18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian  ini  termasuk  jenis  penelitian  eksperimental  murni  dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas : seri konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50.
b. Variabel  tergantung  :  diameter  zona  hambat  pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis mm.
c. Variabel  pengacau  terkendali  :  media  penanaman  bakteri  Mueller
Hinton Agar , suhu inkubasi 37
o
C, lama inkubasi 18-24 jam, diameter sumuran  6  mm,  kepadatan  suspensi  bakteri  uji  yang  setara  dengan
larutan  standar  0,5  Mac  Farland  1,5.10
8
CFUml,  asal  simplisia  daun beluntas Merapi Farma Medika dan daun kemangi pasar Beringharjo,
pelarut ekstrak etanol 70.
d. Variabel pengacau tak terkendali : umur tanaman dan kondisi lingkungan
tempat tumbuh tanaman beluntas dan kemangi.
2. Definisi operasional
a. Maserasi  adalah  maserasi  yang  dilakukan  secara  mekanis  dengan
pengadukan  secara  terus-menerus  dengan  orbital  shaker  selama  ±  72
jam.
b. Ekstrak etanol daun  beluntas adalah sediaan kental  yang dibuat dengan
mengekstraksi secara  maserasi  serbuk daun  beluntas dengan etanol 70
pada suhu ruangan.
c. Ekstrak etanol daun kemangi adalah sediaan kental yang dibuat dengan
mengekstraksi secara maserasi serbuk daun kemangi dengan etanol 70
pada suhu ruangan.
d. Daya  antibakteri  adalah  kemampuan  ekstrak  etanol  daun  beluntas  atau
daun  kemangi  untuk  menghambat  pertumbuhan  atau  membunuh Staphylococcus  epidermidis
yang  ditunjukkan  dengan  adanya  zona
hambat.
e. Zona hambat adalah daerah diameter area hambatan yang terlihat jernih
dari  ekstrak  etanol  daun  beluntas  atau  daun  kemangi  terhadap pertumbuhan  Staphylococcus  epidermidis  yang  terdapat  di  sekitar
sumuran.
f. Kontrol positif adalah antibiotika  yang telah  beredar di pasaran dengan
nama dagang Mediklin
®
Klindamisin fosfat 1,2.
g. KHM  adalah  kadar  minimal  ekstrak  etanol  daun  beluntas  dan  daun
kemangi untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.
h. KBM  adalah  kadar  minimal  ekstrak  etanol  daun  beluntas  dan  daun
kemangi untuk membunuh pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.
C. Bahan Penelitian
Daun beluntas kering diperoleh dari Merapi Farma Herbal, daun kemangi segar diperoleh dari pasar Beringharjo, pelarut ekstrak etanol 70, kultur murni
Staphylococcus  epidermidis ATCC  12228  diperoleh  dari  Balai  Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta, media MHA Mueller Hinton Agar, NaCl diperoleh dari Laboratorium  Balai  Kesehatan  Yogyakarta,  aquadest,  Mediklin
®
Klindamisin fosfat 1,2 sebagai kontrol positif, etanol 70 sebagai kontrol pelarut.
D. Alat Penelitian
Oven,  vaccum  rotary  evaporator,  vakum,  autoklaf,  inkubator,  vortex, alat-alat  gelas,  ose,  neraca  analitik,  mikropipet,  pelubang  sumuran,  densicheck,
seperangkat  alat  maserasi,  kompor  listrik,  blender,  pengayak,  penggaris  satuan mm, lampu spiritus.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi daun beluntas dan daun kemangi
Determinasi  dilakukan  dengan  menggunakan  kunci  determinasi dengan mengacu pada Buku Acuan Flora untuk Sekolah di Indonesia.
2. Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan serbuk bahan
Dua kilogram daun beluntas kering diperoleh dari  Merapi  Farma Herbal.
