maksimal. Pengaturan pada vaccum rotary evaporator adalah set poin ∆P 175
o
C, ∆P mbar 10, ∆P 50. Setelah cukup, dilanjutkan dengan mengoven selama
± 24 jam untuk mendapat ekstrak kental dan digunakan untuk pengujian potensi antibakteri. Bobot ekstrak kental daun beluntas dan daun kemangi yang didapat
untuk setiap pembuatan ekstrak berkisar ± 2-4 gram seperti pada lampiran 7.
D. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan Daun
Kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
Penelitian ini menggunakan bakteri Staphylococcus epidermidis yang merupakan flora normal pada kulit manusia dan dapat menguraikan keringat dari
kelenjar apokrin sehingga menghasilkan bau yang tidak sedap. Uji daya antibakteri ini menggunakan 2 macam metode yaitu difusi sumuran dan dilusi
padat.
1. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi
terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran
Uji daya antibakteri secara sumuran bertujuan untuk mengetahui besarnya diameter zona hambat ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi terhadap pertumbuhan bakteri uji. Difusi sumuran dipilih karena senyawa yang akan diujikan adalah ekstrak. Ekstrak terdiri dari beberapa
komponen aktif dengan sifat kepolaran yang berbeda sehingga dengan difusi sumuran diharapkan semua komponen tersebut dapat terdifusi
keseluruhan. Seri konsentrasi awal kedua ekstrak yang digunakan yaitu 10, 15,
20, 25. Pada ekstrak etanol daun beluntas, konsentrasi 10, 15, 20, 25
sudah ditemukan adanya zona hambat yang kecil Gambar 1. Namun pada ekstrak daun kemangi ada beberapa replikasi yang tidak menghasilkan
zona hambat Gambar 2. Ini diduga karena komponen senyawa aktif ekstrak etanol daun kemangi yang memiliki daya antibakteri, lebih sedikit
jika dibandingkan komponen senyawa aktif ekstrak etanol daun beluntas yang memiliki daya antibakteri.
Gambar 1. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 10, 15, 20, 25 terhadap
Staphylococcus epidermidis
Gambar 2. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 10, 15, 20, 25 terhadap
Staphylococcus epidermidis
Selanjutnya konsentrasi kedua ekstrak ditingkatkan menjadi 30, 35, 40, 45, 50 Gambar 3 dan 4 dengan zona hambat seperti tabel II.
Tabel II. Data diameter zona hambat kontrol pelarut etanol 70, kontrol positif Mediklin
®
, ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi Konsentrasi ekstrak
Diameter zona
hambat
mm ̅± SD
I II
III Kontrol pelarut etanol 70
0,00 0,00
0,00 0,00 ± 0,00
Kontrol positif Mediklin
®
29,0 29,0
29,0 29,0 ± 0,00
Ekstrak etanol
daun beluntas
10 3,00
3,00 0,00
2,00 ± 1,73 15
4,00 2,00
3,00 3,00 ± 1,00
20 4,00
4,00 4,00
4,00 ± 0,00 25
5,00 4,00
5,00 4,70 ± 0,58
30 16,0
12,0 14,0
14,0 ± 2,00 35
16,0 11,0
14,0 13,7 ± 2,52
40 16,0
12,0 14,0
14,0 ± 2,00 45
16,0 13,0
14,0 14,3 ± 1,53
50 16,0
12,0 15,0
14,3 ± 2,08
Ekstrak etanol
daun kemangi
10 0,00
0,00 0,00
0,00 ± 0,00 15
0,00 1,00
0,00 0,30 ± 0,58
20 0,00
1,00 3,00
1,30 ± 1,53 25
0,00 2,00
3,00 1,70 ± 1,53
30 12,0
12,0 15,0
13,0 ± 1,73 35
13,0 13,0
17,0 14,3 ± 2,31
40 16,0
14,0 17,0
15,7 ± 1,53 45
15,0 14,0
19,0 16,0 ± 2,65
50 19,0
17,0 20,0
18,7 ± 1,53
Gambar 3. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50 terhadap
Staphylococcus epidermidis
Gambar 4. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50 terhadap
Staphylococcus epidermidis
Ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi dikatakan memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis karena menghasilkan zona
hambat, seperti yang terlihat pada histogram berikut Gambar 5.
