commit to user 18
Stabilitas lereng hulu dan lereng hilir bendungan tanah harus dianalisis pada kondisi pembebanan kritis yang mungkin dialami oleh bendungan tanah pada masa
layannya. Secara tipikal kondisi pembebanan adalah sebagai berikut : 1.
Setelah Masa Konstruksi
end of Construction
– ketika tegangan pori terjadi peningkatan secara signifikan pada tubuh bendungan maupun pondasi selama
proses konstruksi bendungan. 2.
Rembesan Aliran Tunak
Stea dy-State Seepa ge
– ketika setelah masa yang lama ditemui rembesanmata air pada sisi hilir. Rembesan ini dapat terjadi
ketika muka air normal, muka air banjir maupun ketika waktu pengisian air. 3.
Turun Tiba-tiba
Ra pid Dra wdown
– ketika muka air turun lebih cepat daripada tegangan pori sehingga dapat mengeluarkan air dalam tubuh
bendungan setelah terjadi kondisi rembesan aliran. Kondisi ini mengurangi
sa fety fa ctor
, sehingga perlu dianalisis terutama pada lereng sisi hulu. Rapid drawdown dapat terjadi pada muka air normal maupun pada muka air banjir.
4. Gempa bumi – ketika bendungan mengalami beban seismik.
Natura l Resouces a nd Mines Queensla nd Government, 2002.
2.1.5 Model Perilaku Tanah dalam Analisis Stabilitas Tubuh Embung
Model perilaku mekanis tanah dapat dimodelkan pada berbagai tingkat akurasi. Beberapa model perilaku tanah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model Linear Elastis
Model Linear Elastis menyatakan hukum Hooke tentang elastisitas linear isotropis. Model ini meliputi dua buah parameter kekakuan, yaitu modulus
Young
E
, dan angka Poisson υ. Model linear elastis sangat terbatas untuk
pemodelan perilaku tanah. Model ini terutama digunakan pada struktur yang kaku dalam tanah.
2. Model Mohr Coulomb
Model Mohr Coulomb sangat dikenal dan digunakan untuk pendekatan awal terhadap perilaku tanah secara umum. Model ini memperhitungkan 5 buah
parameter, yaitu modulus Young
E
, angka Poisson υ, kohesi
c
, sudut geser dalam
φ dan sudut dilatansiψ.
commit to user 19
3. Model
Jointed Rock
Model
Jointed Rock
merupakan model elastis-plastis dimana penggeseran plastis hanya dapat terjadi pada beberapa arah penggeseran tertentu saja. Model
ini dapat digunakan untuk memodelkan perilaku dari batuan yang terstratifikasi atau batuan yang memiliki kekar
joint
. 4.
Model
Ha rdening Soil
Model
Ha rdening Soil
merupakan model hiperbolik yang bersifat elastoplastis yang diformulasikan dalam lingkup plastisitas dari pengerasan
akibat friksi. Model ini telah mengikutsertakan kompresi
ha rdening
untuk memodelkan pemampatan tanah yang tidak dapat kembali seperti semula saat
menerima pembebanan yang kompresif. Model berderajat dua ini dapat digunakan untuk memodelkan perilaku tanah pasiran, kerikil serta jenis tanah
yang lebih lunak seperti lempung dan lanau. 5.
Model
Soft Soil
Model
Soft Soil
merupakan model
Ca m-Cla y
yang digunakan untuk memodelkan perilaku tanah lunak seperti lempung terkonsolidasi normal dan
gambut. Model ini paling baik digunakan untuk situasi kompresi primer. 6.
Model
Soft Soil Creep
Model
Soft Soil Creep
merupakan model berderajat dua yang diformulasikan dalam lingkup viskoplastisitas. Model ini dapat digunakan
untuk memodelkan perilaku tanah lunak yang bergantung pada waktu seperti lempung terkonsolidasi normal dan gambut serta telah mengikutsertakan
kompresi logaritmik. Penggunakan model disarankan untuk pertama kali menggunakan model Mohr-
Coulomb untuk analisis yang relatif cepat dan sederhana. Apabila tidak diperoleh data tanah yang memadai, maka tidak diperlukan untuk melanjutkan analisis
dengan menggunakan model-model lainnya,
R.B.J. Brinkgreve, 2007.
commit to user 20
2.2 Dasar Teori