133. Selain itu, individu juga sulit untuk membuat keputusan, terutama jika berada dalam tekanan Landy Conte, 2004 :
361. Jadi, ada 4 respon pada individu saat menghadapi tuntutan
yang berasal dari lingkungan yaitu respon psikologis, fisiologis, perilaku dan kognitif. Respon psikologis seperti marah, kecewa,
sedih, bingung, dan sebagainya. Respon fisiologis seperti keringat dingin, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan perut,
dan sebagainya. Respon perilaku seperti tidak ada nafsu makan atau makan berlebihan, kesulitan komunikasi, menunda
pekerjaan, dan sebagainya. Respon yang terakhir yaitu respon kognitif seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan.
5. Faktor-Faktor yang dapat Membangkitkan Stres Kerja
Landy Conte 2004 : 555 menjelaskan bahwa stressor merupakan suatu tuntutan fisik dan psikologis yang akan direspon oleh
individu. Munandar 2001 : 380 juga menjelaskan pengertian stressor sebagai faktor-faktor pembangkit stres. Lebih lanjut lagi dijelaskan
bahwa setiap aspek pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Namun demikian, hanya individulah yang dapat menentukan sejauh mana
situasi yang sedang dihadapi tersebut merupakan situasi stres atau tidak. Munandar 2001 : 380 memilah stressor menjadi beberapa
bagian, yaitu : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Intrinsik dalam Pekerjaan
Pada faktor ini, Munandar 2001 : 381 memilahnya lagi menjadi dua tuntutan, yaitu :
1. Tuntutan Fisik Munandar dan Schultz Schultz 1994 : 416
menjelaskan bahwa suatu kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal. Lebih lanjut
lagi, Menurut Munandar 2001 : 382, tuntutan fisik tersebut seperti lingkungan yang berdebu, kotor, tempat
beristirahat yang kurang baik, toilet yang kurang memadai dapat dikatakan sebagai faktor yang tinggi pembangkit
stres. 2. Tuntutan Tugas
Beban kerja berlebih dan terlalu sedikit dapat mempengaruhi stres kerja Schultz Schultz, 2006 : 366 ; Landy Conte, 2004 :
556 ; Munandar, 2001 : 383. Lingkungan militer merupakan lingkungan dimana prajurit selalu siaga 24 jam. Kapten Inf Faisal
A.Y wawancara pribadi, 10 April 2008 menyatakan bahwa perintah dinas adalah segalanya sehingga bawahan harus selalu
loyal dan siaga diperintahkan oleh atasan kapan pun juga. Hal ini dapat membuat pihak bawahan menjadi stres karena sehingga
menjadi tidak tenang untuk melakukan aktivitas apapun sekalipun itu tidur wawancara pribadi, 8 April 2008.
Pembangkit stres pada tuntutan tugas lainnya ialah paparan terhadap resiko dan bahaya. Resiko dan bahaya ini tergantung pada
profesi yang dimiliki individu. Munandar 2001 : 389-390 menjelaskan bahwa profesi yang memiliki resiko dan bahaya, salah
satunya adalah tentara. Makin besar kesadaran akan bahaya dan akibat dari pembuatan kesalahan maka makin besar depresi dan
kecemasan. Anggota TNI mempunyai resiko kematian yang tinggi saat melakukan tugas operasi.
b. Peran dalam Organisasi
1. Konflik Peran Role Conflict Konflik peran terjadi ketika prosedur yang ditetapkan
tersebut sulit, tidak dapat diterima atau tidak mungkin untuk disetujui dengan prosedur lain yang sudah ditetapkan
Ivancevich Matteson ; Sagrestano dalam Thomas Wadsworth, 2005 : 136. Selanjutnya, Schultz Schultz
1994 : 415 mendefinisikan konflik peran muncul saat ada perbedaan antara kebutuhan kerja atau antara tuntutan kerja
dengan nilai dan harapan individu. Munandar 2001 : 390 menjelaskan bahwa ada
beberapa hal yang mempengaruhi individu sehingga mengalami konflik peran, yaitu :
a. Pertentangan antara tugas-tugas yang harus individu
lakukan dengan tanggung jawab yang dimiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Tugas-tugas yang harus dilakukan, menurut pandangan individu bukan merupakan bagian dari
pekerjaannya. c.
Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan atau orang lain yang dinilai penting
bagi individu. d. Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadi
sewaktu melakukan tugas pekerjaannya. 2. Peran yang Ambigu
Thomas Wadsworth 2005 : 136 berpendapat ketaksaan peran ada saat individu tidak memberikan
informasi yang cukup atau menjelaskan kepentingan perannya, pekerjaan yang obyektif dan kemampuan untuk
mengerti mengenai tanggung jawab dari pekerjaannya. Munandar 2001 : 392 menjelaskan faktor-faktor yang
dapat menimbulkan ketaksaan peran, yaitu, ketidakjelasan dari tujuan-tujuan kerja, kesamaran tentang tanggung
jawab, ketidakjelasan tentang prosedur kerja, kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain, kurang adanya
timbal balik kerja c.