Gambar 5. Histogram mean data diameter zona hambat ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis
2 2,8
3,8 4,3
13,7 13,5
13,7 14,2
14
0,3 1,2
1,3 13,7
13,7 15,5
15,7 15,7
2 4
6 8
10 12
14 16
18
10 15
20 25
30 35
40 45
50
D iam
e te
r Zo
n a
H am
b at
Konsentrasi Ekstrak
Data Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol terhadap
Staphylococus epidermidis
Daun beluntas Daun kemangi
Kontrol yang digunakan ada 4, yaitu kontrol media, kontrol pertumbuhan bakteri uji, kontrol pelarut dan kontrol positif. Kontrol media
bertujuan untuk mengetahui bahwa media yang digunakan tidak terkontaminasi oleh apapun yang nantinya dapat mengacaukan hasil
penelitian. Hasil pengamatan setelah inkubasi menunjukkan, media tampak jernih yang artinya media dan pelubang sumuran yang digunakan
bebas dari kontaminasi Gambar 6.
Gambar 6. Hasil uji difusi sumuran kontrol media
Kontrol pertumbuhan bakteri uji bertujuan untuk mengetahui bahwa bakteri uji yang digunakan dapat tumbuh subur pada media,
ditandai dengan penampakan media yang keruh. Hasil yang ditunjukkan adalah adanya pertumbuhan bakteri yang subur ditandai dengan media
yang tampak keruh jika dibandingkan dengan kontrol media Gambar 7.
Gambar 7. Hasil uji difusi sumuran kontrol pertumbuhan bakteri uji
Kontrol pelarut bertujuan untuk mengetahui pelarut yang digunakan etanol 70 memiliki kemampuan dalam menghambat bakteri
uji atau tidak. Etanol digunakan sebagai pelarut karena kedua ekstrak kurang larut sempurna jika dilarutkan dalam aquadest steril panas.
Komponen aktif dalam ekstrak dengan sifat yang berbeda diduga merupakan penyebab ekstrak tidak larut sempurna dalam aquadest steril.
Hasil setelah inkubasi tidak ditemukan adanya zona hambat. Ini diduga karena etanol tersebut cepat mengalami penguapan sesaat setelah
diinokulasikan ke dalam sumuran sehingga belum cukup dalam menghambat bakteri uji Gambar 8, sumuran bagian tengah.
Gambar 8. Hasil uji difusi sumuran kontrol pelarut etanol 70
Kontrol positif yang digunakan, yaitu Mediklin
®
Klindamisin fosfat 1,2 dengan konsentrasi 2, bertujuan sebagai pembanding
besarnya daya hambat terhadap ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi. Selain itu kontrol positif bertujuan untuk mengetahui validitas
metode. Jika hasil kontrol positif sama dengan kontrol pelarut kontrol negatif maka metode yang digunakan tidak valid.
Jika zona hambat kedua ekstrak dapat melampaui zona hambat kontrol positif maka dapat disimpulkan bahwa daya antibakteri ekstrak
etanol daun beluntas dan daun kemangi lebih besar dibandingkan kontrol positif Mediklin
®
yang sudah ada di pasaran. Alasan digunakannya konsentrasi 2 0,5 ml dalam 25 ml aquadest adalah diasumsikan satu
kali penggunaan dari Mediklin
®
saat dioleskan ke kulit sebesar 0,5 ml dan jika tidak diencerkan, diameter zona hambat yang dihasilkan sangat besar
yaitu 43 mm Gambar 9. Maka dari itu kontrol positif yang digunakan
tetap 0,5 ml tetapi diencerkan menjadi 25 ml dan diameter zona hambatnya sebesar 29 mm Gambar 10.
Gambar 9. Hasil uji difusi sumuran kontrol positif
Mediklin
®
tanpa diencerkan
Gambar 10. Hasil uji difusi sumuran kontrol positif
Mediklin
®
konsentrasi 2
Hasil diameter zona hambat kontrol positif setelah diencerkan konsentrasi 2 tetap lebih besar dibandingkan diameter zona hambat
kedua ekstrak, disebabkan karena kedua ekstrak masih mengandung
banyak campuran komponen senyawa aktif serta konsentrasi yang digunakan kecil hanya sampai konsentrasi 50. Dari hal ini ditunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi sampai konsentrasi 50 mempunyai daya antibakteri yang lebih kecil dibandingkan kontrol
positif Mediklin
®
. Hasil pengukuran diameter zona hambat kedua ekstrak diuji
distribusinya menggunakan Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas distribusi data.
