17
2.7.5. Faktor alat pelindung diri APD
Alat pelindung diri yang dipakai dengan baik akan dapat melindungi pekerja dan menurunkan tingkat pajanan debu tepung gandum yang merupakan
alergen dan iritan pada kadar yang tinggi yang dapat menyebabkan rinitis. Pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dengan baik akan berisiko lebih besar
untuk menderita rinitis.
3,4
2.7.6. Faktor geografi
Sinar matahari menyebabkan peningkatan komponen oksidan fotokimia dimana puncak pajanan terjadi pada siang hari, sehingga terjadi peningkatan
keluhan saat musim panas.
31
Udara yang lembab baikyang bersuhu panas maupun dingin dapat menjadi pencetus kambuhnya gejala alergi.
27,31,32
2.8. Diagnosis
Kriteria dalam menegakkan diagnosis RAK adalah riwayat penyakit yang muncul atau bertambah berat di tempat kerja. Pada pemeriksaan klinis
menunjukkan gambaran yang positif. Pemeriksaan uji tusuk kulit terhadap zat alergen spesifik di tempat kerja, IgE spesifik, uji provokasi hidung, pemeriksaan
rinomanometri atau
peak nasal inspiratory flow meter
dan pemeriksaan olesan atau kerokan mukosa hidung menunjukkan hasil yang positif.
12,16
2.8.1. Anamnesis
Anamnesis secara rinci riwayat hidung tersumbat, rinore jernih, bersin, hidung gatal serta ingus di belakang hidung, dengan menitikberatkan hubungan
antara gejala yang muncul di tempat kerja dengan hilangnya gejala pada saat libur atau jika pekerja menjalani cuti lebih dari tiga hari. Jika pekerja terpajan terus-
menerus, gejala akan menetap sepanjang hari yang ditandai dengan sumbatan hidung yang terus menerus sebagai gejala yang dominan karena reaksi alergi fase
lambat atau RAFL. Riwayat menderita penyakit saluran napas pada usia anak-
anak dan kemungkinan adanya atopi perlu ditanyakan. Kebiasaan individu seperti
18
merokok, alkohol, hobi serta akivitas di waktu luang lainnya juga perlu ditelusuri.
12,16,19
2.8.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pekerja yang menderita rinitis akibat kerja memiliki sekret hidung encer dan bening serta edema konka. Mukosa hidung biasanya
terlihat pucat, berwarna merah muda atau hiperemis. Pemeriksaan rutin seperti rinoskopi atau endoskopi serat optik perlu untuk melihat rongga hidung, faring
dan struktur glotis serta ada atau tidaknya polip hidung. Sekresi pus dari muara sinus, hiperplasi limfoid, neoplasma, perubahan pita suara perlu dilihat untuk
membedakannya dengan RAK. Stigmata lain seperti rinokonjungtivitis alergi, kemosis atau
allergic shiner
perlu diperiksa.
12,16,19
2.8.3. Pemeriksaan penunjang 2.8.3.1. Uji tusuk kulit
Salah satu metode pemeriksaan alergi yang paling sering digunakan
adalah uji tusuk kulit atau
skin prick test
. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit di kulit.
Uji tusuk kulit banyak dipakai karena sederhana, mudah, cepat dan cukup aman sehingga sering dipakai sebagai pemeriksaan penyaring. Kelebihan cara ini ialah
pemeriksaan dapat dilakukan dengan beberapa jenis alergen pada waktu yang bersamaan dan hasil pemeriksaan didapatkan dalam 15-20 menit.
33
Kekurangan teknik ini untuk mendiagnosis RAK adalah kadang-kadang sulit mendapatkan
ekstrak alergen spesifik yang dicurigai dari tempat kerja, sehingga perlu dilanjutkan dengan uji provokasi hidung dengan menggunakan alergen yang
diambil langsung dari lingkungan kerja dan tidak memerlukan ekstrak yang khusus.
17-19
2.8.3.2. Uji provokasi hidung
Uji provokasi hidung adalah menginduksi gejala rinitis seperti bersin, hidung tersumbat, sekresi hidung dan gejala rinitis lainnya dengan cara
19
menempatkan alergen definitif atau iritan yang dicurigai sebagai penyebab rinitis pada mukosa hidung dan reaksi yang timbul dimonitor. Beberapa penelitian
terdahulu menggunakan metode uji provokasi hidung dan metode ini dianggap merupakan standar baku emas dalam menegakkan RAK. Akan tetapi kesulitan
yang dihadapi adalah tidak semua zat di tempat kerja dapat digunakan pada uji provokasi, terutama zat-zat iritan. Metode uji provokasi juga berisiko untuk
terjadinya reaksi yang hebat pada saluran napas atas dan bawah, karena dipajankan langsung dengan bahan yang diperkirakan sebagai penyebab
penyakitnya.
34
2.8.3.3. Rinomanometri
Rinomanometri merupakan metode yang sangat objektif dan akurat dalam
menilai perubahan nilai tahanan hidung sebelum dan sesudah uji provokasi dengan alergen yang dicurigai. Rinomanometri yang dianggap paling fisiologis
adalah rinomanometri anterior aktif, karena mengukur secara bersamaan aliran udara pada satu hidung dengan
pneumotachometer
dan tekanan nasofaring pada hidung kontralateral dengan manometer yang dihubungkan dengan cuping hidung
kontralateral. Pemeriksaan dikatakan positif jika setelah uji provokasi dilakukan, aliran udara menurun lebih dari 40 dan jika tahanan hidung meningkat lebih dari
60. Interpretasi dilakukan dengan membandingkan gejala yang muncul setelah pemeriksaan serta mengukur kualitas serta beratnya sekresi cairan hidung
sebelum, selama tes dan sesudahnya. Rinomanometri akustik merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat dalam mendiagnosis RAK karena sederhana,
mudah dilakukan, tidak invasif dibandingkan dengan rinomanometri anterior dan posterior.
