Usia Masa kerja Faktor-Faktor Predisposisi Rinitis Akibat Kerja 1. Genetik

15 hipertrofi dan hipersekresi saluran napas. Tingkat pajanan ditentukan oleh lamanya waktu pajanan dan kadar debu rata-rata di udara lingkungan kerja. 2,4 Pada industri pembuatan roti, pajanan debu tepung gandum umumnya terjadi pada saat proses pengolahan. Debu tepung gandum menimbulkan reaksi alergi dan iritasi terhadap saluran napas manusia, mulai dari saluran napas bagian atas berupa hipersekresi kelenjar mukosa hidung maupun peradangan pada sinus paranasalis. Berbagai penelitian efek debu tepung gandum terhadap saluran napas atas terbukti menimbulkan rinitis alergi. 9 2.7. Faktor-Faktor Predisposisi Rinitis Akibat Kerja 2.7.1. Genetik Faktor genetik pada penderita atopi akan mengakibatkan peningkatan ekspresi, sintesa dan pengeluaran promediator inflamasi spesifik dari sel mukosa berupa IL-8, GM- CSF dan TNFα dalam jumlah yang lebih banyak daripada nonatopi. Seseorang yang mempunyai riwayat atopi dan bekerja di tempat dengan kadar debu tepung gandum tinggi, mempunyai risiko lebih besar untuk menderita rinitis akibat kerja. 17,27

2.7.2. Usia

Penelitian Harianto dan Sumarman tahun 1999 didapatkan prevalensi tertinggi antara usia 10-30 tahun sebesar 45. 28 Sedangkan Nathan dkk, 1997 prevalensi rinitis alergi pada usia 18-34 tahun sebesar 18,4 dan 35-49 tahun sebesar 17,6. 29 Kadar Ig E tergantung pada usia, kadar puncak terjadi pada dekade pertama atau kedua dalam kehidupan, akan menurun pada usia sekitar 40 tahun. 27 Sel-sel inflamasi diproduksi pada sumsum tulang, kemudian memasuki peredaran darah dan baru setelah itu memasuki jaringan mukosa atau kulit. Pada orang tua terjadi penurunan fungsi sumsum tulang sehingga produksi sel-sel inflamasi juga turun. Akumulasi sel-sel inflamasi dipengaruhi oleh molekul adhesi. Proses akumulasi meliputi gerakan berputar atau rolling, gerakan menepi atau margination, diapedesis dan kemotaksis. Pada orang tua kemungkinan telah 16 terjadi aterosklerosis sehingga proses diapedesis sel-sel inflamasi terganggu yang menyebabkan sel-sel inflamasi ke jaringan rendah. Selain itu pada orang tua kemungkinan telah terjadi neuropati saraf vidianus sehingga terjadi penurunan respon mukosa hidung terhadap histamin. 27,28

2.7.3. Masa kerja

Pengaruh debu pada penyakit saluran napas ditentukan oleh sifat-sifat debu itu sendiri, yaitu: ukuran debu, kadar debu, fibrogenitas debu dan tingkat pajanan debu. Masa kerja berhubungan dengan seringnya pekerja terpajan debu tepung gandum yang merupakan alergen, dimana pajanan yang terus menerus menyebabkan akumulasi sel-sel inflamasi seperti sel-sel APC, limfosit yaitu Th0, Th1, Th2, limfosit B, sel mastosit, basofil dan eosinofil yang menginfiltrasi mukosa hidung. Pengaruh debu terhadap timbulnya rinitis akibat kerja tergantung oleh beberapa faktor, di antaranya adalah dosis pajanan. Masa kerja akan berpengaruh terhadap dosis pajanan yang diterima oleh pekerja. Seorang yang mempunyai masa kerja lama, tentu dosis pajanan yang telah diterima tinggi, yang akhirnya akan menimbulkan penyakit rinitis akibat kerja. 27,30,31 Walusiak J 21 mendapatkan insiden rinitis akibat kerja cukup tinggi yaitu 8,4 setelah 1 tahun bekerja dan 12,5 setelah 2 tahun bekerja.

2.7.4. Riwayat merokok