Tabel III. Normalitas distribusi data diameter zona
hambat
ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi Konsentrasi
Normalitas Konsentrasi
Normalitas
Ekstrak etanol
daun beluntas
10 TN
Ekstrak etanol
daun Kemangi
10 TN
15 N
15 TN
20 TN
20 N
25 TN
25 N
30 TN
30 N
35 N
35 N
40 N
40 N
45 N
45 N
50 N
50 N
Ket : N = data terdistribusi normal nilai p 0,05, TN = data tidak terdistribusi normal nilai p 0,05
Hasilnya dari uji normalitas untuk diameter zona hambat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal karena terdapat zona
hambat yang bernilai nol. Pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan masing-masing ekstrak
terhadap kontrol pelarut dan kontrol positif. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa nilai p 0,05
Lampiran 12 dan 13 untuk ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi yang artinya terdapat minimal dua kelompok data dari masing- masing kelompok data ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi
yang mempunyai perbedaan. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, harus dilakukan analisis Post-Hoc, yaitu dengan
uji Wilcoxon. Hasilnya dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil analisis Wilcoxon ekstrak etanol daun beluntas dengan kontrol pelarut etanol 70 dan kontrol positif Mediklin
®
Kontrol pelarut
Kontrol positif
10 15
20 25
30 35
40 45
50 Kontrol
pelarut -
B TB
B B
B B
B B
B B
Kontrol positif
B -
B B
B B
B B
B B
B 10
TB B
- TB
B B
B B
B B
B 15
B B
TB -
TB B
B B
B B
B 20
B B
B TB
- TB
B B
B B
B 25
B B
B B
TB -
B B
B B
B 30
B B
B B
B B
- TB
TB TB
TB 35
B B
B B
B B
TB -
TB TB
TB 40
B B
B B
B B
TB TB
- TB
TB 45
B B
B B
B B
TB TB
TB -
TB 50
B B
B B
B B
TB TB
TB TB
- Ket : B = berbeda nilai p 0,05, TB = tidak berbeda nilai p 0,05
Dari tabel IV terlihat bahwa kelompok ekstrak daun beluntas yang mempunyai perbedaan dengan kontrol pelarut etanol 70 adalah
konsentrasi 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas mempunyai daya antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis .
Tabel V.
Hasil analisis Wilcoxon ekstrak etanol daun kemangi dengan kontrol pelarut etanol 70 dan kontrol positif Mediklin
®
Kontrol pelarut
Kontrol positif
10 15
20 25
30 35
40 45
50 Kontrol
pelarut -
B TB
TB TB
TB B
B B
B B
Kontrol positif
B -
B B
B B
B B
B B
B 10
TB B
- TB
TB TB
B B
B B
B 15
TB B
TB -
TB TB
B B
B B
B 20
TB B
TB TB
- TB
B B
B B
B 25
TB B
TB TB
TB -
B B
B B
B 30
B B
B B
B B
- TB
TB TB
B 35
B B
B B
B B
TB -
TB TB
TB 40
B B
B B
B B
TB TB
- TB
TB 45
B B
B B
B B
TB TB
TB -
TB 50
B B
B B
B B
B TB
TB TB
- Ket : B = berbeda nilai p 0,05, TB = tidak berbeda nilai p 0,05
Dari tabel V, kelompok ekstrak etanol daun kemangi yang mempunyai perbedaan dengan kontrol pelarut etanol 70 adalah
konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50. Ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemangi memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus
epidermidis .
Dari kedua tabel juga terlihat adanya perbedaan dari kontrol positif dengan keseluruhan konsentrasi ekstrak ekstrak etanol daun
beluntas dan daun kemangi yang menunjukkan bahwa kemampuan kontrol positif dalam menghambat bakteri uji lebih besar dibandingkan
konsentrasi 50 dari masing-masing ekstrak. Untuk dapat menyamakan kemampuan dengan kontrol positif dalam menghambat bakteri uji, dapat
dilakukan peningkatan konsentrasi dari masing-masing ekstrak. Perbedaan hasil yang didapat dari perbandingan kontrol pelarut
dengan ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi diduga disebabkan
karena kemampuan ekstrak etanol daun kemangi dalam menghambat bakteri uji membutuhkan konsentrasi yang besar jika dibandingkan dengan
ekstrak etanol daun beluntas. Mekanisme penghambatan terhadap bakteri uji dari ekstrak etanol
daun beluntas dan daun kemangi belum diketahui secara pasti dikarenakan masih kompleksnya komponen senyawa aktif yang terdapat pada masing-
masing ekstrak.
2. Penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol daun beluntas dan daun