Pendekatan Top-down versus Bottom-up Cost-of-illness Prospektif vs Retrospektif

sebagai cross-section dari bagaimana biaya didistribusikan berdasarkan umur. Asumsinya adalah biaya secara cross-sectional pada usia yang berbeda menggambarkan perkembangan dari penyakit. Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan perbedaan biaya karena adanya penyakit dan tanpa penyakit berdasarkan usia. Metode ini menggambarkan tambahan per person cost berdasarkan usia , yang dapat digabungkan dengan data jumlah pasien dengan penyakit yang diperkirakan survive pada masing-masing usia untuk memperkirakan lifetime cost. Metode yang lain untuk memperkirakan lifetime cost adalah dengan mengalikan data biaya per unit dalam 1 tahun dengan opini ahli mengenai kurun waktu penyakit. Metode yang ketiga adalah menggunakan data persentase biaya pada tahun pertama untuk memperkirakan lifetime cost total. Studi COI khususnya berguna untuk mengukur penghematan potensial dari kasus yang bisa dicegah dari suatu penyakit. Lebih jauh lagi dapat digunakan sebagai data untuk melakukan analisis efektivitas-biaya, analisis cost-benefit atau analisis pencegahan penyakit. Untuk penyakit akut dimana hanya biaya dalam satu tahun yang dihitung, maka pendekatan berdasarkan prevalensi dan insidensi akan memberikan hasil yang sama. Untuk penyakit kronis dimana biaya bisa lebih dari satu tahun, maka studi yang didasarkan pada insidensi memberikan informasi lebih mengenai biaya dari kasus yang bisa dicegah. Studi berdasarkan prevalensi dapat dilakukan untuk penyakit kronis, tetapi diperlukan interpretasi sebagai gambaran dari biaya dalam satu tahun, daripada biaya yang dapat dihemat jika semua kasus penyakit dapat dicegah.

b. Pendekatan Top-down versus Bottom-up

Perbedaan lain antara kedua pendekatan di atas adalah bahwa pada pendekatan insidensi analisis dilakukan secara bottom-up, meliputi semua biaya penyakit selama hidup. Data yang diperlukan lebih detail dibandingkan pendekatan prevalensi. Pendekatan prevalensi dilakukan secara top-down, mengalokasikan total biaya untuk masing-masing kategori penyakit secara umum. Pada pendekatan bottom-up, perkiraan biaya dapat dibagi menjadi 2 langkah. Langkah pertama, adalah memperkirakan jumlah input yang diperlukan dan langkah kedua adalah memperkirakan unit cost dari input yang digunakan. Biaya diperhitungkan dengan mengalikan unit cost dengan jumlahnya. Data yang diperlukan akan bervariasi, tergantung dari cakupan penelitian. Pada studi yang komprehensif, biasanya dilakukan survey secara nasional sehingga dapat disajikan data yang sesungguhnya dari sumber daya yang digunakan. COI top down dapat menyebabkan alokasi biaya kurang tepat, pertama disebabkan pengeluaran biaya pelayanan kesehatan nasional bisa lebih rendah atau lebih tinggi dari biaya langsung total. Kedua, eksklusi dari kategori biaya tidak dipertimbangkan misalnya biaya transportasi atau pelayanan informal, sehingga akan menyebabkan bias karena perkiraan biaya berdasarkan kategori penyakit, kategori penyakit yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan biaya non medik. Ketiga, biaya total menggambarkan diagnosis primer. Hal ini akan menyebabkan masalah jika pasien mengalami multiple diagnosis.

c. Cost-of-illness Prospektif vs Retrospektif

COI dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif tergantung dari hubungan antara waktu penelitian dilakukan dan pengumpulan data. Pada studi COI retrospektif, saat studi dilakukan, semua kejadian yang relevan sudah terjadi. Proses pengumpulan data mengacu pada data yang sudah ada, sedangkan pada studi COI prospektif kejadian yang relevan belum terjadi saat penelitian dilakukan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti pasien setiap waktu. COI berdasarkan prevalensi maupun insidensi dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif. Kelebihan dari COI retrospektif adalah lebih murah dan waktu yang diperlukan lebih pendek dibandingkan prospektif karena data yang diperlukan sudah tersedia saat penelitian dilakukan. Desain retrospektif lebih efisien terutama untuk penelitian pada penyakit yang durasinya panjang dan memerlukan waktu beberapa tahun untuk mencapai end point nya. COI retrospektif bisa dilakukan jika data yang diperlukan tersedia. Sebaliknya, pada COI prospektif, peneliti dapat merancang sistim pengumpulan data yang diperlukan. Data penyakit dan penggunaan sumber daya pelayanan kesehatan dapat diperoleh berdasarkan tujuan dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien danatau provider, sehingga dapat diperoleh data yang lengkap untuk setiap intervensi yang dilakukan. Kedua, kepada pasien dapat diberikan buku harian untuk mendapatkan data biaya yang belum tercatat oleh organisasi pelayanan kesehatan. Dengan cara ini dengan mudah dapat dilakukan pengukuran biaya non medik langsung, seperti biaya transportasi. Perkiraan waktu tidak bekerja bisa diperkirakan dengan lebih tepat. Namun demikian, jika penyakit memerlukan waktu yang sangat lama untuk mencapai end point misalnya penyakit hepatitis C yang memerlukan waktu terapi sampai 30 sampai dengan 40 tahun, maka kalau dilakukan COI prospektif akan memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang sangat lama. Pada kasus ini, COI retrospektif lebih efisien untuk mengukur beban penyakit.

