Metode Dasar Teori Perhitungan Stabilitas Bendungan Tanah

commit to user 33 Method of Slice Fellenius, 1927, 1936, Bishop’s Simplified Method Bishop, 1955 , Ja nbu’s Simplified Method Janbu, 1954, 1957, 1973, Morgenstern-price Method Morgenstern dan Price, 1965, dan beberapa metode lainnya. Selain analisis menggunakan metode keseimbangan batas, analisis dapat dilakukan menggunakan metode elemen hingga Finite Element Method yang berdasarkan analisis matrik. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Turner dkk 1956 untuk menyelesaikan analisis tegangan. Perhitungan analisis stabilitas lereng menuntut ketelitian dan ketekunan. Bahkan untuk variabel seperti lapisan tanah dan parameter kekuatan geser tanah merupakan pekerjaan yang membosankan karena harus melakukan iterasi yang berulang-ulang. Untuk itu, dibuatlah suatu program komputer untuk mempermudah perhitungan yang sulit dilakukan dengan cara manual. Program SlopeW merupakan program perhitungan stabilitas lereng dengan dasar metode Limit Equilibrium , sedangkan program PLAXIS menggunakan dasar metode Finite Element . Pada penelitian ini, perhitungan stabilitas lereng dibatasi dengan menggunakan metode Finite element lewat alat bantu program PLAXIS. PLAXIS adalah perkembangan dari softwa re elemen hingga sebelumnya dan sudah tersedia fasilitas a uto mesh yang secara otomatis membuat diskritisasi model, sehingga mudah untuk digunakan dalam membuat modeling tanah.

2.2.2.1. Metode

F inite Element Evaluasi proteksi batukali yang diplester pada lereng hulu bendungan dan stabilitas bendungan dikaji dengan menggunakan Program Bantu Pa cka ge Softwa re SAP2000 dan program PLAXIS dengan metode pendekatan perhitungannya menggunakan Finite Element Method FEM . Secara garis besar FEM mempunyai 5 langkah dasar: commit to user 34 a. Diskritisasi Diskritisasi atau Discretization merupakan pembagian suatu continuum menjadi sistem yang lebih kecil yang disebut sebagai finite element . Pada sistem ini terdapat noda l line , yang memisahkan elemen-elemen. Pertemuan antara noda l line disebut noda l point Gambar 2.10. b. Pemilihan fungsi aproximasi Langkah ini digunakan untuk menentukan displa cement setiap element menggunakan polynomia l berderajat n. Semakin tinggi n, semakin tinggi ketelitiannya. Displa cement suatu node dituliskan sebagai: {u} = [N] {q} , dimana [N] adalah matriks fungsi interpolasi, {q} = {u1, u2, …, v1,v2, .. T c. Penurunan persamaan elemen Penurunan persamaan elemen ini menggunakan metode variationa l atau residual misalnya Metode Galerkin. Persamaan elemen dapat ditulis sebagai [k] {q} = {Q} , dimana [k] adalah matriks properti elemen, dan {Q} vektor gaya node. d. Assembling properti elemen ke persamaan global Persamaan-persamaan elemen pada langkah c dikombinasi sehingga menghasilkan stiffness rela tion untuk seluruh elemen. Langkah ini dibuat untuk mendapatkan kompatibilitas displa cement setiap node. Stiffnes rela tion ditulis: [K] {r} = {R} , dimana [K] adalah globa l stiffness matriks , {r} adalah globa l noda l displa cement vector , dan {R} adalah globa l noda l force vector . Gambar 2.10 Contoh pembagian continuum menjadi elemen-elemen commit to user 35 e. Komputasi strain dan stress { e } = [B] {q} { s } = [C] { e } = [C] [B}{q} Faktor penentu solusi hasil Finite Element Method FEM adalah : a. Fisik: idealisasi model dan boundary condition b. Numerik: keakuratan, stabilitas, dan konsistensi c. Huma n : formulasi, alternatif, dan interpretasi d. Computer: input, waktu , dan softwa re

2.2.2.2. Analisis Efektifitas Pelat Proteksi