1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pariwisata di Bali yang sangat pesat membawa dampak yang positif yaitu berkembangnya industri makanan sehingga menciptakan
lapangan kerja.
1
Di sisi lain lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah baru yaitu penyakit akibat kerja.
1,2
Sebagian besar industri makanan terutama roti pada proses produksinya menggunakan tepung gandum, yang dapat menimbulkan dampak dari debu tepung
gandum.
1
Debu merupakan partikel zat padat yang dihasilkan oleh kekuatan alami atau proses pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dengan cepat,
peledakan, dan lain-lain. Sifat partikel berbeda dengan material aslinya dan menempati sebagian besar ruang di udara.
3,4
Menurut Heederick dan Houba, nilai ambang batas paparan inhalasi debu gandum yang menyebabkan terjadinya
sensitisasi saluran napas adalah 0,5-1 mgm
3
.
5
Dari observasi pendahuluan dan pengukuran kadar debu di ruangan pengolahan tepung di PT R pada tahun 2011 didapatkan kadar debu respirabel
sebesar 1,667 mgm
3
, debu total 7,738 mgm
3
dan ruang non pengolahan dengan kadar debu respirabel sebesar 0,48 mgm
3
. Masalah kesehatan timbul jika pekerja terpajan tepung gandum yang melebihi nilai ambang batas NAB serta terjadi
pajanan yang terus menerus selama beberapa tahun. Debu tepung gandum yang mencemari tempat kerja merupakan penyebab gangguan kesehatan pada pekerja
terutama penyakit pada saluran napas yaitu Rinitis Akibat Kerja RAK.
1,6
Rinitis Akibat Kerja menurut
EAACI Task Force on Occupational Rhinitis
2009 adalah inflamasi hidung baik bersifat persisten atau sementara yang ditandai dengan kongesti hidung, bersin-bersin, rinore, gatal dan atau gangguan
aliran udara hidung dan atau hipersekresi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja. Gejala yang ditimbulkan oleh RAK akan memberikan dampak
pada kualitas hidup pekerja seperti gangguan tidur yang menyebabkan kelelahan, penurunan konsentrasi di tempat kerja, serta mengantuk saat bekerja. Keluhan
tersebut dapat mempengaruhi keadaan fisik, emosi, fungsi sosial dan dapat
2
menimbulkan stress sehingga merugikan kinerja perusahaan dan kesehatan pekerja.
7
Para pekerja pembuat roti berisiko terhadap dampak yang ditimbulkan oleh debu tepung gandum. Houba R, dkk
8
melaporkan prevalensi RAK pada
pembuat roti di Netherlands cukup tinggi yaitu sebesar 21. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrudin I
9
pada pekerja yang terpapar debu gandum di bagian pengepakan PT R di Jakarta tahun 2005 menunjukkan prevalensi RAK sebesar
38,1. Berdasarkan data laporan pola penyakit pekerja PT R di balai pengobatan
rujukan PT R di Ubung, Denpasar Utara pada tahun 2010 didapatkan penyakit yang banyak ditemukan adalah penyakit pada saluran napas atas, yaitu bulan Juli
40 kasus 32, Agustus 52 kasus 46, September 60 kasus 48, Oktober 55 kasus 44, November 59 kasus 47,2, dan Desember 63 kasus 50,4. Akan
tetapi di antara para pekerja pembuat roti dengan gangguan saluran napas tersebut belum diketahui seberapa banyak yang merupakan RAK. Dari pengamatan
pendahuluan, didapatkan 30 pekerja perusahaan pembuat roti PT R di bagian pengolahan dengan keluhan gangguan pada hidung selama bekerja yang
berkurang setelah bekerja atau pada saat libur. Berdasarkan data diatas serta belum pernah dilakukannya penelitian
tentang RAK pada pekerja pembuat roti di Bali sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.
1.2. Rumusan Masalah