kurkumin, kumarin, antrakuinon, flavonoid, steroid, sedangkan lemak, malam, tannin dan saponin hanya sedikit larut sehingga pengganggu dapat dibatasi
Depkes RI, 1986. Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Umumnya berlaku sebagai cairan
ekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, terutama campuran etanol-air Voigt, 1994.
D. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus biasanya hidup pada hidung dan kulit, serta merupakan
bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit saat imunitas menurun. Kebanyakan mikroba yang menetap dikulit merupakan basil difteroid aerob dan
anaerob seperti
Corynebacterium, Propionibacterium
; Stapylococcus
nonhemolitik aerob dan anaerob Staphylococcus epidermidis, terkadang Staphylococcus aureus
dan spesies Peptostreptococcus; bakteri Gram-positif, aerob, pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, dan tanah;
Streptococcus alfa-hemolitik
Streptococcusviridans dan
Enterococcus Enterococcusfaecalis; serta bakteri koliform Gram-negatif dan Acinetobacter
Jawetz, Melnick dan Adeberg, 1996. Staphylococcus epidermidis
merupakan bakteri Gram-positif, koloni berwarna putih atau kuning dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini tidak
mempunyai lapisan protein A pada dinding sel, dapat meragi laktosa, tidak meragi manitol dan bersifat koagulase negatif Radji, 2011. Staphylocooccus epidermidis
yang bersentuhan dengan keringat yang dihasilkan akan menghasilkan bau yang tidak sedap yang disebabkan oleh asam isovalerik Majalah Kesehatan, 2010.
E. Antimikrobia
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, sifat antimikrobia ada yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat membunuh mikrobia, dikenal sebagai aktivitas bakterisida. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikrobia atau
membunuhnya masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal KHM dan Kadar Bunuh Minimal KBM. Aktivitas antimikrobia tertentu dapat
meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobianya ditingkatkan melebihi KBM Ganiswara, 1995.
Agen antimikrobia penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya obat harus bersifat sangat toksis untuk
mikrobia, tetapi relatif tidak toksis untuk hospes Setiabudy dan Gan, 1995. Menurut Ganiswara 1995, mekanisme kerjanya antimikrobia dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu: 1
Antimikrobia yang menghambat sintesis dinding sel mikroba, 2
antimikrobia yang mengganggu metabolisme sel mikroba, 3
antimikrobia yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, 4
antimikrobia yang mengganggu sintesis protein sel mikroba, dan 5
antimikrobia yang mengganggu sintesis asam nukleat.
Agen antimikrobia yang dapat berguna terhadap penyakit infeksi harus memenuhi kriteria diantaranya :
1 Obat harus rendah dalam toksisitas bagi sel inang untuk memusnahkan
atau menghambat agen penyakit, yang artinya obat harus bisa menunjukkan toksisitas selektif bagi agen penyakit,
2 inang harus tidak menjadi alergi sangat peka terhadap obat,
3 organisme tidak boleh dengan mudah menjadi resisten terhadap obat,
4 inang harus tidak merusak, menetralkan atau mengeluarkan obat, dan
5 obat harus mencapai tempat infeksi Volk and Wheeler, 1988.
F. Pengujian Aktivitas Antimikrobia