Suhu Pemanasan Alat Hukum Ohm Analisis Respon Transien

2. Baut-baut pengikat penjepit pada clamp heater. Heating object disarankan untuk diperiksa atau dikencangkan secara periodik agar antara heating objek dan heater tidak timbul celah udara. 3. Permukaan heater harus selalu terendam didalam cairan, supaya heater tidak over. 4. Heater yang berkerak atau kotor harus dibersihkan supaya transfer panas ke material dapat berjalan dengan baik dan mencegah terjadi over heating. 5. Daerah heat zone daerah panas pada heater harus terendam air, supaya heater tidak over heating. 6. Watt density yaitu kemampuan heater menstransfer panas melalui permukaannya. Makin besar watt density suatu heater makin besar kemampuan heater tersebut menstranfer panas melalui permukaannya dan sebaliknya. Gambar 2.12. Bentuk fisik heater [13]

2.10. Suhu Pemanasan Alat

Sterilisasi dengan autoklaf adalah sterilisisi dengan menggunakan uap air disertai tekanan [1]. Autoklaf memiliki suatu ruang yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Alat-alat atau bahan yang disterilkan, dimasukkkan dalam boks. Setelah udara dalam boks digantikan oleh uap air, maka boks ini ditutup rapat sehingga tekanan akan meningkat, yang juga akan diikuti oleh kenaikkan suhunya. Ada tiga waktu yang dapat digunkkan dalam proses sterilisasi panas basah. Strilisasi panas basah pada suhu 134 o C-137 o C dengan waktu minimal 3 manit. Sterilisasi pada suhu 126 o C-129 o C selama 10 menit. Sterilisasi pada suhu 121 o C-124 o C selama 15 menit. Sterilisasi berfungsi untuk menghilangkan kuman-kuman yang biasanya infeksi yang terjadi pada luka disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif E. coli, gram positif Enterococcus dan terkadang bakteri anaerob dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak adalah Staphylococcus [2].

2.11. Hukum Ohm

Pada rangkaian tertutup : Gambar 2.13. Rangkaian arus Gambar 2.13 menunjukkan rangkaian arus. Besarnya arus I berubah sebanding dengan tegangan V dan berbanding terbalik dengan beban tahanan R atau dinyatakan dengan rumus pada persamaan 2.10. Besar daya P adalah hasil kali antara arus I dan tegangan V atau dinyatakan dengan rumus pada persamaan 2.11. = 2.10 = . 2.11

2.12. Analisis Respon Transien

Respon transien sistem control praktis sering menunjukkan osilasi teredam sebelum mencapai keadaan tunak [14]. Dalam menentukan karakteristik respon transien sistem control terhadap masukan tangga satuan, biasanya dicari parameter berikut : 1. Waktu tunda delay time, 2. Waktu naik rise time, 3. Waktu puncak peak time, 4. Lawatan maksimum maksimum overshoot, 5. Waktu penetapan settling time, Spesifikasi ini didefinisikan sebagai berikut dan ditunjukkan secara grafis pada gambar 2.14. 1. Waktu tunda : Waktu tunda adalah waktu yang diperlukan respon untuk mencapai setengah harga akhir yang pertamakali. 2. Waktu naik : Waktu naik adalah waktu yang diperlukan respon untuk naik dari 10 sampai 90, 5 sampai 95, atau 0 sampai 100. Untuk sistem orde kedua rendaman kurang, biasanya digunakan waktu naik 0 sampai 100. Untuk system redaman lebih, biasanya digunakan waktu naik 10 sampai 90. 3. Waktu puncak, : waktu puncak adalah waktu yang diperlukan respon untuk mencapai puncak lewatan yang pertama kali. 4. Lewatan maksimum, : lewatan maksimum adalah harga puncak maksimum dari kurva respon yang diukur dari satu. Jika harga keadaan tunak respon tidak sama dengan satu, maka biasa digunakan persen lewatan maksimum. Parameter ini didefinisaikan sebagai Persen lewatan maksimum = × 100 2.12 5. Waktu penetapan, : waktu penetapan adalah waktu yang diperlukan kurva respon untuk mencapai dan menetap dalam daerah disekitar haraga akhir yang ukurannya ditentukan dengan persentase mutlak dari harga akhir biasanya 5 atau 2. Waktu penetapan ini dikaitkan dengan konstanta waktu terbesar dari system kontrol. Sistem control harus dimodifikasi sampai respon transiennyamemuaskan. Perhatikan bahwa jika ditetapkan harga-harga , , , dan , maka bentuk kurva respon secara virtual telah ditentukan. Ini dapat dilihat secara jelas pada gambar 2.14. Gambar 2.14. Spesifikasi respon transien [14]

2.13. Steady State Error