C. Kekerasan dalam Rumah Tangga
1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Berdasarkan UU No.34 Tahun 2004 http:www.kowani.or.id
mainindex.asp?lang=idp=101f=apr012005001, kekerasan dalam rumah tangga yang biasa disingkat menjadi KDRT ialah :
Setiap perbuatan terhadap perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.
Kyriacou, dkk dalam Luhulima, 2000 menjelaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah pola perilaku yang bersifat
menyerang sehingga menciptakan ancaman atau melukai yang dilakukan oleh pasangannya.
Kekerasan ini terjadi pada area domestik dalam bentuk intimate violence atau private violence. Yuarsi dalam Tursilarini, 2004 : 63
menyatakan intimate violence ini terjadi antara suami-istri yang berupa perbuatan kekerasan secara seksual pada istri oleh suami. Selanjutnya,
Poerwandari dalam Luhulima, 2000 : 13 menyatakan bahwa pelaku dan korban memiliki hubungan keluarga atau kedekatan seperti istri,
pacar atau anak. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan dalam arena domestik dengan konteks rumah tangga yaitu oleh suami terhadap istri.
Kekerasan ini berupa perbuatan untuk menyakiti atau melukai pasangannya dalam bentuk apa pun. Peneliti membatasi kekerasan
dalam rumah tangga ini khususnya pada istri. Tamtiari 2005 : 14 menjelaskan berdasar pada hasil penelitian dan kasus yang banyak
terjadi, bahwa fenomena kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri terbukti paling banyak terjadi.
2. Dimensi Kekerasan dalam Rumah Tangga
Poerwandari dalam Luhulima, 2000 : 11 menyatakan ada 4 dimensi dari kekerasan dalam rumah tangga. Dimensi-dimensi tersebut
yaitu : a.
Kekerasan Fisik Adib Muttaqin 2005 : 12 menjelaskan bahwa kekerasan
fisik merupakan setiap tindakan yang dapat menyebabkan rasa sakit, luka, cedera pada tubuh, dan menyebabkan kematian baik
yang dilakukan dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Bentuk-bentuk tersebut antara lain seperti menampar, memukul
dengan tangan ataupun benda, menarik rambut, menyundut dengan rokok, mengabaikan kesehatan istri, melukai dengan
senjata, dan lain-lain Hayati, dkk, 1999 : 1. Purnianti Kolibonso 2003 : 32 menambahkan bentuk-bentuk kekerasan
antara lain penganiayaan, pengurungan dikurung di dalam rumah dan memberikan pekerjaan yang berlebihan.
b. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis adalah segala perbuatan atau ucapan yang dapat mengakibatkan ketakutan atau hilangnya kepercayaan
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak serta perasaan tidak berdaya pada korban Adib Muttaqin,2005 : 12-13. Kekerasan
psikologis ini tidak menimbulkan bekas seperti kekerasan fisik namun demikian dapat meruntuhkan harga diri bahkan
menimbulkan dendam di hati istri kepada suami. Kekerasan ini bahkan lebih sulit di atasi daripada kekerasan fisik Djannah,
dkk, 2003 : 34-35. Bentuk-bentuk kekerasan psikologis tersebut menurut
Poerwandari dalam Luhulima, 2000 : 11 seperti berteriak- teriak, menghina, menguntit, mengancam misalnya dicerai,
dipukul, dibunuh, merendahkan, pengabaian, tuduhan, penolakan, membentak, menyumpah, mengatur, memata-matai,
dan tindakan-tindakan yang menyebabkan rasa takut. Selain itu, perbuatan, pembatasan, pemutusan hubungan dengan masyarakat
maupun dengan keluarga, melarang istri bekerja, sering meninggalkan rumah tanpa alasan dan teror merupakan bentuk-
bentuk kekerasan psikologis yang lain Purnianti Kalibonso, 2003 : 33. Hayati 1999 : 1 menambahkan bentuk-bentuk
tersebut seperti melarang istri untuk ikut terlibat kegiatan sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemasyarakatan dan memisahkan istri dengan anak-anak bila tidak menuruti keinginan suami.
c. Kekerasan Seksual Budi Sampurna dalam Luhulima, 2000 : 56 mengatakan
bahwa kekerasan seksual ini adalah segala sesuatu yang bersifat penyerangan terhadap perempuan dalam konteks seksual.
Kekerasan ini berupa ajakan ke arah seksual seperti gurauan, melecehkan atau merendahkan yang mengarah kepada seksual,
menyentuh, meraba, mencium, memaksa berhubungan seksual saat istri sedang tidak menginginkannya mungkin karena sedang
haid atau sakit. Hayati 1999 : 2 menambahkan bentuk kekerasan antara lain tidak memenuhi kebutuhan seksual istri,
memaksa istri melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak disukai istri, menggugurkan kandungan istri, dan memaksa
istri melakukan hubungan seksual dengan orang lain. d.
Kekerasan Finansial Poerwandari dalam Luhulima, 2000 : 12 menyebutkan
bentuk-bentuk kekerasan finansial seperti mengambil uang, menahan atau tidak memberikan kebutuhan finansial,
mengendalikan dan mengawasi pengeluaran uang sampai sekecil- kecilnya, serta menghambat karir pasangannya. Semua hal
tersebut dimaksudkan untuk dapat mengendalikan tindakan korban.
Jadi, ada 4 dimensi kekerasan dalam rumah tangga. Pertama, kekerasan fisik yaitu kekerasan yang menyebabkan rasa sakit
atau luka pada tubuh istri. Kekerasan tersebut seperti menampar, menarik rambut, memukul, dan sebagainya. Kedua, kekerasan
psikologis ialah segala ucapan yang menyebabkan rasa takut, kehilangan kepercayaan diri atau tidak berdaya pada istri.
Misalnya berteriak, mengatur, menguntit, mengancam, dan sebagainya. Ketiga, kekerasan seksual yang menyerang atau
menyakiti dalam konteks seksual. Misalnya, meraba, menyentuh atau melakukan tindakan yang bersifat memaksa karena istri
tidak menginginkannya. Kekerasan yang terakhir yaitu kekerasan finansial yang menyakiti istri dalam konteks finansial.
Contohnya adalah menahan, mengawasi atau mengendalikan pengeluaran uang, menghambat karir istri, dan sebagainya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan Dalam Rumah Tangga