6
nervus olfaktorius dan nervus trigeminus. Nervus trigeminus dapat memberikan sensasi berupa rasa segar atau dingin misalnya respons terhadap mentol sampai
rasa terbakar atau menyengat misalnya amonia dan klorin. Cabang terminal nervus trigeminus termasuk
ion channel
neuron nosiseptif diameter kecil yaitu serabut C dan A
yang mengandung beberapa jenis
ion channel.
Serabut C juga mengeluarkan neuropeptida vasoaktif yang selanjutnya dapat dilepaskan sebagai
bagian dari refleks nosiseptif.
12-14
2.2. Definisi Rinitis Akibat Kerja
Rinitis menurut
International Consensus Report on the Diagnosis and Management of Rhinitis
tahun 1994 seperti yang dikutip oleh Bachert C
13
merupakan suatu proses inflamasi mukosa hidung yang ditandai dengan dua atau lebih gejala yaitu hidung tersumbat, rinore, bersin- bersin, gatal di hidung dan
gangguan penghidu selama lebih dari 1 jam per hari. Rinitis diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu rinitis alergi, rinitis infeksi yang bersifat akut atau
kronik dan kelompok “lain-lain” yang terdiri dari rinitis idiopatik, sindrom rinitis non alergi eosinofilik atau NARES, rinitis akibat kerja, rinitis hormonal, rinitis
medikamentosa, rinitis atrofi dan rinitis yang disebabkan faktor rangsangan makanan atau emosional.
15
Rinitis akibat kerja selanjutnya disingkat RAK adalah episode serangan bersin-bersin, hidung beringus, hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung yang
berhubungan dengan pekerjaan. Biasanya RAK disebabkan oleh zat di tempat kerja dengan berat molekul tinggi, berat molekul rendah dan zat-zat iritan yang
melalui mekanisme imunologi atau nonimunologi.
7,16-18
EAACI Task Force on Occupational
Rhinitis
2009 mengajukan definisi RAK yang disesuaikan dengan definisi asma akibat kerja yaitu inflamasi hidung baik bersifat persisten atau
sementara yang ditandai dengan kongesti hidung, bersin-bersin, rinore, gatal danatau gangguan aliran udara hidung danatau hipersekresi yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan kerja.
7
7
2.3. Klasifikasi
EAACI Task Force on Occupational Rhinitis
2009 mengajukan pembagian
rinitis di lingkungan kerja yang hampir menyerupai konsep klasifikasi asma akibat kerja atau
occupational asthma
yang telah dianut sebelumnya. Pembagian ini bertujuan untuk kepentingan klinis dan penelitian epidemiologi. Rinitis di
lingkungan kerja dibagi menjadi i rinitis akibat kerja: disebabkan oleh zat alergen atau iritan di lingkungan kerja pada pekerja yang sebelumnya tidak
memiliki gejala rinitis, ii eksaserbasi rinitis oleh pajanan lingkungan kerja: didefinisikan sebagai rinitis baik alergi maupun nonalergi yang terjadi pada
pekerja yang sebelumnya sudah memiliki gejala rinitis dan bertambah berat setelah terpajan zat alergen atau iritan di lingkungan pekerjaan.
7
RAK alergi merupakan reaksi hipersensitif dengan karakteristik klinis berupa hipersensitifitas hidung oleh agen spesifik di lingkungan kerja yang
muncul setelah periode laten. Reaksi alergi tidak terjadi pada pajanan pertama terhadap suatu zat. Interval terjadinya sensitisasi berlangsung dari beberapa
minggu sampai beberapa tahun.
7,16-19
RAK dengan perantara IgE disebabkan oleh bahan-bahan dengan berat molekul tinggi atau
high molecular weightHMW
yang berasal dari hewan atau tanaman seperti urin tikus percobaan laboratorium, wol, serangga dan tungau,
debu, tepung gandum, lateks, alergen tumbuh-tumbuhan, misalnya daun tembakau, kopi, merica, enzim biologis yang digunakan pada industri pembuatan
detergen, obat- obatan, protein ikan dan makanan laut.
7,16-19
RAK tanpa perantara IgE diinduksi oleh bahan-bahan dengan berat molekul rendah atau
low molecular weight LMW
seperti diisosianat pada cat, anhidrides pada plastik dan cat, bahan dari debu kayu, metal,
colophony
yang terdapat pada pabrik elektronik, obat-obat, bahan kimia seperti tinta, katun, serat
sintetik, garam persulfat yang dapat menginduksi pengeluaran IgE spesifik dengan
8
cara berikatan dengan protein untuk membentuk ikatan hapten-protein.
7,16-19
Bagan 1. Klasifikasi rinitis akibat kerja Dikutip dari Moscato G
7
RAK nonalergi
dengan
Reactive Upper
Airways Dysfunction
SyndromeRUDS
merupakan reaksi rinitis nonimunologi yang terjadi setelah satu kali pajanan terhadap kadar iritan yang tinggi.
7,17
RAK terinduksi iritan juga dapat dipergunakan untuk gejala rinitis yang disebabkan berbagai pajanan iritan berulang tanpa harus disertai adanya pajanan
yang jelas terhadap iritan dalam konsentrasi tinggi seperti gas, kabut, uap, uap air dan debu termasuk asap rokok, nitrogen oksida, sulfur oksida, ozon,
PAN
atau
peroxyacetyl nitrite, hypochlorite, ammonia, chloramines, gas chlorine, formaldehyde, glycol ethers
.
7,16-19
Rinitis korosif merupakan RAK terinduksi iritan yang terparah ditandai dengan inflamasi persisten mukosa hidung berupa atropi, ulserasi atau perforasi
mukosa hidung dan epistaksis.
7
Rinitis yang berhubungan dengan kerja
Rinitis yang disebabkan oleh kerja =
Rinitis Akibat Kerja RAK
Rinitis yang tereksaserbasi oleh kerja=
Rinitis Eksaserbasi Kerja
o
RAK alergi dengan periode laten
diperantarai oleh
IgE tidak diperantarai IgE
o
RAK non alergi tanpa periode laten
terpapar tunggal: RUDS terpapar multipel:RAK yang diinduksi bahan iritan
rinitis korosif
RUDS
:
Reactive Upper Airways Dysfunction Syndrome
9
Gejala rinitis yang memburuk karena pekerjaan dicetuskan oleh berbagai kondisi kerja seperti agen iritan yang berasal dari kimia, debu, asap, faktor fisik
karena perubahan temperatur, emosi, mantan perokok, bau parfum, dan lain-lain. Gambaran klinisnya serupa dengan RAK, tapi mekanisme yang mempengaruhi
timbulnya rinitis sulit untuk diselidiki.
7
2.4. Epidemiologi