Dua  puluh  lima  kilogram  kemangi  segar  diperoleh  dari  Pasar Beringharjo.  Daun  kemangi  dipisah  dengan  batang  dan  bunganya  untuk
selanjutnya dicuci dengan air bersih dan dikeringkan. Pengeringan  daun  kemangi  dilakukan  di  dalam  oven  pada  suhu
40-50
o
C  selama  ±  24  jam.  Kedua  daun  yang  sudah  kering  kemudian diserbuk dengan cara diblender dan diayak dengan ayakan tepung.
3. Pembuatan  ekstrak  etanol  daun  beluntas  dan  daun  kemangi  dengan
metode maserasi
Tiga puluh gram serbuk kering simplisia daun beluntas ditambah dengan 160 ml etanol 70 kemudian dimaserasi. Tiga puluh gram serbuk
simplisia  daun  kemangi  ditambah  dengan  180  ml  etanol  70  dan dimaserasi.  Maserat  daun  beluntas  disaring  dengan  bantuan  vakum  dan
dipekatkan  menggunakan  vaccum  rotary  evaporator  hingga  pelarutnya menguap  sebanyak  ±  35  ml  Lampiran  6  gambar  A.  Maserat  daun
kemangi  juga  disaring  dan  dipekatkan  hingga  pelarutnya  menguap sebanyak  ±  40  ml  Lampiran  6  gambar  B.  Untuk  mendapatkan  ekstrak
kental, setelah dipekatkan  maka ekstrak dioven pada suhu 50
o
C selama  ± 24 jam.
4. Pembuatan seri konsentrasi
Dibuat konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 dari ekstrak kental  daun  beluntas  dan  daun  kemangi.  Pembuatan  konsentrasi  50
dengan  mengambil  ekstrak  daun  kemangi  atau  ekstrak  daun  beluntas
sebanyak 5 gram kemudian dilarutkan dalam 10 ml etanol 70 kemudian diturunkan  menjadi  konsentrasi  45,  40,  35,  30,  25,  20,  15,  10  dengan
melarutkan ke dalam etanol 70 hingga 10 ml.
5. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi
terhadap
Staphylococcus epidermidis a.
Pembuatan suspensi bakteri uji
Pembuatan  suspensi  bakteri  uji  dilakukan  dengan  cara menanam  kultur  bakteri  uji  di  dalam  NaCl  fisiologis  kemudian
kekeruhannya  diukur  menggunakan  densicheck  sampai  0,5  sesuai dengan larutan standar 0,5 Mac Farland 1,5.10
8
CFUml.
b. Uji  daya  antibakteri  ekstrak  etanol  daun  beluntas  dan  daun
kemangi  terhadap Staphylococcus  epidermidis  dengan  metode
difusi sumuran
Pengujian  daya  antibakteri  dengan  metode  difusi  sumuran menggunakan  2  macam  kontrol,  yaitu  kontrol  media  dan  kontrol
pertumbuhan bakteri uji. Pembuatan kontrol media yaitu dengan menuang 30 ml MHA
pada petri sampai memadat kemudian dibuat sumuran lalu diinkubasi pada  suhu  37
o
C  selama  18-24  jam.  Pembuatan  kontrol  pertumbuhan bakteri uji  yaitu pertama dibuat  base layer  menggunakan  MHA 5  ml
tanpa  inokulasi  bakteri.  Setelah  memadat,  di  atas  base  layer ditambahkan  seed layer menggunakan MHA 25 ml yang sebelumnya
telah  ditambahkan  dengan  2  ml  suspensi  bakteri  uji  dan  dibiarkan memadat  lagi untuk kemudian dibuat sumuran. Petri diinkubasi  pada
suhu 37
o
C selama 18-24 jam.
