakit tersebut karena kemungkinan dilakukan perubahan terapi. Metode khusus untuk menghitung lifetime cost menggunakan data biaya per tahun berbeda, pendekatan dasar untuk masing-masing metode adalah menggunakan data satu tahun sebagai cross-section dari bagaimana biaya didistribusikan berdasarkan umur. Asumsinya adalah biaya secara cross-sectional pada usia yang berbeda menggambarkan perkembangan dari penyakit. Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan perbedaan biaya karena adanya penyakit dan tanpa penyakit berdasarkan usia. Metode ini menggambarkan tambahan per person cost berdasarkan usia , yang dapat digabungkan dengan data jumlah pasien dengan penyakit yang diperkirakan survive pada masing-masing usia untuk memperkirakan lifetime cost. Metode yang lain untuk memperkirakan lifetime cost adalah dengan mengalikan data biaya per unit dalam 1 tahun dengan opini ahli mengenai kurun waktu penyakit. Metode yang ketiga adalah menggunakan data persentase biaya pada tahun pertama untuk memperkirakan lifetime cost total. Studi COI khususnya berguna untuk mengukur penghematan potensial dari kasus yang bisa dicegah dari suatu penyakit. Lebih jauh lagi dapat digunakan sebagai data untuk melakukan analisis efektivitas-biaya, analisis cost-benefit atau analisis pencegahan penyakit. Untuk penyakit akut dimana hanya biaya dalam satu tahun yang dihitung, maka pendekatan berdasarkan prevalensi dan insidensi akan memberikan hasil yang sama. Untuk penyakit kronis dimana biaya bisa lebih dari satu tahun, maka studi yang didasarkan pada insidensi memberikan informasi lebih mengenai biaya dari kasus yang bisa dicegah. Studi berdasarkan prevalensi dapat dilakukan untuk penyakit kronis, tetapi diperlukan interpretasi sebagai gambaran dari biaya dalam satu tahun, daripada biaya yang dapat dihemat jika semua kasus penyakit dapat dicegah.

b. Pendekatan Top-down versus Bottom-up