Hubungan dalam Pekerjaan Argyris Cooper dalam Munandar, 2001 : 395
mengungkapkan bahwa hubungan yang baik antar anggota dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
satu kelompok kerja merupakan faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi. Selain itu, adanya ketegangan
psikologikal dalam bentuk kepuasan kerja yang rendah, penurunan kondisi kesehatan dan rasa diancam oleh atasan dan
rekan kerjanya Kahn dalam Munandar, 2001 : 395. Mayor Siswono 2005 : 28 mengungkapkan bahwa cukup
banyak perwira yang sering mengeluarkan kata-kata ancaman serta dendam karena tidak terpenuhinya kebutuhan pribadi. Hal
tersebut pada akhirnya dapat menghambat karir anggotanya. d.
Struktur dan Iklim Organisasi Struktur dan iklim organisasi ini tergantung dari cara
individu mempersepsikan kebudayaan, iklim dan kebiasaan organisasi.
Perilaku kepemimpinan yang kurang merupakan salah satu faktor pembangkit stres. Pola kepemimpinan dimana seorang
pemimpin tidak menerima bawahan untuk mengambil bagian dalam membuat keputusan Schultz Schultz, 2006 : 368.
Peraturan Disiplin Militer juga menyebutkan bahwa prajurit TNI harus menghormati dan patuh kepada atasannya. Perintah
dinas adalah segalanya wawancara pribadi, 10 April 2008. Pola kepemimpinan militer adalah pola kepemimpinan yang
cenderung otoriter wawancara pribadi, 10 April 2008. Kapten Inf Faisal AY menjelaskan bahwa perintah atasan merupakan
segala-galanya dan mutlak. Heriyono dalam Gema Infanteri 2005 : 18 juga menambahkan bahwa perintah atasan seringkali
berubah-ubah dan tidak jelas, adanya perintah yang berlebihan di luar jam dinas, pemaksaan kehendak dan tanpa memikirkan
kepentingan bawahannya. e.
Tuntutan dari Luar OrganisasiPekerjaan Munandar 2001 : 397 menjelaskan tuntutan di luar
organisasi melingkupi segala unsur kehidupan seseorang yang berkaitan dengan kejadian dalam kehidupan dan kerja pada suatu
organisasi sehingga dapat memberikan tekanan pada individu. Permasalahan tersebut seperti isu tentang keluarga, krisis
kehidupan, keuangan, dan sebagainya. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa stres dalam pekerjaan mempunyai dampak
yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi. f.
Ciri-Ciri Individu 1. Nilai dan Kebutuhan
Pada setiap organisasi memiliki kebudayaan yang berarti adanya keyakinan, nilai dan norma yang mendukung
organisasi dalam menghadapi permasalahan. Individu belajar beradaptasi dan menginternalisasi nilai yang
dianggap penting. Jika individu tidak dapat beradaptasi maka akan terjadi pertentangan nilai sehingga ada
pertentangan kebutuhan dan mengalami stres Munandar, 2001 : 401.
2. Kecakapan Individu yang sedang mengalami masalah dan merasa
tidak mampu memecahkan masalah tersebut, padahal masalah tersebut dianggap penting baginya akan merasa
terancam dan mengalami stres. Di sisi lain, individu yang merasa mampu menghadapi permasalahannya akan merasa
tertantang dan motivasi meningkat. Individu tersebut mengalami eustress.
Kecakapan tersebut dapat juga diistilahkan dengan kata lain, yaitu cognitive appraisal, artinya bagaimana
interpretasi kognitif dan penilaian individu terhadap stressor. Penilaian kognitif ini merupakan pusat untuk
mendefinisikan situasi seperti seberapa besar ancamannya dan dapat mengatasi ancaman atau tidak. Selain itu juga
untuk mengukur diri apakah memiliki kemampuan untuk mengatasi ancaman tersebut GerrigZimbardo, 2008 :
397. Jadi, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan respon adaptif
individu terhadap tuntutan eksternal baik fisik maupun psikologis dari lingkungannya. Stres kerja berarti tuntutan atau ancaman yang berasal
dari tempat kerja. Tuntutan tersebut seperti faktor intrinsik dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pekerjaan, resiko dan bahaya pekerjaan, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, tuntutan dari
luar organisasi, dan ciri-ciri individu. Respon tersebut dipengaruhi oleh penilaian kognitif individu. Individu yang melihat tuntutan tersebut
sebagai suatu tantangan sehingga lebih termotivasi akan mengalami eustress. Sedangkan individu yang melihat tuntutan sebagai suatu
ancaman maka akan mengalami distress. Respon stres individu terhadap lingkungannya terdiri dari 4 aspek. Pertama, respon
psikologis seperti cemas, depresi, kelelahan, dan sebagainya. Kedua, respon fisiologis seperti keringat dingin, jantung berdebar, gangguan
perut dan sebagainya. Ketiga, respon perilaku dimana individu akan merokok berlebihan, terjadi kekerasan di tempat kerja, dan sebagainya.
Aspek yang terakhir yaitu respon kognitif, konsentrasi dan perhatian yang menurun pada individu, sulit membuat keputusan, dan
sebagainya.
C. Agresi yang Dialihkan