1 Penanaman  isolat  Staphylococcus  epidermidis  secara  pour
plate
Media  yang  akan  digunakan  dibagi  menjadi  2  bagian dengan  perbandingan  volume  1:5.  Satu  bagian  5  ml  berupa
MHA steril tanpa inokulasi bakteri digunakan sebagai base layer, dituang  ke  dalam  cawan  petri  steril  dan  dibiarkan  memadat
terlebih  dahulu.  Lima  bagian  25  ml  digunakan  sebagai  seed layer
yang dituang ke  atas  base layer setelah diinokulasi dengan bakteri uji.
Untuk layer atas, diambil 2 ml dari stok suspensi bakteri uji yang sudah disetarakan sesuai dengan larutan standar 0,5 Mac
Farland  kemudian  diinokulasikan  ke  media  MHA  secara  pour plate
.  Media  MHA  yang  mengandung  bakteri  dibiarkan  sampai memadat.
2 Inokulasi  ekstrak  etanol  daun  beluntas  dan  daun  kemangi
dengan metode difusi sumuran
Media  agar  yang  telah  diinokulasikan  dengan  2  ml suspensi  Staphylococcus  epidermidis  dibuat  5-6  sumuran.
Pembuatan  sumuran  hanya  menembus  seed  layer.  Base  layer digunakan  sebagai  alas  agar  ekstrak  tidak  menyebar  pada  dasar
cawan  petri.  Pada  pengujian  pertama  digunakan  konsentrasi ekstrak  10,  15,  20,  15  untuk  masing-masing  ekstrak,  dan
pengujian  dilanjutkan  dengan  konsentrasi  30,  35,  40,  45,  50. Semua  konsentrasi  ekstrak  diinokulasikan  pada  sumuran  yang
telah  dibuat.  Masing-masing  petri  juga  diinokulasikan  dengan kontrol  pelarut  etanol  70.  Volume  inokulasi  sebesar  50  µ l.
Kontrol  positif  yang  digunakan  adalah  Mediklin
®
Klindamisin fosfat  1,2  dengan  konsentrasi  2  dan  petri  diinkubasi  pada
suhu  37
o
C  selama  18-24  jam  dan  diukur  diameter  zona hambatnya menggunakan penggaris.
c. Penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi padat
Pada  uji  ini  menggunakan  3  macam  kontrol,  yaitu  kontrol media,  kontrol  pertumbuhan  bakteri  uji  dan  kontrol  pelarut  etanol
70. Kontrol media dibuat dengan menuang 15 ml media MHA pada petri. Kontrol pertumbuhan bakteri uji dibuat dengan menambahkan 1
ml bakteri uji ke dalam15 ml media MHA kemudian dituang ke petri. Kontrol pelarut dibuat dengan  mencampur pelarut ekstrak  yaitu 1  ml
etanol 70 dan 1 ml bakteri uji dengan 15 ml media MHA kemudian dituang ke petri. Semua petri diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam.
1 Uji daya antibakteri dengan dilusi padat
Uji  ini  menggunakan  1  ml  ekstrak  daun  beluntas  dan ekstrak  daun  kemangi  dengan  masing-masing  konsentrasi  5,  7,5,
10, 12,5, 15, 17,5, 20, 25, 30, 35, 40, 50 ditambahkan dengan 1 ml  suspensi  bakteri uji  yang sudah setara dengan  larutan standar
0,5  Mac  Farland  dan  15  ml  media  MHA  kemudian  dituang  ke petri. Petri diinkubasi pada suhu 37
o
C, diamati setelah 18-24 jam.
Kekeruhan  media  yang  menunjukkan  kepadatan  pertumbuhan bakteri  uji  diamati,  diberi  penilaian  menggunakan  notasi  +
untuk media yang agak keruh, ++ keruh, +++ sangat keruh dan notasi  -  jika  tidak  ada  kekeruhan  yang  menandakan  tidak  ada
pertumbuhan  dari  bakteri  uji  dalam  media  tersebut.  Kekeruhan masing-masing  perlakuan  dibandingkan  dengan  kontrol  media
dan kontrol pertumbuhan bakteri uji.