2.4.2. Evaluasi biaya dalam Cost of illness

COI diperkirakan dengan mengidentifikasi komponen biaya dan menilai dalam unit moneter. Kategori biaya yang dihitung dalam memperkirakan biaya total dari COI adalah biaya langsung dan produktivitas yang hilang. Metode yang digunakan untuk menghitung biaya pelayanan adalah dengan pendekatan micro-costing atau gross-costing. Pada metode micro-costing, biaya pelayanan dinilai dengan menjumlahkan masing-masing komponen biaya input yang diperlukan untuk pelayanan. Untuk menghitung biaya kunjungan ke rumah sakit, maka dilakukan identifikasi, pengukuran, dan evaluasi terhadap sumber daya seperti misalnya personel, terapi, dan test laboratorium. Dengan kata lain bahwa micro-costing menggunakan pendekatan bottom-up, yaitu perhitungan komponen biaya produksi input untuk mendapatkan output. Sebaliknya, dengan pendekatan gross-costing, biaya pelayanan misalnya kunjungan ke rumah sakit dinilai secara top-down, yaitu dengan cara membagi total biaya pelayanan dengan jumlah total pelayanan yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Kedua pendekatan ini tujuannya adalah untuk menghitung unit cost dari pelayanan, namun demikian tingkat ketepatan dari kedua metode tersebut sedikit berbeda. Hasil dari pendekatan micro-costing menggambarkan biaya pelayanan yang aktual, sedangkan pendekatan gross-costing menghasilkan nilai rata-rata. Pendekatan micro-costing sangat akurat dan merupakan gold standard untuk penilaian biaya, namun demikian pendekatan ini memerlukan biaya yang mahal dan waktu lebih lama. Pendekatan micro-costing direkomendasikan jika tujuan dari analisis adalah untuk menegaskan perbedaan biaya dari suatu pelayanan kesehatan. Studi COI merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam ekonomi kesehatan sebagai alat untuk membuat keputusan. COI berbeda dengan evaluasi ekonomi yang lain karena tidak membandingkan biaya dan outcome. Tujuan utama dari COI adalah: 1. Untuk menilai beban ekonomi suatu penyakit dalam masyarakat. Hasil studi dapat digunakan sebagai informasi tentang jumlah sumber daya yang digunakan karena penyakit dan berdasarkan data epidemiologi morbiditas dan mortalitas dapat diketahui peringkat penyakit berdasarkan beban ekonominya. 2. Untuk mengidentifikasi komponen biaya utama dan biaya total berdasarkan insidensi. Hal ini dapat membantu pembuat kebijakan untuk menetapkan danatau membatasi: a. Kebijakan penetapan biaya pada komponen yang memberikan porsi terbesar dari total biaya b. Mengontrol implementasi nyata dari kebijakan kesehatan sebelumnya. 3. Untuk mengidentifikasi manajemen klinik dari suatu penyakit pada tingkat nasional. Hasil evaluasi COI dapat membantu pembuat keputusan dan manajer untuk menganalisa fungsi produksi yang digunakan untuk menghubungkan input danatau pelayanan intermediate untuk mencapai output. Pedoman klinik merupakan salah satu contoh hasil akhir pada kasus ini, dapat digunakan untuk identifikasi manajemen penyakit terutama jika dinilai tidak efektif atau sangat beragam. 4. Menjelaskan variasi biaya. Pada kasus ini dapat dilakukan analisis statistik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variasi biaya dan variabel penyakit misalnya keparahan, pasien misalnya variabel demografi atau penyelenggara pelayanan kesehatan misalnya rumah sakit pendidikan dibandingkan rumah sakit daerah. Hasil penelitian ini akan membantu manajer untuk membuat perencanaan dengan informasi yang lebih akurat untuk menentukan pelayanan ke depan. Pola dari sumber daya yang digunakan dalam pelayanan sangat penting untuk merencanakan pelayanan kesehatan. Studi COI mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan memperkirakan nilai maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika penyakit dapat disembuhkan. Pengetahuan COI dapat membantu pembuat kebijakan untuk memutuskan penyakit apa yang diprioritaskan untuk ditentukan kebijakan pelayanan kesehatan dan pencegahannya. Selain itu, studi ini dapat menjelaskan regimen terapi mana pada suatu penyakit yang dapat menurunkan beban penyakit tersebut. Bagi pemegang kebijakan, studi COI dapat menggambarkan pengaruh finansial dari suatu penyakit pada program kesehatan di masyarakat. Bagi manajer, dapat diketahui penyakit apa yang mempunyai pengaruh besar pada biaya. Studi COI menyediakan informasi yang penting untuk cost-effectiveness analysis dan cost benefit analysis, memberikan kerangka kerja untuk perkiraan biayanya.

2.5. Pengukuran dan Perkiraan Biaya