commit to user 28
Tampungan permukaan
C
o
1. Daerah pengaliran yang curam, sedikit depresi permukaan
2. Daerah pengaliran yang sempit dengan sistem teratur
3. Tampungan dan aliran permukaan yang berarti, terdapat kolam,
berkontur 4.
Sungai berkelok-kelok dengan usaha pelestarian lahan 0.10
0.05 0.05
0.00
Tabel 2.8 Harga komponen
C
oleh faktor infiltrasi Kemampuan infiltrasi tanah
k
cmdt
C
s
Infiltrasi besar tidak terdapat penutup lahan Infiltrasi lambat lempung
Infiltrasi sedang loam Infiltrasi cepat pasir tebal, tanah beragregat baik
10
-5
10
-5
- 10
-6
10
-3
-10
-4
10
-3
0.25 0.20
0.10 0.05
Tabel 2.9 Harga komponen
C
oleh penutup lahan Penutup tumbuh-tumbuhan pada daerah pengaliran
C
c
1. Tidak terdapat tanaman yang efektif
2. Terdapat padang rumput yang baik sebesar 10
3. Terdapat padang rumput yang baik sebesar 50, ditanami atau
banyak pepohonan 4.
Terdapat padang rumput yang baik sebesar 90, hutan 0.25
0.20 0.10
0.05
2.2.1.5 Analisis Debit Banjir Rencana
Analisis debit banjir rencana dihitung menggunakan HSS Gama I. HSS Gama I merupakan salah satu metode empiris yang dikembangkan oleh Dr. Ir. Sri
Harto Br. Dip. H. Parameter empiris persamaan HSS Gama I dapat diturunkan berdasarkan karakteristik fisik DAS dan data hujan.
Grafik HSS Gama I diilustrasikan seperti pada Gambar 2.8.
Sumber: Ibnu Ka siro, Wanny Adidha rma , Bhre Susantini Rusli, CL. Nugroho da n Suna rto, 1997 Sumber: Ibnu Ka siro, Wanny Adidha rma , Bhre Susantini Rusli, CL. Nugroho da n Suna rto, 1997
Sumber: Ibnu Ka siro, Wanny Adidha rma , Bhre Susantini Rusli, CL. Nugroho da n Suna rto, 1997
Q m
3
dt Q
p
Qt = Qp . e
-tK
commit to user 29
Gambar 2.8 Hidrograf Satuan Sintetik Gama-I
dengan: Waktu naik
TR
dinyatakan dalam persamaan:
TR
= 0.43
L 100
SF
3
+ 1.0665
SIM
+ 1.2775 2.25
dengan:
TR
= waktu naik jam
L
= panjang sungai km
SF
= faktor sumber, yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai - sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai-sungai semua tingkat.
SIM
= faktor simetri, yaitu hasil kali antara faktor lebar
WF
dengan luas DAS sebelah hulu
RUA
. Debit Puncak
Q
p
dinyatakan dengan rumus:
Q
p
= 0,1836 .
A
0,5886
.
TR
-0,4008
.
JN
0,2381
2.26 dengan:
Q
p
= debit puncak m
3
dt
A
= luas DAS km
2
TR
= waktu naik jam
JN
= jumlah pertemuan sungai, yaitu jumlah semua pertemuan sungai di dalam DAS tersebut. Jumlah ini tidak lain adalah jumlah pangsa sungai tingkat
satu dikurangi satu.
Waktu dasar
TB
dinyatakan dengan rumus:
TB
= 27,4132 .
TR
0,1457
.
S
-0,0956
.
SN
0,7344
.
RUA
0,2574
2.27 dengan:
TB
= waktu dasar jam
TR
= waktu naik jam
commit to user 30
S
= kelandaian sungai
SN
= frekuensi sumber, yaitu perbandingan antara jumlah pangsa sungai- sungai tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai-sungai semua tingkat.
RUA
= luas DAS sebelah hulu, yaitu perbandingan antara luas DAS yang diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun
hidrometri dengan titik yang paling dekat dengan titik berat DAS melewati titik tersebut.
Koefisien Penampungan
K
dinyatakan dengan rumus:
K
= 0,5617 .
A
0,1798
.
S
-0,1446
.
SF
-1,0697
.
D
0,0452
2.28 dengan:
K
= koefisien tampungan
A
= luas DAS km
2
S
= kelandaian sungai
SF
= faktor sumber, yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai - sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai-sungai semua tingkat.
D
= kerapatan jaringan kuras, yaitu jumlah panjang sungai semua tingkat tiap satuan luas DAS.
Kurva turun
Qt
dinyatakan dengan rumus:
Qt
=
Qp . e
-tK
2.29 dengan:
Qt
= debit pada waktu t m
3
dt
Qp
= debit puncak m
3
dt
t
= waktu dari saat terjadinya debit puncak jam
K
= koefisien tampungan Aliran dasar
Q
b
dinyatakan dengan rumus:
Q
b
= 0,4751 .
A
0.6444
.
D
0.9430
2.30 dengan:
Q
b
= aliran dasar m
3
dt
A
= luas DAS km
2
D
= kerapatan jaringan kuras, yaitu jumlah panjang sungai semua tingkat tiap satuan luas DAS.
Penetapan
WF
dan
RUA
seperti dijelaskan dalam Gambar 2.9
commit to user 31
2.2.1.6 Menghitung Volume Total Waduk