2 Penentuan nilai KHM dan KBM
Pengujian  selanjutnya  dilakukan  dengan  menentukan nilai KHM dan KBM. Penentuan nilai KHM dan KBM dilakukan
dengan  melakukan  streak  plate  dari  hasil  uji  daya  antibakteri secara  dilusi  padat.  Hasil  uji  yang  digunakan  adalah  media  yang
menunjukkan  kejernihan  secara  visual  dan  selanjutnya  di-streak pada  media  MHA  kemudian  diinkubasi  pada  suhu  37
o
C  selama 18-24  jam.  KHM  adalah  kadar  terkecil  yang  dapat  menghambat
bakteri  uji,  ditandai  dengan  Staphylococcus  epidermidis  masih dapat  tumbuh  pada  hasil  streak  plate,  sedangkan  KBM  adalah
kadar terkecil yang dapat membunuh bakteri uji, ditandai dengan Staphylococcus epidermidis
sudah tidak dapat tumbuh pada hasil streak plate
yang menandakan bakteri uji mati karena senyawa uji pada konsentrasi tersebut.
F. Analisis Data
Data diameter zona hambat pada difusi sumuran dianalisis  menggunakan program  R  2.14.1,  distribusinya  diuji  dengan  Shapiro-Wilk.  Jika  normal  diuji
kesamaan  variannya  dengan Levene’s  test  dan  jika  hasilnya  memiliki  kesamaan
varian  maka  dilanjutkan  dengan  One  Way  Anova.  Data  yang  tidak  terdistribusi normal  dianalisis  menggunakan  Kruskal-Wallis  untuk  mengetahui  ada  tidaknya
perbedaan  tiap  kelompok  perlakuan  dan  dilanjutkan  dengan  analisis  Post-Hoc yaitu uji Wilcoxon untuk mengetahui kelompok yang mempunyai perbedaan.
Data  uji  antibakteri  dengan  dilusi  padat  didapat  dengan  melihat kekeruhan  media  secara  visual  dan  dianalisis  dengan  deskriptif.  Nilai  KHM  dan
KBM didapat dari hasil penegasan dengan metode streak plate.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman beluntas dan kemangi dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam penelitian dan memastikan bahwa tanaman yang akan digunakan
adalah  benar-benar  Pluchea  indica  Less  dan  Ocimum  basilicum  L.  Hasil  yang didapat  adalah  benar  kedua  tanaman  tersebut  adalah  Pluchea  indica  Less  dan
Ocimum basilicum L sesuai dengan hasil determinasi pada lampiran 1.
B. Pengumpulan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Bahan
Daun  beluntas  yang  sudah  kering  diperoleh  dari  Merapi  Farma  Herbal kemudian dipisahkan antara daun dengan batang yang masih tercampur. Kemangi
segar  diperoleh  dari  pasar  Beringharjo,  daun  dipisahkan  dari  bagian  yang  lain kemudian dicuci dengan air bersih mengalir untuk menghilangkan pengotor yang
mungkin tercampur dan diangin-anginkan. Tujuan mengangin-anginkan ini untuk menghilangkan air sehingga daun tidak akan mudah membusuk dan senyawa aktif
yang  diinginkan  masih  tetap  ada  dan  tidak  berubah.  Daun  kemangi  yang  sudah tidak  mengandung  air  kemudian  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  ±  50
o
C selama  ±  24  jam  atau  sampai  daun  sudah  bisa  hancur  saat  digenggam.  Tujuan
pengeringan dengan oven ini untuk memaksimalkan proses pengeringan sehingga daun  akan  lebih  mudah  diserbuk.  Selain  itu  pengeringan  bertujuan  mencegah
tumbuhnya  kapang  atau  mikrobia  lain.  Daun  beluntas  ataupun  daun  kemangi masing-masing  diserbuk  dan  diayak.  Tujuan  penyerbukan  ini  untuk  memperluas