35,36
2.8.3.4. Peak Nasal Inspiratory F low Meter
Peak Nasal Inspiratory Flow
atau
PNIF meter
merupakan alat untuk mengukur derajat sumbatan hidung dengan mengukur kecepatan aliran udara
melalui hidung pada saat inspirasi maksimal. Alat ini cukup sederhana, berukuran kecil dan ringan, mudah digunakan, interpretasi hasilnya cukup mudah. Selain itu
20
juga mudah untuk dibawa dan sering digunakan untuk monitoring penderita rinitis alergi dimanapun penderita berada. Alat ini juga memberikan informasi yang
akurat terhadap sumbatan hidung dan respon terhadap pengobatan. Keterbatasan alat ini yaitu hanya dapat mengukur kecepatan aliran udara sedangkan tekanan
transnasal tergantung usaha pasien pada saat inspirasi maksimal. Nilai normal pada orang Eropa yang ditetapkan dengan alat ini adalah 100
–300 liter per menit, dengan keakuratan 10.
37
Pengukuran aliran udara hidung maksimum dengan
PNIF meter
dilakukan sebelum, selama dan sesudah pergantian kerja.
17
PNIF meter
pada uji provokasi dikatakan positif bila didapatkan sedikitnya dua gejala yaitu bersin-bersin, rinore, hidung buntu dan penurunan PNIF lebih dari 20.
34,38
2.8.3.5. Pemeriksaan sitologi mukosa hidung
Respons lain yang dapat diukur adalah penilaian jumlah eosinofil, basofil, neutrofil dan sel lainnya serta mengukur mediator-mediator lokal yang dilepaskan
oleh sel mastosit yang berdegranulasi. Bahan pemeriksaan diperoleh dari usapan, kerokan, bilasan atau biopsi. Pemeriksaan sitologi ini dilakukan untuk melihat
adanya eosinofil sebagai parameter rinitis alergi atau neutrofil sebagai parameter
rinitis iritan. Dari penelitian sebelumnya
polymononuclear neutrophils
atau
PMNs
telah terbukti berhubungan dengan iritasi inflamasi, sedangkan eosinofil berhubungan dengan respons alergi.
39
2.8.3.6. Pemeriksaan IgE dan bersihan mukosilia
Pemeriksaan IgE total jarang digunakan untuk skrining pada rinitis alergi,
karena nilai prediksinya yang rendah dan sebaiknya tidak digunakan sebagai alat diagnostik. Berbeda dengan IgE total, pemeriksaan IgE spesifik sangat berguna
untuk menegakkan diagnosis. Adanya antibodi IgE spesifik tergantung pada tersedianya ekstrak alergen yang berhubungan untuk dilakukan uji imunologi.
15
Pemeriksaan bersihan mukosilia dapat dilakukan karena rinitis mengurangi aktivitas mukosilia yang sangat berpengaruh terhadap pertahanan terhadap
bakteri.
9
21
2.8.4. Algoritme Diagnosis
Algoritme diagnosis RAK telah ditetapkan oleh EAACI
Task Force on Occupational Rhinitis
pada tahun 2009.
Bagan 2. Algoritme diagnosis rinitis akibat kerja Dikutip dari Moscato G
7
Riwayat pekerjaan dan klinis Pemeriksaan hidung
Tes imunologi
tes cukit kulit atau antibodi Ig E spesifik
Tidak tersedia Tersedia
Negatif Positif
Tes provokasi hidung di laboratorium
Berdasarkan riwayat klinik
Kemungkinan Rinitis Akibat
Kerja
Po sitif
Negat if
Tidak dapat dikerjakan
Workplase assessment dari:
Gejala-gejala klinik Patensi hidung
Inflamasi hidung Hiperresponsif nonspesifik
Berdasarkan riwayat klinik
Rinitis Akibat Kerja
Positif Negatif
Bukan Rinitis Akibat Kerja
22
Langkah pertama adalah melalui anamnesis dan pemeriksaan hidung. Bila tersedia ekstrak dilanjutkan dengan tes imunologi berupa tes tusuk atau Ig E
spesifik untuk zat dengan berat melekul tinggi dan berat melekul rendah. Diagnosis RAK dapat ditegakkan bila terdapat gejala klinik diikuti dengan hasil
tes imunologik positif. Bila hasil tes imunologik negatif, tetapi secara klinis positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan uji provokasi hidung di
laboratorium. Bila hasilnya positif, maka diagnosis RAK dapat ditegakkan. Bila hasilnya negatif atau uji provokasi hidung tidak dapat dilakukan, tetapi gejala
klinik menunjang, penelusuran di tempat kerja seperti gejala klinik, pemeriksaan sumbatan hidung, sitologi hidung,
nasal challenge test
dengan histamin, metakolin, udara dingin dapat dilakukan.
7
23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
3.2. Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara faktor-faktor terkait seperti atopi, usia, merokok, masa kerja , paparan debu gandum dan pemakaian alat pelindung diri
dengan rinitis akibat kerja.
Masa kerja Merokok
Suhu dan kelembaban
Usia Paparan debu
Pakai APD
Riwayat atopi Kadar
debu tepung
gandum Iritasi mukosa
hidung
Respon Ig E
Rinitis Akibat
Kerja